episode 1

129 11 1
                                    


"Daniel!!!", teriak Minhyun yang sontak membuat Kang Daniel terkejut dan terbangun dari pikiran yang kacau pagi itu.

"Hyung menurutmu aneh nggak kalo misalnya orang yang belum pernah sama sekali ketemu tiba-tiba muncul di dalam mimpi?", ucap Kang Daniel sambil menatap keluar jendela yang saat itu sedang turun salju.

"Mmm belum pernah ngalamin yang begitu sih, cuman di bawa positif aja. Mungkin kamu lagi merindukan sesorang atau kalau itu cewek, siapa tau itu jodohmu! hahaha", ledek Minhyun.

"Semoga cuman sebatas mimpi buruk",ucap Kang Daniel sambil berjalan ke arah lift.

"Oh iya, jangan lupa setelah rekaman nanti kita ke stasiun radio ya", mengingatkan Kang Daniel yang statusnya sebagai manajer.

Saat mereka sampai di depan lift, "Hyung, aku haus. Bisakah kita ke cafe depan gedung?", ucap Daniel.

Pintu lift terbuka dan Daniel masuk lalu diikuti Minhyun. Belum sempat Minhyun menekan tombolnya, Daniel sudah lebih dahulu menekan tombol 1 arah lift turun dan menuju ke depan pintu utama gedung.

"Yakkk!! Daniel!! Kenapa harus ke cafe sebrang?! Gedung inikan punya cafe, dan rekaman akan dimulai 12 menit lagi!",ucap Minhyun dengan kesal seperti berbicara pada anak-anak yang susah diatur.

Sabar Minhyun, nggak boleh marah. T.T

"Hyung... aku haus.... Dan aku butuh minum. Sebentar saja... hmm hhm", sambil menunjukan aegyonya.

Emang gemash!! pingin culik aja kalo boleh Danielnya >,<  

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Emang gemash!! pingin culik aja kalo boleh Danielnya >,<  

"Baiklah!! Kalau kau telatpun aku yang akan diteriak", Minhyun pasrah dengan muka imut Daniel.

- Jeon Somi Pov -

Saat itu seharusnya aku tidak usah memaksa oppa pergi kesana. Menuruti keinginanku yang egois untuk bertemu dengan para idol dan aktor di agensi kejam itu! Bahkan untuk waktu yang lama, luka ini nggak akan ada obatnya. Membiarkan ku hidup sendirian di dunia ini. Terkadang aku bertanya, bahkan untuk induk kucing pun nggak akan tega meninggalkan anaknya. Kenapa semua ini harus terjadi kepadaku?! Apa gunanya hidup kalo nggak ada sedikitpun harapan. Dan belum ada satu bulan sejak oppa meninggal, kalian sudah merayakannya dengan melakukan tour. Aku harap tawa kalian akan berganti menjadi kesedihan yang mendalam dan tidak ada obatnya. Merasakan seseorang yang berharga meninggalkan kalian.

Sekali lagi ku tatap gedung tinggi itu, lalu menundukan kepalaku. Aku begitu kesal dan kesakitan yang begitu mendalam sampai-sampai dadakku terasa ngilu. Perlahan aku membelakangi gedung dan mengusap air mataku yang terus mengalir.

Jalan di depanku begitu sepi dan hampir tertutup oleh putihnya salju. Aku melangkah maju dengan pelan. Ditengah jalan, aku mendengar suara klakson mobil yang semakin kencang ke arahku. Tapi aku tidak peduli. Aku berhenti, dan perlahan mulai memejamkan mataku. Aku sudah lelah akan semua ini. Dan berharap bisa menyusul oppa dan eomma yang pergi membiarkanku sendirian.

Tiba- tiba aku merasakan ada yang mendorong ku dari belakang, dan aku terjatuh. Pandanganku mulai hilang, tetapi aku bisa merasakan seperti tidur didalam kehangatan. Aku berusaha untuk memfokuskan pandanganku melihat apa yang ada didepanku, tetapi tidak bisa. Dan pandanganku menjadi gelap. 

===============================
Jangan lupa vote ya, boleh komen juga.
Maaf baru pertama kali nulis cerita.

HURTWhere stories live. Discover now