EPILOG II

2.7K 278 10
                                    



(Kalan's POV)

Aku menyukai aktifitasku yang baru sekarang ini,

Bangun pagi dengan segelas kopi dan rokok yang selalu ada di apartemenku, mengucapkan selamat pagi untuk Kalia, lalu berangkat menuju kantor dengan kereta. Apartemenku berada di Darlinghurst Road, hanya beberapa menit dari sini menuju kantorku yang berada di New South Head Road,

Setelah libur lama, kebiasaanku bangun siang dan begadang sempat menghambat hari-hari pertama kerjaku. Sulit memang menjadi seorang anak buah di kantor orang, tetapi aku belajar konsisten untuk karirku.

Ini demiku, dan juga Kalia.

Hari-hariku tanpa dia juga membuat moodku hancur pada awalnya, aku merindukan dia seperti orang gila. Selalu saja ada pikiran untukku balik lagi ke Jakarta dan menemuinya, tapi pada akhirnya aku bisa menahannya.

Kami video call setiap hari-untung waktu tidak terlalu menjadi masalah untuk kita, jadi aku bisa lega karena Kalia bisa berkordinasi denganku, dan kita tidak mengikuti ego masing-masing. Aku tahu pasti kita pasti merindukan satu sama lain, tapi kami akan terus berjuang untuk kedepannya, karena kehidupanku dengan Kalia menjadi seseorang yang dewasa dan bertanggung jawab baru saja dimulai.

Pada awalnya Mama seperti keberatan dengan keputusanku untuk merental sebuah apartemen dekat kantorku, memang jarak dari rumahku menuju kantor sedikit lebih jauh daripada dari apartemen menuju kantor. Tapi aku berhasil meyakinkan Mama, bahwa ini juga melatih kemandirianku. Aku tidak tega memang pada awalnya, tapi dia juga yakin bahwa aku sudah cukup besar untuk tinggal sendiri. Aku berjanji pada nya, akhir pekan adalah hariku dengannya jadi dia tahu aku tidak akan melupakannya.

Irene juga, dia awalnya sangat keberatan dengan keputusanku untuk tinggal jauh dari perumahan kami. Tapi toh, ini juga demi kebaikanku. Dia membantu hampir semua urusan kepindahanku bersama Mama, aku sangat berterima kasih kepadanya.

Dengan dia membantu pindahan dan segala macamnya, dia sampai harus menunda kepulangannya ke Indonesia. Aku menolak hal itu karena dia tidak perlu lagi kan menunda-nunda kepulangannya ke sana? Tapi dia bilang dia tidak keberatan, hitung-hitung membantu ku dan juga meresapi hari-hari kami akan berpisah nantinya.

Aku hampir mengenal Irene selama hidupku, dia menjadi teman pertamaku karena aku hampir tidak pernah berbicara kepada siapapun selama ini. Aku merasa nyaman dengan diriku seorang, tapi Irene datang ketika kami berumur sembilan tahun, dan semenjak saat itu kami tidak terpisahkan.

Sembilan tahun yang indah.

Aku sangat berterima kasih kepadanya.

Aku sampai harus mengulang perkataanku berkali-kali bahwa aku telah menemukan seseorang di Jakarta, Irene menanyakan siapa, tinggal dimana, kuliah atau tidak, apakah Kalia benar-benar baik seperti apa yang aku ceritakan padanya. Dia menanyakan itu dengan detail, aku tahu itu semua dia lakukan untuk sahabat sejatinya, dia tidak ingin aku salah pilih.

Aku tahu Samuel orang baik dari pertama kali kami bertemu, itulah mengapa aku senang Irene bersama Samuel, dan itu juga mengapa Irene juga senang aku menemukan Kalia.

Aku kenal dekat dengan kedua orang tua Irene, mereka selalu menanyakan kabar hubungan Irene dan juga Sam kepadaku. Irene dan Sam tidak pernah bertengkar hebat, itu yang membuat orang tua Irene dan aku lega melihatnya. Hubungan mereka sudah berjalan dua tahun sekarang, aku senang mereka bisa menjaga hal itu.

Aku tahu Irene adalah orang yang spesial sedari dulu-siapa yang bisa menampik hal itu? Dia cantik, supel, ramah kepada hampir semua orang. Dia sempurna, bahkan aku saja bingung kenapa dia mau berteman denganku pada awalnya. Dari semua anak-anak yang ingin berteman dengan Irene-karena Irene seperti anak yang ceria dulu pada saat kami Sekolah Dasar-dia memilihku untuk menjadi teman pertamanya.

HOURS ∞ CRAZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang