3. Api Cemburu Gadis Pemalas

29 1 2
                                    

Felix melihat muka Ceiba. Dia menyentuh bagian pipi Ceiba.

"Mukamu bersih ya Ceiba. Ngga ada jerawatnya." Celetuk Felix memegang pipi Ceiba.

"Ngga lah Lix. Ini nih di daerah dagu, kecil-kecil jerawatnya." Ucap Ceiba menunjukkan dagunya.

"Mana ih, kan ngga ada." Ucap Felix yang memegang dagu Ceiba.

"Ini nih." Ucap Ceiba menunjukkan dagunya.

Felix mendekati Ceiba dan melihat dagu Ceiba.

"Jangan pegang-pegang kenapa!" Ucap Delonix yang langsung memegang tangan Felix.

"Hai Nix. Kita sama-sama belakangnya x apakah kita jodoh." Ucap Felix melihat tangan Delonix yang memegang tangannya dan tersenyum menatap Delonix.

"Ngga cewek, ngga cowok digoda semua." Ucap Delonix yang melepas tangan Felix kasar.

"Loh kok gitu. Aku cuma nggoda kamu deh cantik. Bukan nggoda cowok juga. Emang siapa cowok yang ku goda?" Tanya Felix penasaran.

"Jangan bilang dia cantik." Ucap Ceiba marah.

"Kamu juga jangan goda Ceiba." Ucap Delonix marah.

" Loh kok malah aku si yang dimarahi begini si." Ucap Felix yang menatap Delonix dan Ceiba bergantian.

"Ya iyalah marah." Ucap Delonix dan Ceiba berbarengan.

"Aduh kok kalian berbarengan si." Ucap Felix heran.

Ceiba memegang tangan Delonix. Dia membawa Delonix menjauhi Felix. Muka Delonix memerah. Sengatan listrik yang dialirkan dari tangan hangat Ceiba. Delonix hanya menggelengkan kepalanya. Dia sedang cemburu mengapa hanya diam saja dan tidak marah saat ditarik oleh Ceiba. Hanya rasa nyaman dalam hatinya. Perempuan itu hanya bisa melihat tangannya yang sedang berkaitan dengan Ceiba. Dan sampai di tempat pos satpam Ceiba menghentikan langkahnya. Dia menatap Delonix. Ceiba sadar Delonix sedang melihat kaitan tangan itu. Ceiba tersenyum, dan memegangnya makin erat. Delonix tersadar dia melepaskan tangannya dari tangan Ceiba. Lalu dielusnya dengan lembut pada tangan yang lain. Delonix tetap diam.

"Kamu mau pulang ngga?" Ucap Ceiba yang menatap Delonix.

Delonix hanya mengangguk. Ceiba lalu menaiki sepedanya. Delonix menghembuskan napasnya dan melangkah menuju halte sekolahnya.

"Hei tunggu!" Teriak Ceiba yang mengayuh sepedanya menuju halte sekolahnya.

Halte sekolah mereka sepi. Semua anak sudah dijemput orang tua mereka. Angkutan umum juga pasti sudah tidak beroperasi lagi pada hari yang sudah hampir gelap.

"Oy, jelek sini pulang. Udah banyak nyamuk nih. Badan bagusku nanti banyak digigit nyamuk." Keluh Ceiba.

Delonix tetap mengacuhkan Ceiba. Ceiba menyetang sepedanya. Kemudian dia duduk disamping Delonix. Delonix membuang mukanya dan bergeser menghindari Ceiba. Ceiba ikut menggeser posisi duduknya. Delonix menggeser lagi. Ceiba tersenyum dan menggeser lagi. Delonix melihat dengan ekor matanya. Dia tidak bisa bergeser lagi karena posisinya yang sudah diujung. Dia menghembuskan napas kesal.

"Aku akan tetap menunggumu. Sampai kamu berhenti marah padaku." Ucap Ceiba yang tidak tau menahu kenapa Delonix marah.

"Aku akan menunggu taksi." Ucap Delonix masih marah.

"Sampai kapan kau menunggu taksi?" Ucap Ceiba tetap tenang.

"Ya sampai ada." Ucap Delonix cemberut.

"Kenapa dia tidak menanyakan kenapa aku marah? Kenapa dia hanya terus menunggu? Kenapa dia tidak memaksaku untuk pulang saja. Tubuhku juga penuh gigitan nyamuk tau." Ucap Delonix dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lazy Girl and Tidy Boy (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang