Satu

26 2 0
                                    

"Eh cowok lo gegenitan lagi tuh!"

Suara berat, namun nyaring dan menyebalkan itu terdengar tepat di samping telingaku, membuatku lantas saja langsung memutar mata dan membuang pandangan ke arah lain.

"Gue ngasih info ini!"

Aku berbalik sambil menghela nafas berat, menemukan wajah manusia paling menyebalkan yang pernah kulihat selama 17 tahun bernafas dan hidup di muka Bumi ini.

Kallel, Kaliandro Damarion. Jenis Kelamin laki-laki. Umur 17 tahun, lebih muda 2 bulan dariku. Sudah "berteman" sejak awal masuk SMA dan sekelas denganku. "menyebalkan dan ngeselin" adalah nama tengahnya.

"Lalu?" tanyaku, menanggapinya.

Kalel membulatkan matanya, sosok cowok bertubuh jangkung dengan cengiran tengil yang khas itu, memandangiku kebingungan.

"Lo gak mau samperin? Mergokin? Buat drama? You know, adegan-adegan di sinetron?

Lagi-lagi aku menghela nafas. Selama mengenal Kalel kurang lebih tiga tahun, cowok itu selalu mencampuri urusanku, termasuk memata-matai pacarku.

"im done with this."

"With what? With who?" tanya cowok itu langsung, "Dewa? Akhirnya ya Lin, lo mikir pake otak ju..."

"WITH YOU!"

"Lah kok gue?" Kalel mendekat. "Nih cewek makin gak waras." tambah cowok itu, sembari melirik ke arah dua temannya yang menunggu tak jauh dari tempat kami berdiri, "di pelet apa gimana lo?"

"Stop it, Kal! Bisa gak sih lo diem sebentar aja, pusing gue, ngoceh aja kerjaan lo kalo nyamperin gue."

"Ya gimana, lo tolol sih!"

"Eh mulut nih bocah, gue cabein ya lo!"

"Sini deh lo ikut gue dulu!" paksanya sambil menarik lenganku. Cowok itu menarikku ke sisi gedung yang lain, lalu mengedikkan bahunya ke arah sepasang manusia yang sedang mengobrol sambil tertawa di bawah sana. Tepat di bawah pohon peneduh, di pinggir lapangan basket sekolah.

Sebenarnya sudah banyak yang memberitahukanku informasi yang sama. Awalnya aku memang biasa-biasa saja, hanya membalas dengan senyuman singkat seolah informasi itu tidak penting. Toh pacarku itu memang seperti itu. Tapi jika, cowok tengil yang sedang berhadapan denganku ini yang memberitahu, entah kenapa aku jadi emosi.

"Tuh kan, yang gue omongin itu fakta."

Aku berdecak kesal. "Minggir!"

"Lo ngambek?"

Aku memutar bola mata, "Menurut lo?"

Cowok itu hanya mengangkat bahu.

"Entar lo pulang sama gue aja," tawarnya, "siapa tau lo ditinggalin Dewa lagi."

Sialan.

******

13 Maret 2020


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remembering Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang