Bangun pagi gue bersiap lebih awal karena ada janjian dengan Shinta temen gue,biasanya kan bermalasan bila weekend tiba.
Karena campur rasa penasaran gue akhirnya bersemangat walaupun badan sedang capek karena weekend yang lalu habis dari Balikpapan.
Sahabat gue ini termasuk orang yang menghargai waktu,bila janjian ontime selalu dalam acara pun seinget gue dia begini sejak jaman di bangku kuliah dulu.
Dan benar saja sebelum jam yang dijanjikan dia telah tiba di hadapan gue,sembari cengengesan tidak tau apa arti senyumnya.
Gue ajak masuk tapi dia menolak bilangnya sudah ditunggu oleh sebut saja Ibu D yang akan kita temui pagi ini.
Perjalanan dari tempat gue menuju Gading lumayan jauh,dan weekend ini sangat bersahabat jalanan terlihat cukup lengang tidak seperti hari kantor biasanya.
Sahabat gue terlihat seperti memacu kendaraannya dengan kecepatan yang lumayan mungkin benar beliau sudah menunggu kami di kediamannya.
Atau mungkin juga beliau ada acara lain jadi waktu buat kami sangat sedikit,gue tau orang orang seperti beliau ini pasti jadwalnya padat antara sesama grupnya.
Hampir 1 jam kurang sedikit akhirnya tiba di sebuah komplek yang asri halaman tanpa pagar menambah kesan elegan perumahan ini.
Rumah 2 lantai dengan desain classic terpampang di depan gue sesaat sebelum turun sempat gue yakin kan bahwa ini rumahnya sama sahabat gue.
Pintu dibukakan oleh wanita setengah baya yang sepertinya sudah saling mengenal dengan sahabat gue ini,karena mereka sempat bertegur sapa saat kami turun dari kendaraan.
Oleh beliau kami diarahkan untuk menuju kolam renang di samping rumah karena Ibu D sedang berenang ternyata.
Sahabat gue juga sempat kaget karena bilangnya ada acara lagi,mungkin dibatalkan acara yang lain dugaan kami berdua.
Setelah mengetahui kedatangan kami beliau naik ke atas kolam,dan glek gue sempat bengong dengan tubuh Ibu D ini diusianya yang sekitar 45 mungkin karena gue sendiri belum kenal beliau,masih terlihat sekali tubuh yang benar benar dijaga bentuknya.
Gue saja sampai bengong liatnya,apalagi para lelaki pikirku sebuah kesempatan emas tentunya untuk bersama Ibu D.
Gue ulurkan tangan ke Ibu D sambil memperkenalkan diri masing masing,kami diajak menuju gazebo diujung kolam untuk bercerita sembari memesan minuman kepada asisten rumah tangganya.
Ibu D banyak bertanya kepadaku,beliau selalu tersenyum setiap mendengarkan jawaban dari bibirku,pandangan gue terhadap beliau mempunyai attitude yang baik dan terlihat anggun.
Dan beliau ternyata setuju atas rekomendasi sahabat gue untuk menggantikan posisinya,dikarenakan sahabat gue harus kembali ke rumah orangtuanya karena ada sesuatu hal yang tidak bisa dia ceritakan saat ini.
Saat itu juga seperti dapat briefing dari Ibu D untuk kegiatan arisan yang akan dilakukan seminggu lagi,sebuah waktu yang sangat singkat untuk sebuah adaptasi pikirku.
Untuk kali pertama disepakati gue akan jalan bersama Ibu D pada hari jumat depan setelah jam pulang kantor,dan beliau mengajak kalau bisa sekitar jam 1 siang,tidak masalah gue untuk ijin setengah hari karena biasa gue lakukan saat pulang ke rumah.
Ibu D terlihat antusis sekali bercerita tentang grupnya,dari ceritanya gue mulai sedikit demi sedikit mengerti apa yang gue lakukan nanti,cuma mengatur kesiapan acara mereka saja garis besarnya.
Dari segala tempat,personal,konsumsi,dokumentasi,sampai door prize pun diserahkan ke gue khusus yang terakhir dikonsultasikan pada yang mendapat giliran door prize.
Grup ini sendiri jumlahnya 22 karena ada yang diluar negeri,yang aktif sekarang hanya 12 orang dengan usia paling muda Ibu L 36 tahun dan paling senior dipegang Ibu D 47.
Dan ternyata usia Ibu D diatas dugaan gue setelah beliau menceritakan usia usia para anggotanya.
Keliatannya sih sepele yang mereka butuhkan hanya sebuah privasi yang tidak bisa ditawar lagi untuk mereka.
Dan untuk job ini gue dapat partner private photographer yang biasa dipakai untuk dokumentasi acara,Ibu D sendiri bilang sang juru potret telah melakoninya selama 4 tahun wow sebuah waktu yang lama.
Berarti cukup senior ini untuk juru potret dan gue tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya dia saat di lokasi acara tersebut.
Obrolan kami akhiri saat keluarga suami Ibu D datang berkunjung,dan kami segera pamit untuk meninggalkan lokasi.
Setelah gue tau sedikit gambaran job yang diberikan semakin nambah rasa gugup memikirkan bagaimana nanti saat berada di lokasi,apalagi masih berjiwa muda tentunya.
Sahabat gue senyum senyum sendiri setelah gue sedikit tau penjelasan Ibu D pada saat di rumahnya.
Karena dia tahu dan paham gue tipe orang yang suka penasaran dan selalu ingin tahu dengan hal hal yang sering menjadi obrolan tapi hanya sebatas dari mulut ke mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arisan Underground ( Kisah Nyata )
Non-FictionSebuah kisah nyata sebagai EO arisan ibu ibu kota metropolitan dengan para brondongnya. Bukan hanya berkutat dengan arisan seksualitas tapi ada beberapa kegiatan sosial yang kerap hadir bila sudah bosan acara ranjang. Temukan tips dan trik maupun in...