two : change

16 3 0
                                    

Guess what? Aku sudah berbaikan dengan temanku. Walaupun dia tidak sesering dulu menceritakan ceritanya. Dan aku bukan lagi pendengarnya yang pertama. Tak apa. Sungguh.

Namun, jika di lagu 'gugur satu tumbuh seribu', kali ini aku berbeda. Tumbuh satu gugur seribu.

How sad. Aku termasuk manusia yang sulit berteman. Dilihat dari faktanya, selama 5 tahun aku tidak memiliki orang yang bertahan berteman denganku, juga dari temanku yang tidak mengikuti wattpadku. Jangan melihat akunku yang ini, tidak ada yang tahu tentang akun ini.

Namun mungkin ini adalah tahun terbaik dalam hidupku setelah 5 tahun, dimana aku merasa mendapat banyak teman dan dapat membaur dengan orang-orang disekitarku. Namun kurasa itu salah. Karena, setelah lali-laki itu meninggalkan tempat ini. Ya, dia pindah. Ketempat yang jauh. Yang sulit ku jangkau. Dia meninggalkanku disini, bersama teman-temannya yang kukira sudah menjadi temanku dan menyayangiku.

Aku sedih saat kepergiannya. Dan teman-teman yang ia tinggalkan menghiburku. Namun, tak lama, mereka berbeda. Mereka berubah. Mereka menjauhkanku dari diri mereka sendiri. Mereka mengasingkan aku. Membedakanku.

Aku tidak suka perlakuan mereka terhadapku. Aku berusaha menunjukkan itu, tapi mereka berbalik tidak suka. Aku bingung. Tali penghubung aku dengan mereka sudah tidak ada. Aku harus apa? Aku kecewa.

Kini, aku tidak memiliki siapa siapa. Aku tarik kembali pikiranku tentang tahun ini tahun terbaik. Aku tarik kembali pikiranku tentang aku punya banyak teman. Im not part of them. Lalu siapa temanku? Bisa kupastikan bukan mereka. Aku hanya berteman dengan orang-orang yang mau berteman denganku.

Aku ingin meluapkan emosi ini, namun kepada siapa? Kepada siapa aku mengadu? Siapa yang akan mendengarku. Tuhan. Sedikit lebih tenang, namun aku butuh seseorang yang nyata untuk mendengarku. Dia.

***

Ia selesai menceritakan kisahnya.

"Hei, kau tahu?"

"Apa?"

"Aku juga punya cerita"

"Cerita apa itu? Apa aku boleh tahu?"

"Tentu saja"

Lalu aku menceritakan semuanya. Menumpahkan seluruh air mata yang tertahan.

"Aku tidak menyangka mereka akan melakukan itu terhadapmu"

"Tak apa. Tak usah khawatirkan aku. Aku sudah membaik"

"Dengar, jangan gantungkan dirimu pada sesuatu yang rapuh"

Aku termenung. Mereka tidak rapuh. Mereka... bahagia. Ya, aku menggantungkan diriku pada mereka yang berbahagia. Maka aku akan bahagia juga.

"Mereka rapuh untukmu. Kamu adalah buah yang sangat besar dan berisi, dan kau menggantungkan dirimu pada dahan kecil seperti mereka. Mereka tidak akan kuat, bahkan jika mereka bersama sekalipun. Dan kau akan terjatuh, hancur berantakan."

Tanpa kusadari, aku menitihkan air mata lagi.

"Lalu apa yang kudapat? Tidak ada. Aku tidak bisa membagikanmu kepada orang-orang yang membutuhkan dan menanam kembali bijimu agar kau bisa tumbuh lagi."

"Aku-"

"Jangan bergantung pada mereka"

UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang