Mahesha pov
Seseorang yang selalu mengingatkanya akan masa kecilnya yang entah dimana keberadaanya, padahal sudah ia cari. Entah kenapa semenjak kejadian itu ia jadi sering termurung, menangis dalam diam, melamun. Dan itu semua tidak ada yang mengetahuinya bahwa dialah yang paling sakit karena salah kedua orang tuanya.
Pancaran cahaya matahari menusuk melalui celah jendela apartemenku yang sudah terbuka lebar menunjukan bahwa ada seseorang yang membukanya. Tampak disana ada orang yang selalu menemaniku yaitu Radit Aldian Jonathan, itulah namanya. Dia sahabatku, orang yang selalu menemaniku disaat saat seperti ini. Dia selalu menginap di apartemenku dikarenakan kedua orang tuanya sibuk, padahal Radit mempunyai rumah megah tetapi hanya ada dia saja dirumah itu dan beberapa asisten rumah tangga.
"hello bro, bangun woi bangun! Molor aja terus, ngak mau sekolah apa"sapanya.
"lo itu ya... Ngapain sih ..pagi buta kayak gini bangunin gue, mending sono tidur aja" ujarku tak kalah kesal.
Tiba tiba ada gemercik air yang menyiram wajahku,....oh teryata raditlah pelakunya. Mau tidak mau aku harus bangun dan bersiap untuk sekolah.
Di sekolah...
Ting ting ting...
Semua murid berusaha masuk agar tidak kena hukuman guru bk terkiller ini...huuff rasanya pedes pedes gimana gitu guru bk. Aku berjalan santai menghiraukan panggilan Radit yang terus saja memanggilku.
Aku berlari kecil menuju kelasku sampai dikoridor kelas X Ipa1 tiba tiba."Brukkkk" suara buku yang berjatuhan. Aku tidak sengaja menabrak salah satu siswi berkacamata dan saat aku sedang mengambil bukunya,,,pandangan kami bertemu 5 detik. Dan saat itu kami sama sama membuang muka.
"Emm maaf" ucapnya...dan itu sangat lembut hingga membuat hatiku ingin mengetahui siapa orang itu.
"hmm" ucapku datar dan itu terdengar dingin.
" bukumu" ucapku lagi sambil membuang muka. Aku pun tak tahu kenapa aku mau menolongnya, mungkin jiwa sosialku masih ada ya....mungkin.
" emm makasih kak" ucap gadis mungil itu.
" gue bukan kakak kelas lo" ucapku sedikit membentak dan melenggang pergi.
" aneh ya..." gumam gadis itu tapi aku sedikit mendengar karena telinga ku masih berfungsi dengan baik.
Author pov.
Hari ini hari senin, hari yang amat di segani hampir oleh semua siswa dan siswi SMA Dharma Bangsa. Tapi tidak bagi Megan Mezalfa Matahari, gadis berumur 15 tahun. Ya...karena hari ini hari pertama dia masuk sekolah ini. Sebelumnya dia bersekolah di SMA Nusa Bangsa, hampir setengah tahun ia disana, tempatnya mencari ilmu. Dihari pertamanya ini dia tidak ingin terlambat sekolah dan jangan sampai membuat masalah nanti bisa jadi dirinya masuk bk lagi.
"tok tok tok...Asslamualaikum" Megan mengetok pintu kelas X Ipa 2 kelas baru Mega.
" Waalaikumsalam" jawab seisi kelas.
"Silahkan masuk, kamu anak baru kan?" tanya guru itu lembut yang Megan tidak tahu namanya.
" Baik anak anak, kita kedatangan siswi baru namanya Megan. Silahkan Megan perkenalkan dirimu" ucapnya.
"Baik,,perkenalkan..." ucap Megan terhenti karena terdengar suara ketokan dari pintu.
Seisi kelas melihat kearah pintu ,begitu juga Megan dan Bu Rini, disana terlihat jelas laki laki yang berdiri tegap dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku. Wajahnya tak asing bagiku tetapi aku tak bisa mengiatnya. Oh ya! ternyata dia cowok yang tadi pagi menabrakku di koridor.
Laki laki itu berjalan tegap menuju kedalam kelas dan dia langsung menuju kemeja belakang. Tetapi Bu Rini langsung memanggilnya.
"eh....kamu! Kamu mau ngapain" ucap tegas Bu Rini.
" kamu anak baru juga kan? Sekarang kamu kedepan dan perkenalkan dirimu juga. " tanya bu Rini dan dijawab anggukan olehnya.
" Silahkan Megan lanjutkan"ucap Bu rini.
" Perkenalkan nama saya Megan Mezalfa Matahari , biasa dipanggil Megan. Saya pindahan dari SMA Nusa Bangsa" jawabku memperkenalkan diri.
" sekarang giliran kamu Mahesha!" ucap Bu Rini sambil membaca name tag yang tertera.
" nama saya Mahesha Langit Adirangga. Panggil aja sesuka kalian"
" baik. Sekarang kalian dudu dikursi nomor 3 dekat jendela" suru bu Rini dan diberi anggukan oleh megan dan Mahesha.
Megan dan Mahesha pun berjalan menuju bangku yang ditunjukan oleh bu rini. Megan bingung apakah dia akan duduk dengan Mahesha? Si cowok dingin ini. Oh tidak ....Megan tidak bisa membayangkan bagaimana ia bisa tahan duduk dengan cowok seperti ini.
Megan pov.
Pelajaran pun dimulai, aku duduk dibangku nomer 3 dekat jendela dan dekat ....Mahesha. Selama hampir tiga jam aku hanya diam memperhatikan guru di depan, rasanya ingin sekali aku tidur, hingga aku membuka percakapan denganya.
" emm ...Mahes ,,,a-k-uu boleh pinjem catetanmu ngak?" tanyaku ragu sedikit terbata dan yang dipanggilpun hanya menyerahkan bukunya tak menjawab.
" emm makasih ....besok aku kembalikan ya.." pintaku.
" ya" jawabnya singkat.
Ting ting ting ....( bel pulang berbunyi)
Megan segera merapihkan bukunya dan bersiap untuk pulang. Tapi lain halnya dengan Mahesha ..terlihat cowok itu sedang tertidur dengan wajah yang ia tengkulupkan di kedua tanganya.
"Mahes.isstt, Mahes isst, Mahes isst bangun, ini udah pada pulang, lo mau pulang ngak?" tanyaku sambil menggoyang goyangkan tubuhnya.
" oamm " suara ngantuk itu berasal dari Mahes sambil mengucek kedua matanya dan bergegas mengambil tasnya lalu pergi.
"aneh ya...tuh cowok...ehhh ini buku siapa ya?, oh...ternyata ini buku mahes yang ketingggal" ujarku sambil berlari mengejarnya.
******
Cukup ya para readers di part kali ini, ini adalah pertemuan antara Megan Dan Mahesha. Apa ada yang sudah mulai suka. Suka dongg, kalo ngak suka aku jadi ngk semangat
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Jatuh Di Langit
أدب المراهقينNamanya Megan Melzalfa Matahari. Dengan rambut hitam kelamnya sepundak senantiasa ia gerai dengan jepit pita biasa tak lupa ia gunakan kacamata bundar miliknya pdahal dia matanya tidak bermasalah. Di samping kanan, tas ransel abu abu bermotif kumis...