Satu

338 18 1
                                    

Hari ini adalah satu minggu dia berada di Jakarta,setelah sebelumnya dia bersama kedua orang tuanya tinggal di Singapura. Dia, Raisa Tsabina Olivia.

Pagi ini dia sedang berada ditaman yang berada dihalaman belakang rumahnya, dengan sebuah gitar dipangkuannya. Iya, selama beberapa tahun ini dia selalu sendiri. Tidak ada kepedulian,tidak ada kasih sayang dan tidak ada teman.

Memang selama tiga tahun ini kedua orang tuanya lebih memfokuskan dirinya kepada pekerjaan mereka masing-masing,sedangkan Nanda yang tak lain adalah kakak pria satu-satunya yang dia miliki juga banyak berubah kepadanya, terlebih sudah satu tahun kakaknya itu berkuliah di London.

Jemari lentiknya dia gunakan untuk memetik gitar yang sedari tadi berada dipangkuannya, terbentuk menjadi sebuah irama musik yang teratur dan terdengar bagus.

Tanpa dia sadari beberapa tetesan air mata turun kepipinya, pikirannya benar-benar tertuju kepada keluarganya. Dia merindukan mereka,namun mereka yang seperti dulu bukan sekarang.

Raisa menghentikan aktivitasnya, menatap langit,lalu memejamkan matanya. "Ma,pa,kak Nanda.... Sampai kapan Raisa sendiri? Raisa benar-benar benci kalian" teriaknya disertai isakan yang memilukan.

"Raisa benci kalau Raisa inget gimana papa dulu sering sama Raisa. Raisa benci kalau inget gimana Raisa cerita soal temen sekolah Raisa sama mama. Raisa juga benci kalau inget kak Nanda yang selalu ngebantu apapun yang Raisa nggak bisa.. Karena kalian udah berubah sekarang! Raisa selalu sendiri. Tanpa ada cinta, tanpa ada yang menjadi semangat Raisa. Semua udah berubah, Raisa benci kalian" dia terus-menerus bergumam dan berteriak.

Dia mengusap wajahnya,menghela napas dalam. Menyeka seluruh air matanya,bangkit dan pergi membawa gitar yang tadi dia mainkan untuk kekamarnya. Sesampainya dikamar dia pun menyimpan gitar tersebut dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya mengingat ini sudah pukul empat sore. Setelahnya dia mengganti pakaiannya menjadi sweater berwarna abu-abu dipadukan dengan celana pendeknya. Dia duduk diranjangnya,meraih ponselnya dan menemukan sebuah pesan dari mamanya.

Mama:
Ca, hari ini mama nggak pulang. Jaga rumah ya?. Papa nggak tahu pulang atau nggak.

Raisa menghela napas dalam, kembali dia menyimpan ponselnya. "Sampai kapan kalian ngumpulin uang? Harta nggak penting buat Raisa, yang terpenting itu kalian ada buat Raisa." Gumamnya.

****

Keesokan harinya, pukul enam kurang lima belas menit pagi Raisa sedang berada didapur. Menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, karena memang tidak ada pelayan dirumah ini. Dan, papanya semalam tidak pulang dengan alasan sedang berada diluar kota.

Hari ini adalah hari pertamanya dia sekolah disekolah barunya, dengan malas Raisa memasukkan roti kedalam mulutnya. Hingga akhirnya roti tersebut berhasil fia habiskan,dia meminum susu yang berada didalam gelas lalu setelahnya dia pergi keluar rumah dengan tak lupa mengunci pintu tersebut.

Beberapa menit kemudian setelah menaiki angkot dia pun sampai disekolahnya meskipun tadi dia sempat salah naik angkot,beruntung ada ibu-ibu baik hati yang menunjukkan jalan yang benar hingga dia benar-benar sampai disekolahnya.

Setelah turun dari angkot Raisa membenarkan rok abu-abu selututnya takut-takut naik keatas, dan ya semua masih rapi. Dia menggibaskan rambutnya kebelakang dan kembali melangkah lebih memasuki pelataran sekolahnya. Namun,baru saja beberapa langkah indera pendengarannya menangkap suara gaduh dari beberapa siswa. Dia menoleh dan menemukan dua siswa sedang berkelahi disana, mengapa semua orang justru hanya menonton mereka bukannya berusaha melerai?

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang