5

522 61 3
                                    

"SEHUN!! APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak Yoona histeris sambil reflek menarik Sehun yang ingin menjatuhkan diri dari lantai paling atas rumah sakit.

Sehun menghempas kasar tangan Yoona. Lalu tertawa sarkas. Tawanya sangat kencang, tawa yang semakin kencang semakin mengiris hati. "Apa?! Kau pikir apa yang akan kulakukan?"

"ARRGHH!!" Sehun sedikit meraba-raba lalu teriak sambil memukul salah satu pilar tembok rumah sakit yang ada di dekatnya. Mulutnya tertawa, namun matanya tak berhenti mengeluarkan air mata.

"Sehun..." Yoona tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya bisa menangis sambil menunduk.

"DIAM LAH! TANGISANMU SEMAKIN MENGGANGGUKU!" tangisan Yoona malah semakin kencang.

Dengan perkiraannya, Sehun meraup lengan Yoona lalu memaksanya untuk menghadapnya. Seolah dapat melihat, mata kosongnya menatap lurus mata rusa Yoona. "Apa yang harus aku lakukan lagi?" kali ini suaranya memelan. Perlahan isakannya keluar.

"APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?!" teriaknya kembali tepat depan wajah Yoona. Yoona perlahan jatuh berlutut dihadapan Sehun. Tangisannya pun tak kalah kencang dari tangisan Sehun.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang harus aku lakukan? Maafkan aku..." Yoona berkata pelan.

"Ini bukan salahmu, Sehun. Seandainya harus ada yang menebus ini semua, itu adalah aku. Bukan kau, Sehun. Tapi apa yang bisa aku lakukan..?" Yoona melirih. Isakannya semakin kencang. Seorang Oh Sehun -yang dari semasa sekolah dikenal sebagai pria dingin kurang ekspresi, tidak peduli pada sekitar seolah dunia memang berputar untuknya, kini menangis dan putus asa tepat dihadapannya.

"Bukan.. ini juga bukan salahmu.." Sehun ikut jatuh terduduk.

"Aku yang terlalu pengecut untuk menerima kenyataan. Dari dulu aku memang pengecut," ia tertawa pada dirinya sendiri. Ia teringat pada seorang gadis yang dulu dirundung semasa sekolahnya. Hampir setiap hari ia melihat hasil kreativitas para perundung di sekolahnya terhadap gadis itu.

Dengan airpod yang terpasang sebelah Sehun berjalan sambil mengantungkan tangannya dalam saku celana. Manusia terkadang terlalu berisik. Walau ada puluhan pemuja, ada juga sejumlah manusia yang tidak berhenti mengomentari hidupnya. Ia tidak butuh keduanya, ia tidak butuh dipuja bagai dewa, lalu dihina bagai sampah. Banyak orang yang menganggap Sehun hanyalah beruntung, lahir dengan sendok emas, hidup dalam keluarga ternama, dan dipenuhi kelimpahan. Ia dikenal karena tampan dan kaya, padahal ada segudang prestasinya. Ia pernah mewakili sekolahnya perlombaan memanah tingkat nasional. Namun orang-orang hanya menganggap bahwa hal tersebut terjadi di bawah kendali nama besar keluarganya.

Ting!

Sehun mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya lalu mengecek notifikasi.

KELAS 12 IPA 1

Nara
Hey! Terus kenapa kalau keluarganya yang atur supaya dia menang? Toh itu keluarganya, bukan keluarga lo!

Seohyun
Keluarganya biasa aja kali, makanya iri wkwk

Yuri
Ahahaha. Lo bahkan gak lolos seleksi dalam sekolah, kan? Makanya nyalahin orang wkwk

Sehun tersenyum malas. Panahan adalah olahraga favoritnya. Panahan juga satu-satunya hobi Sehun yang didukung oleh orang tuanya, karena mendiang kakeknya juga memiliki hobi yang sama. Awalnya ia hanya mencoba-coba untuk ikut lomba memanah di sekolahnya, namun setelah berhasil memenangkan lomba tersebut, guru olahraganya menyarankan untuk ikut kejuaraan nasional. Mengikuti saran kakaknya -Saeron, akhirnya ia mengikuti ajang kejuaraan tersebut. Setelah berhasil masuk dua besar, ia berhasil pulang dengan medali perak. Namun, masyarakat sekolah malah menyangka kalau keluarganya ikut campur tangan dalam hal tersebut. Sebelumnya, ia benci hal itu, namun sekarang ia sudah tak peduli. Ia tak lagi peduli dengan sekolah ini.

Termasuk dengan lima murid yang kini tengah menarik seorang gadis tak berdaya ke arah teman belakang sekolah. Mudah ditebak bahwa gadis tersebut akan dirundung. Tatapan mata sang gadis yang datar itu sempat mengeluarkan sedikit binar saat tak sengaja bersinggungan dengan iris mata Sehun. Sehun terpaku sejenak namun memilih untuk mengabaikannya. Ia tidak ingin menjadi topik pembicaraan sekolah lagi perkara membantu korban rundungan. Salah satu keputusan terburuk yang pernah diambilnya. Karena tak lama setelah itu, tersiar berita seorang korban perundungan yang hampir meninggal ditemukan di area kolam renang sekolah.

Yoona yang tak tahan melihat Sehun seperti itu perlahan berjalan ke arah Sehun dan langsung memeluknya. Berusaha untuk tidak peduli apa yang akan Sehun lakukan setelah ini. Namun yang tidak disangka Yoona, Sehun membalas pelukannya, bahkan mengeratkannya.

🍄🍄🍄

"Sehun, sebentar lagi hati ulang tahunmu. Apa hadiah yang kau inginkan dariku?" Yoona bertaya. Mereka telah kembali ke ruang rawat Sehun.

"Hadiah? Entahlah, sebenarnya aku belum memikirkannya." Sehun terlihat berpikir.

"Hmm.. bagaimana kalau kau pergi jauh-jauh haha, tidak-tidak aku hanya bercanda." Sehun tertawa kecil.

Yoona ikut tertawa dengan sindiran halus tersebut, namun hatinya sedikit berdenyut . Tapi setidaknya ia memiliki sedikit kelegaan karena kini Sehun mulai terbuka dengannya, bahkan mau bercanda dengannya.

"Sebaiknya kau makan dulu Sehun, aku akan menyuapimu," kata Yoona.

"Tidak perlu, aku akan makan sendiri." Sehun menolak.

"Ayolah, kapan lagi aku akan menyuapimu," kata Yoona memelas.

"Baiklah.."

🍄🍄🍄

"Tidak apa-apa Sehun.." Saeron tersenyum, mencoba menghibur Sehun. Tapi Sehun hanya mampu diam sambil terus mengeluarkan air matanya. Sebenarnya sejak tadi Sehun tidak mau bertemu Saeron. Ia terlalu malu. Selama ini ia selalu mendukung pengobatan Saeron, namun kini secara tidak langsung ia seakan menginginkan dan membutuhkan kematian Saeron.

"Aku malu noona... Ini terlalu jahat,"

"Sehun, dengar. Aku akan lebih bersedih jika kematianku nantinya sia-sia. Aku sudah terlalu banyak merepotkan orang-orang sekitarku. Kini saatnya aku membalas budi. Lagipula pengobatanku tidak akan dihentikan. Rumah sakit akan terus memberikan pelayanan yang terbaik. Namun jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi-" Sehun menghentikan ucapan Saeron dengan memeluknya, lalu terisak sekencang-kencangnya.

Yoona yang melihat hal menyedihkan tersebut hanya bisa mengeratkan pegangan pada tas selempangnya. Perasaan bersalah kembali menyerang hati dan pikirannya.

Apa yang harus aku lakukan?

.
.
.
.
.
TBC


PAINFUL LOVE (IYA X OSH) ✅[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang