2

230K 7.4K 112
                                    

Hari masih pagi buta namun sebuah rumah sederhana yang ada dikota Jakarta sudah terdengar berisik. Seorang gadis yang tinggal dirumah itu sibuk membereskan rumah dan memasak untuk sarapan.

Tubuh gadis itu hanya dibalut sebuah kaos polos yang warnanya sudah sedikit pudar dan celana pendek sepanjang paha. Rambut panjang sepunggungnya yang berwarna hitam legam digelung asal hingga ada sisa-sisa rambut yang menjuntai dibahunya. Kedua tangannya dengan gesit bergerak menyapu lantai dapur yang sedikit berdebu. Setelah lumayan lama, akhirnya tugasnya membersihkan rumah selesai.

"Akhirnya selesai juga." Ucap Rea dengan lega. Dia menyimpan sapu dan pel ditempat semula. Setelah itu dia berjalan menuju meja makan kecil yang hanya cukup untuk 4 orang saja. Dia membuka tudung saji dan melihat kedalam bakul.

"Nasinya hanya sedikit lagi." Gumam Rea. Dia terdiam sebentar karena dia yakin nasi itu tidak akan cukup untuk dia dan adiknya. Dan dirumah tidak ada beras lagi. Dia belum gajian hingga belum bisa belanja.

"Tak apalah. Anna lebih membutuhkannya." Gumam Rea lagi disertai senyuman kecilnya. Dia menuangkan nasi yang sudah dingin itu ke atas piring yang terbuat dari plastik. Setelah itu dia mendekati kompor dan mulai menggoreng nasi dingin itu. Setelah beberapa menit, nasi goreng sederhana buatan Rea selesai. Dia menyiapkannya lagi ke atas piring dan menyimpannya diatas meja makan sederhana itu.

Rea lalu berjalan kearah ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga. Dia melihat jam dinding dan jarumnya sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Rea pun berjalan mendekati kamar Anna dan masuk kedalamnya.

"Anna, bangun. Sudah pagi. Ayo mandi." Rea mengguncangkan tubuh Anna dengan pelan. Beruntungnya Anna tidak susah dibangunkan hingga tak memakan waktu yang lama bagi Rea untuk membangunkan Anna.

"Uh, sudah pagi Kak?" Tanya Anna seraya mengucek matanya. Rea tertawa kecil saat Anna menguap lebar.

"Iya. Cepat mandi dan sarapan. Nanti kita telat ke sekolah." Jawab Rea. Anna mengangguk pelan lalu mengambil handuknya. Dia berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar mandi yang ada didekat dapur.

Rumah mereka memang sederhana hingga kamar pun tidak luas. Mereka juga tidak memiliki kamar mandi yang ada didalam kamar. Rumah yang terbuat dari dinding itu masih bisa berdiri kokoh setelah belasan tahun ditempati oleh Rea dan keluarganya. Namun, sekarang Rea hanya tinggal berdua bersama Anna.

Rea melipat selimut tipis Anna dan merapikan tempat tidurnya. Lalu dia mendekati meja belajar Anna dan mengambil sebuah buku pelajaran milik Anna. Tangan Rea bergerak membuka halaman buku itu. Senyuman terukir dibibirnya saat melihat soal yang dijawab Anna dengan benar semua.

"Beruntung aku dan Anna memiliki beasiswa hingga bisa sekolah SMA. Kalau tidak, sekolahku dan Anna pasti terputus karena tak ada biaya. Jangankan biaya sekolah, untuk makan pun susah." Ucap Rea pada dirinya sendiri. Dia menyimpan buku Anna dan keluar dari kamar Anna. Dia pun masuk kedalam kamarnya sendiri untuk bersiap ke sekolah.

***

Rea dan Anna sampai disekolah setelah jalan kaki dari rumah selama 15 menit lamanya. Mereka menampilkan senyuman lebar seolah hidup mereka bahagia tanpa beban. Dengan bersamaan, mereka masuk kedalam area sekolah.

"Kak, aku ke kelas dulu ya. Nanti kita ketemu ditempat biasa saat istirahat." Ucap Anna dengan riangnya. Dia meraih tangan Rea dan menciumnya sebagai tanda hormat. Setelah itu Anna berlari masuk kedalam kelasnya.

Rea tersenyum melihat keriangan Anna. Dia bahagia mempunyai adik seperti Anna yang mampu mengerti keadaan mereka. Anna bahkan tidak mengeluh saat teman-temannya memamerkan barang-barang yang mahal. Dia juga tidak pernah meminta macam-macam pada Rea hingga Rea sangat bersyukur.

That NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang