CHAPTER 6-10

186 10 0
                                    

Part 6

            "Aku tidak bermaksud apapun. Hanya ingin memberi tahumu agar kau tidak berlaku seenaknya padaku," tukas Caren enteng. Justin menggeram seperti ingin meledak, namun dia menahan amarahnya dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. Lelaki itu memilih pergi dari hadapan Caren dan kini melangkah masuk ke dalam kamarnya. Beberapa menit kemudian Justin keluar lagi dengan penampilan yang lebih rapi. Celana jeans panjang berwarna hitam dan kaus berwarna putih yang membuatnya terlihat stylish. Caren mengangkat salah satu alisnya begitu Justin meraih jaket yang tergantung di gantungan jaket yang terletak dengan pintu sebelum akhirnya menarik tangannya untuk berdiri dan mengikuti langkah pemuda berambut cokelat keemasan itu.

            "Apa yang kau lakukan?!" pekik Caren kesal. Justin mendengus,

            "Aku lapar, dan masakanmu membuat aku kehilangan selera. Aku rasa aku akan makan siang di restoran saja," sahut Justin.

            "Lantas mengapa kau mengajakku? Dengar ya, aku sangat lelah dan sama sekali tidak ingin menemanimu makan siang atau sore! Mengerti tidak? Biarkan aku kembali ke kamar apartemenmu!" tangan Caren terulur hendak menekan tombol lift, namun Justin dengan gesit segera menahan tangan wanita itu hingga membuat Caren kehilangan keseimbangan. Dengan terpaksa, Caren meregap bahu Justin dengan tangan kirinya agar dia tidak jatuh, sementara tangan kanannya berada dalam genggaman Justin. Selama beberapa detik mereka berada dalam posisi itu, namun Caren tersadar dan langsung menarik tangannya dari tubuh Justin.

            "Apa maksudmu menyentuhku?!" bentak Caren galak.

            "Hei, aku tadi hanya ingin mencegah keinginanmu yang hendak kembali ke kamar apartemenku! Apa kau tidak dengar aku akan makan siang di restoran?!" balas Justin tidak kalah galak.

            "Kau yang tuli. Aku sudah bilang aku tidak ingin menemanimu! Biarkan aku kembali ke kamar apartemen mu!" seru Caren kesal. Justin memutar bola matanya sebelum akhirnya menyahut dengan kesinisan yang sempurna,

            "Dan membiarkanmu meledakkan apartemenku? Gila, apa lagi yang akan kau rusak di apartemenku?! Jam tanganku saja belum kau ganti, dan sekarang kau akan tinggal di apartemenku sementara aku makan siang di luar? Aku tidak yakin apartemenku akan masih berbentuk ketika aku pulang nanti!"

            "Apa maksudmu?!" Caren melotot, "Dengar ya, Mister Bieber yang menyebalkan, aku bukanlah orang yang dengan tololnya mengacak-acak apartemenmu! Aku hanya lelah dan kupikir lebih baik aku beristirahat atau mengerjakan tugas kuliahku daripada menemani pria sombong sepertimu makan siang!"

            "Jangan cerewet!" hardik Justin tidak sabaran, "Kau adalah pelayanku. Dan aku majikanmu. Kau harus menuruti apapun yang aku katakan, atau jika tidak, aku akan melaporkanmu ke polisi karena kau sudah merusak jam tangan kesayanganku," sambung pemuda itu lagi. Bibir Caren langsung terkunci rapat begitu Justin menyinggung soal jam tangan itu lagi. Sial. Kelihatannya gadis itu harus benar-benar ekstra sabar menghadapi pemuda berkepala batu seperti Justin.

~~~

            Justin memilih makan di restoran masakan jepang yang cukup terkenal di New York. Pemuda berambut emas itu memesan bento sementara Caren—yang dipaksa Justin—memilih memesan sushi. Justin yang kelihatannya sudah sering makan disini mendapat banyak berondongan pertanyaan dari para pelayan restoran yang bermata sipit, namun begitu fasih berbahasa inggris. Mereka terlihat kagum karena untuk pertama kalinya Justin membawa seorang gadis ke restoran. Reaksi mereka sama seperti reaksi Rudolf ketika pertama kali melihat Caren. Terkejut dan memuji kecantikan gadis itu.

            "Aku heran mengapa mereka menganggapmu begitu cantik. Apa mata mereka terserang penyakit katarak mendadak yang membuat pandangan mereka tidak begitu jelas?" ejek Justin begitu pelayan yang tadi mencatat pesanan mereka beranjak pergi.

MY LOVELY ENEMY by Renita NozariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang