Jubah cokelat, sweter tipis warna hijau daun, rok hitam tanpa pola lain, topi besar berbahan beludru cokelat, dan tongkat panjang berhias kristal amethyst.
Daftar di atas dapat dikatakan sebagai atribut keseharianku, atribut seorang gadis penyihir di dunia tanpa sihir ini.
Dan tentu saja, itulah seragam keseharianku sebagai seorang penyihir pengembara.
Untuk bertahan hidup di daerah yang tentu asing, aku selalu memanfaatkan kebolehan sebagai penyihir yang kudapat dari seorang Master yang juga adalah penyihir di dunia tanpa sihir ini.
Hanya saja, itu bukan sihir seperti menembakan bola api atau pun menciptakan segel untuk memantrai sesuatu. Sihirku ini adalah membantu orang lain dengan tenagaku sendiri atau bisa dibilang, 'Tanpa sihir seperti manusia biasa.'
Yah, aku memang cuma manusia biasa yang berpenampilan layaknya seorang penyihir.
Lalu, kenapa harus repot-repot mengenakan pakaian seorang penyihir? Toh, akukan manusia biasa?
Pertanyaan seperti itu kerap kali kudengar tiap berpindah tempat dari pengembaraan ini.
Dan respon dariku juga selalu sama, yakni, 'Bagiku, pakaian ini akan dapat membimbingku bertemu seseorang yang telah membawaku pada pengembaraan ini, lagi pula... Selagi ini bukan pakaian penyihir jahat, tak apa, kan?'
Sekarang, akhirnya aku tiba pada lokasi ke-4 setelah 9 bulan kurang beberapa hari aku memulai pengembaraan.
Lokasi ke-4, kota besar dengan berbagai hal yang masih menjadi misteri bagiku. Kota yang dilindungi oleh organisasi yang juga berperan sebagai pemimpin kota tersebut.
Organisasi dengan nama SkyRaven, dan bila benar organisasi ini adalah SkyRaven distrik-03.
Sebagai seorang pendatang sementara, cukup sulit bagiku mendapat surat izin menetap terlebih pada lokasi yang telah terlindung oleh organisasi.
Mengingat di dunia ini perang kecil masih terjadi meskipun sekarang ada perjanjian damai yang mencegah hal itu, kurasa masalah itu memang wajar bagi orang asing sepertiku.
Emm.... Surat izin... ada! Surat kelakuan baik dari organisasi WhiteRose distrik-01, ada!
.... Persiapan selesai!
Kurasa sudah saatnya aku memulai lagi... di tempat ke-4 ini.
"Anu... dapatkah tuan.... melihatku dengan tatapan biasa?"
Entah kenapa kalimat itu yang pertama terucap dihadapan 2 orang pria penjaga gerbang bagian barat distrik ini, hal yang seharusnya kusimpan dihati agar mereka tidak beranggapan jika aku orang aneh, atau setidaknya itulah yang kutakutkan.
"Maaf-maaf, sekali lagi.... maaf atas kelakuan burukku yang membuat nona merasa tidak nyaman. Oh ya, perkenalkan, Ryukaze Shinji, peserta turnamen organisasi yang ditugaskan mengawasi gerbang untuk hari ini... Ah banar juga, ini rekan seasramaku... Shiraishi Hanamaru-kun .... nona?"
Pria yang meresponku lantas berdiri lalu membungkukkan badan sedikit ketika memperkenalkan diri, sebelum rekan di sampingnya ikut walaupun cuma memberi anggukan dalam tatapan tak senang.
Merasa didesak oleh pertanyaan darinya, aku yang masih merasa gugup dalam kejadian tak terduga ini akhirnya belum berani meraih dua surat izin dari dalam tas punggung dan memilih menunjukkan hormat yang sama untuk kemudian memperkenalkan diri juga.
"A-aku, Makinami Lyna.... S-se-seorang pengembara yang kebetulan melewati kota ini untuk.... meminta izin masuk.... d-dan meminta.... izin menetap sementara di sini, y-ya hanya itu... tujuanku .... to-tolong panggil de-dengan namaku saja... Maaf! Jika kedatanganku mengganggu pekerjaan Ryukaze-sama serta Shiraishi-sama!"
KAMU SEDANG MEMBACA
C-aster: World Without Magical Instruments
AdventureApa yang terpikirkan pertama kali begitu mendengar kisah 'penyihir' dan 'kesatria' yang ada dalam sebuah kota yang sama? Mereka berselisih hingga penyihir berakhir ditiang gantung? Atau mungkin... penyihir berhasil menundukkan para kesatria? Yah...