diari

33 2 1
                                    

Pelajaran pertama hari ini adalah bahasa dan sastra Indonesia. Seisi kelas membahas tentang karya sastra. Diskusi panel diadakan, kelompok Sisca, Felix, yoyo, dan Melinda yang bertugas memaparkan makalah. Tapi Lisa tidak berminat. Hati dan pikiran masih berkutat ke diari yang sedang di jemur di luar. Semoga bisa kering dan kembali seperti semula. Semoga

Masalahnya bagaimana bila Lee tahu. Padahal Lisa sudah janji akan menjauhkan diari itu dari segala keonaran. Tapi ternyata gagal. Lisa jadi teringat bagaimana Lee memberikan diari itu sesudah ujian akhir SMP di taman sekolah. Tepat di bawah pohon Flamboyan yang sedang mekar merah

Flashback on
"Ini buat kamu," kata Lee memberikan diari itu."Diari?" Lisa menerima diari itu dan membolak-baliknya. Lee memang tidak membungkusnya. Lisa tersenyum,"terima kasih, diarinya lucu, pasti kamu sengaja kasih ini karena aku suka banget sama boneka salju,"mata Lisa berbinar

"Lucu kan?"

Lisa mengangguk "kapan kamu berangkat ke Australia?" Mata Lisa menerawang. "Kalau saja boleh ikut, ingin sekali rasanya melihat salju terus membuat boneka salju yang lucu, yang punya hidung besar warna merah, matanya hitam, mulutnya tersenyum dan pake topi tinggi hitam," Lisa mulai membayangkan, boneka salju yang benar-benar menggemaskan.

Lee hanya tertawa. Sejak ia mengatakan akan pindah ke Australia, Lisa memang sering mengucap hal itu.

Lisa memandangi Lee yang masih terus tertawa, lalu menunduk, tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya tanpa Lee. Dari kelas VII mereka selalu duduk bersama meski peraturan duduk berbeda jenis kelamin sudah tidak ada sejak kelas VIII. Bahkan ketika Anton, si ketua kelas membuat peraturan untuk berganti pasangan tempat duduk agar anak-anak tidak hanya akrab dengan teman yang itu- itu saja, Lee dan Lisa tidak peduli. Tepatnya Lee menolak aturan itu karena Lee tahu itu adalah ide Helen agar bisa duduk bersama dirinya. Lee memang populer, ganteng, anggota OSIS, berprestasi, jago main gitar, dan jago basket. Sedang Lisa adalah cewek yang amat sangat biasa, tidak pintar, tidak cantik:semua orang bilang begitu, lebih parahnya lagi, pembuat onar

"Yah kok malah sedih sih," Lee menghentikan tawanya.

"Gimana gak sedih, aku nanti sama siapa kalau kamu pergi?"

Lee hanya tersenyum. Lee pun merasakan hal yang sama. Tiga tahun bersama Lisa bukanlah waktu yang singkat.

"Aku pasti kengen banget sama kamu, Lee"

"Aku juga" bisik Lee malu-malu. Mata mungil Lee memandang hangat Lisa. Ia ingin membelai rambut hitam Lisa namun ragu

"Jaga diari itu ya, biar nanti kalau aku kembali aku nggak ketinggalan ceritamu,"

Lisa mengangguk.

Flashback off

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Angin berhembus kencang dari pintu yang sengaja di buka. Lisa sudah mengingkari janji. Diari itu sudah rusak.

Lisa memandang sedih ke luar kelas. Pokoknya Lisa harus balas dendam pada motor itu.

"Awas ya!" Lisa geram , tanpa sadar ia mengatakan itu keras-keras. membuat seisi kelas melihat ke arahnya dengan bingung

"Awas kenapa Alisa?" Tanya Bu Sisil bingung

Lisa langsung gugup, "emm, enggak bu, itu ada anak di luar ngeledekin saya."

Di luar memang ada banyak anak berolahraga, ada yang bermain basket, sepak bola, dan voli. Tapi sepertinya tidak ada yang meledek Lisa. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Lisa Barbara, Lisa Barbara," begitu kata beberapa orang yang dulu pernah satu kelas dengan Lisa.

Lisa hanya bisa menutupi mukanya dengan buku. Malu.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Hai, maaf ya aku update nya lama karena aku lagi badmood buat nulis
Dan maaf juga kalo part ini ceritanya pendek
Pasti banyak dari kalian yang bilang "udah lama pendek lagi ceritanya"
Tapi itu terserah kalian buat aku sih 'masa bodo'
Dan makasih juga buat kalian yang sabar nunggu cerita ini
See you...

Aku, Kamu, Dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang