tujuh

1.8K 51 15
                                    

Kamu adalah apa yang selalu aku tulis dalam cerita. Dan aku adalah apa yang tak pernah engkau baca.

-------------


Diperjalanan menuju kerumah Clara,Riski tak henti-hentinya mengajaknya untuk berbicara. Clara bosan,banyak sekali pertanyaan yang tak ia jawab. Dan perjalanan terasa seperti sangat lama dipikiran Clara. Sebenarnya,ia tak berniat untuk menerima ajakan si adik kelas tersebut,namun karena desakan yang membuat ia harus mau tak mau menerima ajakannya. Kalau bukan karena untuk menghindari Nando,mungkin Clara sudah naik angkot dengan damai hari ini.

Kini mereka telah sampai di depan rumah Clara,Riski menghentikan laju motornya dan kemudian Clara turun dari tempatnya. "Thanks ya dek,mau mampir gak?" tanya Clara basa-basi

"Enggak kak makasih,aku langsung aja soalnya mau cari bahan buat besok" Dan demi apapun,Clara mengucapkan rasa syukur dalam hatinya.

"Oh yaudah deh gak apa-apa,maaf ya gak bisa nemenin soalnya tugas deadline semua"

Dengan senyuman termanis yang ia punya,Riski kembali bersuara "Siap boss, pulang ya kak"

"Siap. Hati-hati dek yaa", kini Riski telah melaju dengan motornya meninggalkan perkarangan rumah Clara. Clara masuk kedalam rumah kemudian mengganti seragam sekolahnya. Sepi. Begitulah keadaan rumah Clara setiap harinya.


-----




Disisi lain.....

Nando mengemudikan motor sport hitam miliknya menuju sebuah cafe ternama di daerah Jakarta Pusat. Duduk disebuah kursi yang disediakan bagi mereka yang ingin menikmati suasana diluar. Ditemani secangkir kopi cappucino dan beberapa foto masa kecilnya. Merogoh tas hitam miliknya,mengeluarkan sebuah benda yang belum lama ini sedang hits di zamannya.

Ia menghisap uap yang memiliki rasa secara nikmat,kemudian menghembuskannya seperti sedang melepaskan semua beban hidupnya sambil memandangi foto masa kecilnya. Ia rapuh. Ia terluka. Namun,ia sangat pandai menutupinya. Ia tak suka keramaian,tak suka orang-orang memandangnya kasihan,tak suka jika orang lain ikut campur dalam hidupnya.

Nando melirik jam tangan miliknya. Pukul 03.22 siang. Nando akhirnya memutuskan untuk menyudahi kegiatannya dan mulai membayar pada pelayan. Nando kembali melajukan motor sportnya menuju sebuah tempat dimana ia biasanya menghabiskan waktu. Tak butuh waktu lama ia sudah sampai karena jarak antara lapangan dan cafe tidak terlalu jauh.

"Akhirnya si kampret dateng" ucap seorang bernama Reza

"Tumben lama",kini giliran Andre yang bersuara

"Macet", ketusnya "Wah santai dong bossq wkwk" Reza mengeluarkan bola basket dari dalam tasnya,kemudian melemparkan ke arah Nando. Dengan sigap,Nando menangkapnya

"Ngajak berantem?" tanya Nando, "Ayok di lapangan", tantang Reza

"Tungguin Adi bego", ujar Andre yang saat ini mengecek ponselnya "Kemana emang dia?" tanya Nando

"Biasa beliin kita sesajen", ucap Reza yang hanya dibalas 'oh' dari sang pemberi pertanyaan.



-------


Hari mulai gelap,dan perut Clara sudah berbunyi begitu keras. Demi apapun. Clara lupa mengisi stok kulkasnya. Tak ada mie instan,tak ada roti-rotian,tak ada telur untuk digoreng,juga tak ada pula yang bisa ia masak,bahkan nasi sesendok pun tak ada. Mungkin keputusan terbaik adalah berjalan menuju ke minimarket terdekat untuk membeli beberapa makanan instan,siapa tau bertemu dengan tukang nasi goreng keliling bukan?

Teman KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang