"Sentakkan omongan keras dari orangtua, yang ngebuat anaknya gak tau apa itu Indahnya keluarga. Menurut gue,"
Gue orangnya kagak mau diatur. Gak suka diatur. Dan berasa kagak mau ada aturan. Aturan = ribet. Dan gue bukan orang yang ribet dan gak mau pusing terhadap suatu hal. Cewek cantik aja kalo ribet, alias sering ini itu sih ya malah risih gue liatnya dih maleus.
Ada pertanyaan yang datang dari gue,Kenapa orangtua ngerasa gak pernah ngerti sama keadaan anaknya? Dan berasa ingin menjadikan kita sebagaimana yang mereka inginkan?
Selalu marah. Selalu ngebanding-bandingkan dengan anak tetangga. Lo tau? Sakit ya?
Ya kalo gak niat bikin anak kenapa nyiptain gue? Apa mereka salah bikinnya? Atau mereka emang gabisa bikin, sehingga keluarlah gue didunia ini?
"Terkhusus ayah. Apa ada kalimat selain membenci yang lebih sopan untuk menggambarkan perasaanku saat ini? Ayah yang meng-ada kan aku, namun sekarang seolah ayah tidak menganggapku. Bandinganmu, ucapanmu, apakah aku ini hewan? Yang tidak memiliki perasaan? Yah? Aku anakmu. Aku manusia. Aku memiliki hati, aku bisa sakit hati. Aku hanya iri dan cemburu bila teman-temanku dekat dengan ayahnya Namun aku tidak. Aku hanya ingin dekat dengan ayah, namun ayah selalu menjauh. Disaat aku ingin perhatian ayah, ayah yang tidak bisa peka Apa maksud tingkah laku-ku selama ini. Disaat ayah membandingkanku dengan yang lain, apa menurut ayah itu bisa membuatku termotivasi? Tidak! Semua ucapanmu, semua bandinganmu kurasa hanya menghancurkanku saja. Ibuku bilang, disaat aku lahir pun ayah tidak ada. Pelukan hangat darimu saja aku belum pernah merasakan. Ciuman lembut darimu saja aku belum tahu bagaimana itu? Tutur kata lembut dari mulutmu saja aku belum pernah mendengarkannya. Ayah selalu saja memarahiku. Ayah selalu saja memukul. Ayah selalu saja membentak. Ayah selalu saja jauh. Ayah selalu dan selalu. Bahkan ayah selalu saja beradu mulut dengan ibu.
Yah? Jika itu semua bahagiamu, tolong untuk ekspektasiku nanti ayah juga bisa membuatku, ibu, adik, bahagia bukan dengan perlakuan yang sama. Tolong untuk tidak memperdalam rasa benciku. Jujur, aku menyayangi ayah dan ibu. Ingin sekali rasaku membahagiakan kalian dengan semua suksesku. Semoga Tuhan mengizinkan. Aku sangat menyayangi ayah. Sangat dan sangat, yah... "Catatan kecil untukmu, dan semoga ayah membaca tulisanku ini. Aku tidak peduli, bila setelah membaca ini ayah akan memarahiku dan menamparku. Bahkan lakukan saja seribu kali pun, bila itu membuat ayah bahagia sampai ayah menghentikannya dan memelukku diujung tamparan.
Kurasa itu ekspektasi yang berandai-andai. Yah, aku mohon dengan sangat sekali. Aku ingin kasihsayangmu. Kasihsayangmu. Kasihsayangmu. Kasihsayangmu. Kasihsayangmu. Kasihsayangmu. Dan kasihsayangmu.
Aku meminta izin, semoga ayah mengizinkan.12'4'15...
Dih gue aja yang baca garing, hahahahahahahahahahaha:')
KAMU SEDANG MEMBACA
IllUSINASI
De TodoIni ceritaku. Yang mungkin entah ber-alur maju, mundur, atau bahkan maju mundur. Bertemakan tentang keabstrakan suatu peristiwa, hingga tokoh utama yang belum sempat selesai namun segera mengakhiri kisahnya. Dan tunggu, ceritaku belum selesai.