Pagi yang begitu indah. Pikir Renata dalam hatinya.
Bagaimana tidak? Hujan mengguyur bumi sejak tadi malam. Tidak lebat memang, namun mampu mengobati suasana hati Rena.
Berbeda dengan orang lain. Yang memilih menggerutu karena hujan datang dan membasahi baju mereka serta barang bawaan. Hujan itukan berkah? Pikir Rena riang. Namun wajahnya berubah murung saat memikirkan sesuatu. Namun. Hujan juga sendu.
Saat ini ia duduk di halte bis. Menunggu mobil besar milik pemerintah itu datang untuk kemudian pergi ke kampus nya yang memang agak jauh terletak ditengah kota. Dengan berbekal ransel yang diisi Laptop, buku, dan alat tulis, ia kemudian tersenyum dan bersiap berdiri saat mobil itu memelan tepat didepan halte.
Ia kemudian menaiki bis itu dan mencari tempat duduk kosong. Hanya tinggal satu. Ia berjalan cepat kearah kursi itu dan duduk dengan nyaman. Disampingnya ada kakek-kakek yang duduk dengan kepala menyender di jendela bis.
Rena tersenyum ramah kearah kakek tua itu dan dibalas anggukan.
Hari ini Rena senang. Sudah berminggu-minggy kota tidak diguyur hujan. Rena Rindu hujan. Rena juga Rindu Gavin.
Rena kemudian mengeluarkan Handphone jadul nya. Dengan mengetik sebuah pesan disana.
Vin, aku rindu.
Sent.
Setelah mengetik itu, ia kemudian kembali memasukkan Hp Phoenix nya itu kedalam tas.
Bis melaju membelah kemacetan kota. Kurang dari 20 menit, bis memelan tepat didepan Kantor Polisi. Rean kemudian turun dan melanjutkan berjalan. Karena ia tidak memiliki cukup uang untuk naik taxi.
Perjalanan cukup lama, 10 menit. Agak jauh memang, tapi gadis berambut lurus dengan kaca mata hipster yan bertengger diatas hidung mancungnya itu sudah terbiasa berjalan. Jadi ia berfikit tak akan terlambat.
"Hai Re."
Teriakan itu otomatis membuat Renata mencari sumber pemilik suara yang memanggil namanya itu. Tepat disana, didepan gerbang kampus, ia melihat sosok Ifa, Temannya sejak SMA .
Senyum nya mengembang. "Hei, Fa. Tungguin aku." Teriaknya dari seberang jalan.
Setelah dirasa aman dan bisa menyebrang, Renata melangkahkan kaki cepat untuk menyebrangi jalan besar itu.
"Eh Re. Cie." Ledek Ifa, "Semester baru, gaya baru?" Sambungnya.
Rean mengerutkan kening sambil memutar mata jengah. "Mana ada yang baru, Fa. Masih stok lama semua kok." Jawabnya.
"Stok lama tapi lo udah berani gerai rambut? Asik,, "
Rena memegang rambutnya sambil terkekeh pelan "Ayah suruh dilepas aja. Kata Ayah biar aku cantikan dikit, Fa."
Giliran Ifa terkekeh. "Bukan cantiman dikit. Lo cantik banget kalo rambutnya gini. Btw, Kelas mana lo pagi ini?" Tanya nya sambil melihat jadwal mata kuliah di kayar Hp nya.
"Aku ada kelas sama Miss Erna pagi ini. Kamu?" Tanya nya.
"Yah. Sama dong." Raut wajah Ifa terlihat senang sekali. "Kalo gitu barengan aja kita. Lo sama gue aja lagi duduknya ya Re."
"Kenapa gitu?" Tanya Rean.
"Oh ayolah Re. Temen gue yang tulus cuma lo doang. Yang lainnya cuma mendekat karena ada alasannya, Re." Rengek Ifa.
Renata memandang iba temannya ini. Bagi Rena, Ifa adalah teman sekaligus sahabat yang sudah setia dengannya semenjak kelas 1 SMA dulu. Dari semenjak Mos, kemudian Ospek, mata kuliah yang kebetulan sama. Dan kelompok yang juga kebetulan sama. Mereka saling memenuhi satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVAGRAPH
RandomBagi Gavin, Riana adalah satu-satunya wanita yang ia cintai. Bagi Renata, Gavin adalah lelaki yang menyempurnakan hidupnya. Bagi Adrian, Renata adalah Riana -nya.