2 - LVGP

1 0 0
                                    

"Gimana kalau lo gue comblangin sama dia?"

Perkataan Zenifa telak membuat Renata mengernyitkan keningnya tak percaya. "Zenifa demam? Atau gila?"

"Gue gak gila, Re. Gue serius."

Renata tergelak. Bukan tipe gelak keras yang akan membuat seluruh mata memandangnya. Bukan. Terkekeh sambil berbisik. "Ifa. Jangan macam-macam deh. Dihati aku masih ada Gavin, loh."

Ifa lagi-lagi memutar matanya jengah. "Lo masih berharap sama dia? Lo harusnya buka mata, Re. Dia itu gak perduli lagi sama lo. Dia udah pergi jauh."

"Ifa. Gak boleh ngomong yang enggak-enggak tentang orang. Pamali."

Ifa hanya menghela nafas nya pasrah. Ntah jin jenis apa yang merasuki sahabatnya, Renata itu. Bukannya Ifa tak mengetahui kisah cinta Renata. Galvin. Lelaki itu adalah pacar Renata, sekaligus sahabat kecilnya Zenifa.

Kisah nya bermula saat siang itu, sewaktu Ifa dan Renata masih duduk di bangku SMA. Ifa berencana untuk mengajak Gavin dan Renata menonton, berbelanja, dan menghabiskan waktu bersama di salah satu pusat perbelanjaan milik Ayahnya Ifa. Dirinya juga tak menyangka rupanya dibalik dating persahabatan itu berakhir percintaan. Gavin yang pertama kali bilang ke Ifa bahwa ia jatuh cinta pada Renata. Bukannya Ifa tak memberitahu Gavin pasal Renata. Ifa sudah memberitahu Gavin bahwa Renata bukan cewek biasa. Renata adalah gadis lugu yang tidak mengerti percintaan.

Dulu Renata memiliki prinsip. Satu cinta untuk suaminya kelak. Namun entah bujuk rayu apa yang Gavin berikan sehingga membuat Renata luluh dan sebulan setelah dating mereka itu, Renata dan Gavin merubah hubungan menjadi sepasang kekasih. Bukan lagi sahabat.

Zenifa tau, sifat Gavin seperti apa. Gavin adalah tipe lelaki yang akan pergi setelah muak dengan pacarnya. Bisa dibilang playboy. Ifa berkaki-kali mengingatkan Rena agar meninggalkan Galvin. Namun Rena sepertinya sudah terlampau sayang dengan Gavin. Sehingga gadis itu menolak agar menjauhi Gavin. Sedangkan Zenifa, sudah siap dengan segalapun yang terjadi. Mungkin Gavin yang akan meninggalkan Rena.

Saat ini saja contohnya. Gavin melanjutkan sekolahnya di Berlin. Kebiasaan lelaki itu tak pernah mengabari Rena dan dirinya tentang kabarnya di Berlin. Sedangkan Rena disini sangat menunggu kabar apapun itu, sesingkat apapun itu. Dan Ifa sudah menyimpulkan bahwa Gavin sudah mencampakkan Renata.

"Hei kamu!."

Suara bariton itu menyadarkan Ifa dari lamunannya. Ia baru menyadari bahwa Adrian, em maksud nya Mr. Adrian sedang menatap nya tajam. Disusul teman-teman sekelas yang menatap kearahnya.

"Saya tidak dibayar untuk membiarkan seorang mahasiswa melamun dikelasnya."

Ifa memandang Renata yang tengah menatapnya iba. Dapat dilihat dari sorot matanya bahwa Renata berkata kenapa bisa?

Ifa hanya menunduk kearah Adrian. Sambil bergumam maaf.

***

"Ppfftttsss.." Rena menutup mulutnya rapat. Memendam suara tawanya yang mungkin akan menggema di cafe mini Fakultas nya ini jika tidak ditutupi. Sedangkan tangan sebelahnya memegang perut karena sakit.

Saat Ifa. Gadis dihadapannya itu baru saja menyelesaikan ceritanya untuk kemudian dihadiahkan kekehan olah Rena. Ifa memutar mata jengah saat sahabat nya itu tertawa. Bagaimana Rena bisa tertawa jika penyebab dirinya ditegur dosen adalah Rena. Pikir Ifa. Wajahnya merah padam. Beberapa smester ia lewati, tak pernah sedikitpun dirinya di tegur dosen. Apalagi dibumbui tatapan tajam dan mematikan. Didepan semua individu dikelas. Sungguh, Ifa malu.

"Sudahlah, fa. Toh juga udah berlalu kan." Ujar Rena sambil membenahi kacamata nya yang hampir melorot.

Suara getar dimeja menyadarkan dua insan tersebut. Memandang kearah Handphone Ifa yang tergeletak di meja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVAGRAPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang