Author's POV
Beberapa hari setelah kelulusan merupakan sebuah hal yang menggembirakan sekaligus mengkhawatirkan bagi mantan mahasiswa.
Tuntutan mencari pekerjaan akan segera terlintas bagi siapa saja yang statusnya belum memilikinya.
Hal yang mengkhawatirkan tersebut ternyata tidak berlaku oleh lelaki berjawline tajam bernama lengkap Lee Taeyong.
Taeyong baru saja direkrut sebagai sekretaris resmi dari bos entrepreneur ternama di Korea Selatan.
Entah bagaimana caranya ia bisa langsung diterima, ceritanya beberapa bulan yang lalu sebelum kelulusan, Taeyong dicegat oleh dua orang berjas rapi mengaku mereka adalah bagian dari Jung corporation.
Tentu saja nama perusahaan tersebut tidak asing bagi Taeyong. Sekolah tempatnya menimba ilmu memang ada di bawah naungan perusahaan itu.
Tanpa ba bi bu, Taeyong yang saat itu rambutnya masih berwarna pink dengan sekejap berubah dicat kembali menjadi warna hitam kecokelatan.
Syarat wawancara katanya.
Setelah mengecat ulang rambut, Taeyong pulang ke dormitory, sambil mendengus bangga, surat persetujuan mengikuti wawancara langsung ditunjukkannya pada Doyoung waktu itu.
Taeyong yang merasa sudah melampaui sahabatnya itu mendadak dikejutkan bahwa Doyoung juga memiliki surat yang sama.
Maklum saja dengan hubungan mereka yang tidak mau mengalah. Seisi dormitory sudah terbiasa dengan sikap mereka yang layaknya tom and jerry setiap jam 10 malam.
Tangan Taeyong meraih laptop tipisnya yang kemudian langsung diketiknya data diri dan berbagai pengalaman berorganisasi serta prestasi-prestasinya selama di sekolah.
Doyoung yang tidak mau kalah sontak mengintip isi surat lamaran yang diketik Taeyong dan mengubah desainnya sedikit agar jika suatu saat Doyoung mati, Taeyong tidak menulis grafiti "kamu meng-copy cvku!" di batu nisannya.
Hasilnya adalah di saat wawancara, Taeyong diterima sebagai sekretaris sang bos, sedangkan Doyoung menjadi pendatang baru dalam divisi marketing officer.
Tidak butuh waktu lama setelah melamar bekerja, Taeyong dan Doyoung pindah dari dormitory sekolah dan masing-masing dari mereka tinggal di apartemen yang sudah disediakan dalam perjanjian kontrak kerja mereka.
Kembali ke saat ini,
Taeyong sekarang sangat bersemangat dan tidak sabar bertemu dengan bos barunya. Dirapikan kembali jas berwarna abu-abu serta dasi hitamnya.
Matanya melirik ke arah jam dinding di belakang meja kerjanya yang sekarang menandakan jam 07.45 pagi.
Kata pekerja senior, bos biasanya akan datang ke kantor 15 menit lagi yang berarti jam 8 pagi pas.
Taeyong harus sudah bersiap untuk membacakan jadwalnya selama seminggu dan memberikan dokumen kerja sama yang harus ditanda tangani.
Tidak boleh ada kesalahan, seperti apa yang sudah dilatih oleh pekerja senior sebelum Taeyong menjadi sekretaris resmi.
Setelah 15 menit berlalu, mata Taeyong membulat melihat batang hidung bosnya muncul dari balik pintu kaca.
Di belakangnya ada beberapa pegawai yang membawakan tas kerjanya dan sang bos, Jung Jaehyun, berjalan dengan tegap.
Terlihat tampan, pikir Taeyong pada saat itu.
Mendadak dia tersadar lalu ditepisnya pemikiran itu, kemudian tergopoh pelan berjalan di samping Jaehyun, mengambil tas dari pegawai, kemudian mereka berdua masuk ke dalam ruangan pribadi di mana ada meja coklat megah berdiri di tengah ruangan.
Taeyong meneguk ludah, merasakan gugup di hari pertama bekerja.
•°•°•°•
Jaehyun's POV
Sebelum sampai di kantor, perwakilan bagian managerial menelponku, mengatakan bahwa training sekretaris pribadi baru sudah selesai. Rupanya sekretaris baruku melaksanakannya dengan baik.
Aku tidak terlalu penasaran bagaimana rupanya sekretaris baruku, karena selama dia bekerja dengan baik, akan kugaji dia dengan baik pula.
Selama jadi pemilik perusahaan, aku lumayan bisa berbaur dengan pekerjaku. Mereka juga sangat senang menganggapku sebagai teman.
Kadang saat selesai kerja, mereka menawarkanku makan bersama yang 70%-nya akan kutolak.
Bukan karena jual mahal, tapi memang jadwalku sangat padat, aku harus beristirahat cukup dan kembali bekerja agar produktif.
Pikiranku kembali ke si sekretaris baru. Aku diharuskan melihat data dirinya, dan benar saja, di dalam mobil sudah ada amplop cokelat muda berisi lima lembar kertas.
Lee Taeyong.
Hal pertama yang kuperhatikan sebenarnya bukan namanya.
Mataku langsung tertuju pada pas foto yang tersinggah di bagian kanan atas.
Menawan.
Matanya bulat dan terlihat kepercayaan dirinya sebagai lulusan baru.
Kemudian bibirnya.
Bibirnya terlihat sensual jika diperhatikan lama kelamaan dan aku yakin dia pernah berpacaran setidaknya 5 sampai 10 kali.
Ah sial, kenapa aku memikirkan itu?
Mungkin karena aku lupa meminum suplemen minyak ikan.
Cepat-cepat aku mengalihkan mataku dari foto bagian bibirnya. Mataku mulai membaca profil dirinya.
Lee Taeyong, kuulangi lagi,
1 Juli 1995, oh ternyata dia lebih tua dua tahun dariku. Lucu.
175 cm, 58 kg. Bisa kubayangkan pendeknya dia saat di sampingku.
Sangat manis.
Kemudian kubaca-baca pengalamannya.
Ah... kebanyakan pengalamannya mengorganisir event penting yang diadakan sekolah agar orang luar bisa datang ke sekolah. Dia juga menulis serangkaian paper proposal maupun paper tugas sekolah dengan baik.
Meski nilainya terbilang cukup tetapi tidak menutup kemungkinan kalau sekretaris baruku jago dalam menghandle pekerjaan sesuai bidangnya saat ini.
Aku berharap dia tidak merepotkan seperti sekretaris-sekretaris sebelumnya.
Ada alasan kenapa aku langsung menerima sekretaris laki-laki. Seperti Taeyong.
Alasan utamanya mungkin sudah bisa ditebak.
Sekretaris pribadi terdahuluku semuanya perempuan. Tidak bisa kalian bayangkan betapa lelahnya aku jika mereka sudah memiliki perasaan cinta pada bosnya sendiri.
Baru dua sampai tiga bulan bekerja, mereka tak tahan menyatakan perasaan cintanya padaku dan bahkan bersedia jika aku menikahinya langsung sekaligus bekerja.
Aku yang tidak memiliki perasaan pribadi menjadi risih dan secara garis besar langsung menulis persyaratan "sekretaris harus laki-laki".
Banyak yang bilang aku ini sangat tampan. Pernah waktu itu aku menyusup ke dalam grup chat media sosial sebagai akun supir pribadiku.
Di dalam chat itu, pekerja perempuan sering membicarakan perihal senyumku yang sangat membuat hati orang berbunga-bunga.
Memang pada dasarnya senyum itu perlu kan? Bahkan senyumku adalah strategi yang 100% berhasil jika dipakai untuk meluluhkan klien dan investor.
Tetapi jika senyum kepada mereka yang perempuan itu salah karena membuat mereka bertekuk lutut... aku harus apa?
Ah, betapa tidak sabarnya aku menjalani hidup biasa sebagai pemilik perusahaan dengan laki-laki pertama sebagai sekretaris.
•°•°•°•
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR BET; Jaeyong [Discontinued]
Humor"Kenapa kau keras kepala sekali?," Taeyong menatap pemuda di hadapannya dengan tajam. "Jawabannya sederhana, hyung. Aku yang dominan di sini." Taeyong tercekat. Alih-alih membela dirinya, pikirannya malah kacau dan seketika kata-kata langsung keluar...