Senin pagi.
Taehyung melompat dari tembok belakang tatkala siswa-siswa lain bergegas ke tengah lapangan bersiap upacara sambil merapihkan lagi seragam dan atribut yang dikenakan. Gabung dengan temannya yang sama-sama lompat tembok ke depan warung bude Yuli. Tempat nongkrong favorit mereka kalau lagi bolos jam pelajaran.
Jaraknya agak jauh dari sekolah, pelosok masuk gangan tapi lumayan luas buat tempat parkiran motor. Strategis, nyaman, berkualitas. Begitu kata mereka yang hampir setiap hari mampir ke sini.
"Bude! Kopi dong!" itu suara Hoseok, salah satu sahabat Taehyung semenjak awal ajaran baru. Anaknya supel, ramah, hobi ngelawak juga.
"Kopi apa, tong?" Bude Yuli yang lagi ngegoreng bakwan ngecilin api di kompornya, ngelap tangan ke kain di atas meja lalu beranjak.
"Biasa bude, Kapal Api," celetuk Hoseok.
Ada bangku kayu panjang di sebrang kursi plastik yang Hoseok dan Jimin duduki. Tempat Soonyoung, bertiga dengan Hansol dan Taehyung.
"Gue juga dong," Hansol nendang kaki Hoseok.
Sekalian mesen, Soonyoung ikutan tapi beda merek kopi, "Bude! Kapal Apinya satu lagi sama ABC moka ya!"
"Kopi itemnya dua sama ABC moka?" bude Yuli ngulang pesanan mereka yang dibales anggukan Hansol, Soonyoung, Hoseok. Gak lama iris mata wanita setengah baya itu ngeliatin Taehyung dan Jimin yang sibuk main hp. Mabar Hago, room adu domba, "Itu Jibol sama Si ganteng gak ngopi juga?"
Ngerasa terpanggil Jimin nyahut sambil terus fokus mencet-mencet layar ponsel, "Ah bude! Taehyung doang yang ganteng, Jimin dinistain melulu!"
Bude Yuli ketawa aja. Sementara empat temannya udah ketawa ngakak.
"Udah, boi. Terima takdir aja, tinggi lo minta banget dinistain sih!" celetuk Hansol pakai nada kedewasaannya, seolah-olah berusaha menyadarkan Jimin tentang fakta.
"Sialan lo."
"Ya udah maaf-maaf, Jimin juga ganteng deh," sela bude Yuli sambil nahan ketawa.
"Telat bude ah!" Jiminnya udah keburu ngambek. Bercanda doang. Gak lama dia ngeluarin suara lagi masih fokus ke hp, "Jimin Teajus apel aja sama Umild sebatang. Lo apa Tae?"
"Malboro dua."
Hansol reflek noleh ke Taehyung, "Gak aus lo?"
Taehyung cuma nendang ujung sepatu Hoseok di sebrangnya, "Ambilin Granita," berhubung kawannya itu memang duduk di dekat kulkas.
Gak lama. Saat mereka lagi nunggu kopi sambil nyalahin ujung rokok filter di sela-sela jari, Mingyu muncul ngeparkirin motor di depan warung, udah mau setengah delapan begini baru dateng. Gak lagi heran teman-temannya.
Tapi hari ini ada motor lain yang isinya dua orang dan lagi ada juga yang nebeng di motor Mingyu. Kalo dilihat-lihat kayanya sih bocah dari basis beda. Tapi gak apa-apa lah, pergaulan cowok kan luas.
"Woi, boi!" dia turun, lalu brofist ke teman-temannya. Tiga siswa yang lain cuma ngintil aja di belakang, ikut-ikutan adu kepalan tangan.
"Siapa nih?" Hoseok nyeletuk sok akrab.
"Junhoe, Yugyeom, Jungkook," Mingyu ngucap sambil merebut batang rokok di mulut Taehyung, gak peduli kawannya yang ngumpat nama hewan dia ngisep nikotin di sela jemarinya.
Tiga anak yang emang sama-sama tau kacaunya dunia remaja itu langsung duduk aja di tempat yang kosong.
Gak berselang lama bude Yuli dateng ngeletakin pesanan kopi sama teajus ke meja kayu di pinggir tempat mereka.
"Makasih bude," kata Soonyoung sambil senyam-senyum, ngambil gelas kopinya terus noleh ke kawan-kawan temennya, "Pesen kopi gih, nanti Jibol yang bayar," celetuknya sambil nunjuk Jimin yang masih tanding Hago, pakai dagu.
"Enak aja lo bangsat!" Jimin nyahut cepet gak terima.
Terus yang lain cuma ketawa.
Gak lama Hansol yang nyeruput kopi itemnya, ngernyit merhatiin tiga kawan Mingyu yang rasanya familier, "Eh, lo bertiga anak IPA-1 bukan sih?"
Sontak bikin semuanya kecuali Jimin dan Taehyung yang masih adu domba noleh ke mereka.
Junhoe yang jawab pas Yugyeom beranjak dari tempat buat beli kopi sama rokok juga.
"Yang IPA-1 Jungkook doang, gue sama Yugyeom mah IPA-2."
Hansol ngangguk-ngangguk sambil merhatiin tangan Junhoe yang nepuk bahu Jungkook.
"Intinya sama-sama IPA, jing," itu suara Taehyung yang sontak ngebuat perhatian semuanya fokus ke dia. Dia sih kalem aja, emang dasarnya cuek jadi cuma ngelanjut sambil fokus ngalahin domba itemnya Jimin, "Anak teladan lo pada. Bukannya belajar, malah ngebolos upacara di sini."
Satu sisi Yugyeom sama Junhoe cuma ketawa aja, gak merasa tersinggung sama sekali, tapi sisi lain Jungkook justru terdiam. Seolah membatu memperhatikan separuh wajah Taehyung dari posisinya sekarang.
Bagaimana potongan rambut undercutnya yang memukau, hidung runcingnya yang indah, bibir kemerahannya yang cantik dan soal sisa luka di sudut bibir dengan bekas lebam-lebam pada kulit mukanya yang menambah kesan memikat luar biasa.
Keren ... keren sekali.
Maka untuk pertama kali, Jungkook merasa terpesona pada ciptaan Tuhan selain pantulan dirinya dalam bingkai kaca.
✖✖✖✖
Cuma hasil kegabutan di tengah writers blok. Muehehe.
Kucinta kalian ft. titik dua bintang (tebar sempak dan kecup basah).Visualisasi taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whipped Boi
Fanfiction[ slice of life!, teenage love!, bahasa! ] Masa remaja menjadi surga yang terlalu bodoh. Maka saat Jungkook memutuskan untuk mencintai Taehyung, di sana ia menulis lembaran baru dalam garis takdir keduanya. start : 10 Agustus 2018 end : 06 Septem...