XXVIII

15.1K 2.2K 222
                                    


Johnny membuka mata perlahan, melirik isterinya yang masih memejamkan mata dan memeluknya sebagai guling. Johnny mengecup dahi Ten, mengelus pelan wajah seseorang yang telah menemani paginya sejak beberapa tahun terakhir ini dengan lembut. Tatapan matanya teduh, mensyaratkan betapa ia memuja isterinya itu dengan sangat. Ya, sesuai janjinya, Johnny telah sepenuhnya jatuh hati pada Ten. Bahkan mungkin lebih dalam dari yang pernah terjadi terhadap Taeyong. Ten mengemaskan, sangat sangat menggemaskan, laki laki mungil ini melakukan banyak hal sederhana yang begitu berkesan di hatinya. Seperti belajar memasak, meskipun sampai sekarang dia masih sering salah antara gula dan garam. Namun yang paling membuat Johnny tak bisa berpaling, adalah bagaimana Ten belajar menjadi ibu yang baik untuk anak angkat mereka, Seo Jaemin.

Johnny tau latar belakang Ten yang berasal dari keluarga konglomerat, membuatnya nyaris berpikir akan membuat isterinya itu mengajarkan Jaemin hal hal penuh kemewahan. Pada dasarnya, Johnny tidak keberatan, namun ternyata fikirannya salah besar. Ten benar benar mengajarkan Jaemin tumbuh dengan sederhana. Membuat anak manis itu berkembang menjadi pribadi lembut luar biasa dan mudah tersenyum pada siapa saja. Johnny bersyukur, bersyukur memiliki Ten dan bersyukur memiliki Jaemin sebagai pelengkap diantara mereka

"Selamat pagi papa!"

Jaemin dengan piama dan rambut khas bangun tidur, menyapa ayahnya dengan ceria. Memberikan Johnny kecupan di pipi sebelum akhirnya berjalan riang kearah sang ibu

"Mama! Hari ini Jaemin ikut Papa, oke?"

"Oh, mau bertemu Jeno lagi ya?"

Ten berucap dengan nada menggoda, mecubit kecil pipi anaknya dengan gemas. Well, dia sudah diceritakan Johnny tentang pertemuan anaknya ini bersama Jung Jeno. Si bocah Jung penggoda yang persis ayahnya!

"Mama! Jaemininie suka Jeno! karena Jeno mengatakan kalau Jaeminnie cantik!"

Johnny terkekeh, sementara Ten mendengus. Bungsu Jung ini pastilah sudah menjerat hati putranya dengan erat.

"nah, terserah kau sayang. tapi katakan pada Jeno itu agar tidak macam macam padamu"

Jaemin yang notabenenya masih berusia lima tahun itu mengernyitkan dahi.

"Mama, macam macam itu seperti apa?"

Tanyanya dengan raut polos, Johnny tertawa ketika mendapati Ten yang kebingungan sendiri untuk menjelaskan maksud ucapannya pada sang anak.

"Johnny, apa menurutmu Jaehyun akan menerima permintaanku?"

Ten menatap kearah suaminya, sementara Johnny membalasnya dengan senyum. Saat ini keduanya tengah menuju kantor Ten, karena laki laki manis itu sedang malas membawa mobil dan dalam mode manja pada sang suami.

"Kupikir dia akan mengerti Ten, kau pasti bisa meyakinkannya"

Johnny mengelus pelan rambut Ten tanpa memecah fokusnya pada jalanan. Mencoba menghibur perasaan isterinya yang hari ini akan mengajukan surat pengunduran dirinya dari perusahaan Jaehyun.



{}



Terbiasa dibangunkan dengan cara cara lembut, Jaehyun benar benar kesal saat dibangunkan dengan teriakan keras anak bungsunya. Inginnya Jaehyun mengutuk anak kecil itu, namun melihat wajah si bungsu yang berurai air mata membuat dahinya berkerut. Satu hal, Jeno tidak pernah datang padanya saat menangis, karena anak itu selalu datang padanya ketika sedang mood bahagia atau sekedar ingin mengerjainya.

[END] Our Marriage Life (1st Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang