02. Bullying

7.1K 636 25
                                    

DILARANG MENGCOPY PASTE, MEMPLAGIAT, ATAU MENIRU SAMA PERSIS FANFIC MILIK SAYA INI! JIKA TERINSPIRASI, IZIN TERLEBIH DAHULU KEPADA SAYA!!!

DILARANG MENJADI SILENT ATAU GHOST READERS! WAJIB VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!!!

CEK KOMENTAR DI SINI UNTUK MELIHAT PANDUAN MEMAHAMI DIALOG REO ➡

CEK KOMENTAR DI SINI UNTUK MELIHAT PANDUAN MEMAHAMI DIALOG REO ➡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tidak ada yang menginginkan kejadian buruk menimpa, termasuk Reo serta keluarganya. Lahir dalam kondisi normal dan memiliki kekurangan di tengah pertumbuhan karena sebuah kecelakaan, menimbulkan dampak yang teramat besar di dalam hidupnya.

Dilahirkan tanpa kekurangan di tengah keluarga yang bergelimang harta seharusnya membuatnya memiliki masa kecil yang bahagia seperti anak-anak lain, tetapi kehidupan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Kecelakaan kecil yang terjadi di usianya yang belum genap dua tahun mengubah segalanya.

Dunia yang sebelumnya penuh warna dan suara, kini berubah menjadi keheningan yang menyesakkan.

Balita yang baru bisa belajar beberapa kata, terpaksa kehilangan pendengaran normalnya selama seumur hidup sehingga berpengaruh terhadap proses saat berbicara. Reo tidak sepenuhnya tuli. Dia masih bisa mendengar, tetapi sangat lemah seperti suara yang berasal dari balik dinding tebal sehingga butuh alat bantu dengar untuk menangkap suara dengan lebih baik.

Sebagai penyandang disabilitas yang disekolahkan di sekolah umum, dia kerap menjadi sasaran empuk pembullyan. Sekolah seharusnya menjadi tempat belajar dan bermain sekaligus tempat di mana anak-anak bisa berteman, tertawa, dan tumbuh bersama. Tetapi baginya, sekolah lebih menyerupai arena pertempuran.

Bukan dengan senjata atau perkelahian, tetapi dengan ejekan, tatapan meremehkan, dan perlakuan kejam yang membuatnya ingin menghilang. Rasanya jauh lebih buruk dari pada arena pertempuran karena lebih mengarah ke penyiksaan layaknya neraka.

Reo yang polos dan tidak punya keberanian melawan sering dijahili oleh teman-temannya, terutama alat bantu dengarnya sering direbut secara tiba-tiba. Anak-anak lain tidak melihatnya sebagai teman, melainkan sebagai hiburan gratis.

Sudah puluhan kali dia mengganti alat pendengarnya dengan yang baru akibat kejadian tersebut. Beruntung, dia dilahirkan di dalam keluarga kaya raya sehingga mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk alat bantu dengar tidaklah sulit bagi kedua orang tuanya.

Walau tidak memiliki teman dan kurang kasih sayang dari orang tua, dia tidak akan pernah dipusingkan oleh masalah keuangan. Baginya beberapa lembar kertas berharga tersebut sangat berarti walau hanya sekian persen. Uang bisa membeli segalanya, tapi segala hal yang diinginkannya tidak lebih dari sebuah kasih sayang yang penuh ketulusan.

𝗦𝗜𝗟𝗘𝗡𝗧 𝗩𝗢𝗜𝗖𝗘 || 𝐌𝐢𝐤𝐚𝐠𝐞 𝐑𝐞𝐨 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang