[ 𝐓𝐀𝐇𝐀𝐏 𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 ] Dia yang tuli serta bisu, dan kamu yang bisa mendengar sekaligus berbicara.
Namanya Mikage Reo, pemuda tampan bergelimang harta yang selalu menjadi bahan bullyan di sekolah akibat kekurangannya. Kedatanganmu seolah menja...
DILARANG KERAS MENCOPY-PASTE, MEMPLAGIATI, ATAU MENIRU SAMA PERSIS FANFIC MILIK SAYA INI! JIKA TERINSPIRASI, IZIN TERLEBIH DAHULU KEPADA SAYA!
DILARANG KERAS MENJADI SILENT ATAU GHOST READERS, WAJIB VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Pagi yang cerah adalah anugerah yang begitu indah dari Tuhan. Sinar mentari menembus lembut sela-sela dedaunan, memantulkan kilau keemasan di atas rerumputan yang masih basah oleh embun. Angin berembus pelan, membawa aroma segar dari pepohonan dan bunga-bunga yang mulai mekar.
Di kejauhan, kicauan burung terdengar riang, saling bersahutan seolah tengah menyambut datangnya hari baru dengan penuh semangat. Udara pagi yang terasa begitu sejuk dan bersih, menyapu lembut kulit wajah dan mengisi paru-paru melalui ketenangan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Langit membentang luas dalam warna biru pucat yang menenangkan, dihiasi gumpalan awan putih yang melayang pelan seperti kapas. Segalanya tampak damai, tenang, dan sempurna. Suasana pagi ini tidak hanya menyejukkan raga, tetapi juga menghadirkan rasa syukur yang mendalam dalam hati.
Di tengah suasana itu, kamu dan Reo berangkat ke sekolah bersama dengan berjalan kaki seperti biasa. Langkah kalian menyusuri trotoar yang masih basah oleh embun pagi, ditemani cahaya matahari yang perlahan merambat naik di balik pepohonan. Kesejukan menyentuh kulit kalian seperti belaian lembut.
Sepanjang perjalanan, percakapan ringan terus mengalir di antara kalian berdua. Tidak pernah sekalipun ada keheningan yang canggung. Ada saja topik yang dibicarakan. Mulai dari hal-hal kecil seperti makanan kesukaan di kantin, guru yang paling galak, sampai cerita-cerita lucu yang membuat kalian tertawa tanpa sadar.
Kadang Reo juga mengetikkan kalimat-kalimat konyol di ponselnya hanya untuk membuatmu tertawa, dan kamu membalas dengan lelucon lain sambil menahan tawa geli yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Langit di atas sana tampak begitu jernih, dan burung-burung yang beterbangan sesekali melintas di atas kepala. Daun-daun bergoyang ditiup angin, menciptakan bayang-bayang yang bergerak pelan di sepanjang jalan. Semuanya terasa ringan, seperti tidak ada beban yang harus dipikirkan selain berjalan berdampingan dan menikmati kebersamaan yang hangat.
Bagi kalian, perjalanan ke sekolah bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi juga waktu yang paling menyenangkan untuk saling bercerita dan tertawa bersama.
Langkah kakimu melambat sejenak, dan tanpa sadar pandanganmu beralih pada sosok di sampingmu. Seperti biasa, Reo berjalan secara tenang dengan ekspresi lembut yang sulit ditebak. Di sisi lain, kamu merasakan sesuatu yang tidak nyaman dari dalam hati sejak kemarin.
Kamu menarik napas pelan, membiarkan angin pagi menyentuh wajahmu sejenak sebelum akhirnya membuka suara, "Maaf karena aku telah menciptakan perdebatan di antara kita kemarin." Kata-kata tersebut terasa ringan setelah diucapkan, meskipun sempat tertahan di tenggorokan sepanjang malam.