[ 𝐓𝐀𝐇𝐀𝐏 𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 ] Dia yang tuli serta bisu, dan kamu yang bisa mendengar sekaligus berbicara.
Namanya Mikage Reo, pemuda tampan bergelimang harta yang selalu menjadi bahan bullyan di sekolah akibat kekurangannya. Kedatanganmu seolah menja...
DILARANG KERAS MENCOPY-PASTE, MEMPLAGIATI, ATAU MENIRU SAMA PERSIS FANFIC MILIK SAYA INI! JIKA TERINSPIRASI, IZIN TERLEBIH DAHULU KEPADA SAYA!
DILARANG KERAS MENJADI SILENT ATAU GHOST READERS!!! WAJIB VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Beberapa hari telah berlalu semenjak tahun ajaran baru dimulai. Saat ini proses pembelajaran juga telah berjalan secara aktif. Hari-hari berjalan seperti air tenang, tidak ada riak besar atau gangguan yang mencolok. Semua berjalan stabil seperti yang selama ini Reo inginkan.
Sekolah yang terasa asing, perlahan berubah menjadi tempat yang hangat. Setiap sudut ruang kelas, deretan bangku, papan tulis penuh coretan, bahkan wajah teman sekelas yang sebelumnya nyaris tidak diingat, kini mulai menempel kuat di dalam memori. Mereka juga mulai terbiasa dengan kehadirannya sehingga ikut mengingatnya karena dialah yang paling mencolok.
Bahkan beberapa murid yang dulu hanya sekadar menyapa dengan anggukan kepala, kini mulai memberanikan diri menatap matanya ketika berbicara, meskipun tidak semua ingin mengobrol panjang dengannya.
Tidak hanya teman-temannya, para guru juga memahami kondisinya karena telah dibahas saat rapat oleh Kepala Sekolah. Mereka tidak kebingungan saat melihat alat bantu dengar di telinganya atau saat dirinya berkomunikasi melalui ponsel atau buku tulis. Mereka semua mulai mengerti, tanpa perlu banyak bertanya sehingga membuatnya merasa lebih tenang.
Setidaknya, dia tidak perlu menjelaskan berkali-kali tentang siapa atau bagaimana dirinya berusaha menyesuaikan diri di dunia yang ramai ini di tengah kekurangan yang dimiliki. Segalanya berjalan baik tanpa masalah yang menghalangi. Dia menaruh harapan kepada Tuhan agar semuanya tetap bertahan seperti ini hingga kelulusan.
Dan hari ini, ada sesuatu yang berbeda. Hal itu tidak bisa dirinya abaikan sejak semalam, seolah mengendap begitu saja di dalam dada. Bukan rasa gelisah ataupun beban berat, melainkan sebuah keinginan sederhana yang diam-diam membuatnya bersemangat.
Berangkat ke sekolah bersamamu.
Mungkin terdengar remeh bagi orang lain, apalagi bagi keluarganya yang tentu akan merasa aneh ketika mengetahui bahwa putra mereka memilih berjalan menuju ke sekolah. Tapi baginya, berjalan di sampingmu dan memulai pagi dengan langkah yang seirama, sudah cukup membuat hatinya terasa lebih ringan.
Ada perasaan hangat yang sulit untuk dijelaskan, seperti sesuatu yang memenuhi ruang kosong di dalam diri. Dia belum pernah berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki apalagi bersama seorang teman, karena selama ini yang selalu menemaninya hanyalah Ito, beberapa pengawal, dan supir di dalam mobil mewah milik keluarganya.
Malam tadi, kalian berdua sebenarnya sudah membicarakan hal ini lewat saling mengirim pesan. Reo tentu bisa mengajakmu berangkat bersama dengan menggunakan mobil karena itu bukan perkara sulit. Namun, lelaki tampan tersebut lebih memilih opsi lain.