[10] His House

250 57 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Beberapa hari setelah itu, Reo kembali bersekolah seperti biasa. Pembelajaran juga sudah aktif dari pada sebelumnya. Teman-teman kelas juga mulai mengenal dan mengingatnya, sama seperti dirinya. Guru-guru yang mengajar pun memahami kondisinya.

Sejauh ini, belum ada halangan yang menghampiri. Itu membuatnya berharap penuh kepada Tuhan agar ketenangan seperti ini terus berlanjut sampai kelulusan tiba.

Namun, ada yang berbeda hari ini. Dia meminta untuk diturunkan di persimpangan yang terbilang lumayan jauh dari sekolah berada. Bukan tanpa sebab, itu karena hari ini dia akan berangkat bersamamu secara berjalan kaki.

Supir menghentikan mobil tepat di persimpangan. Dia sudah berusaha membujuk tapi putra dari majikannya tersebut bersikukuh keras dan meminta agar tidak memberi tahu kepada orang-orang di rumah terkait hal ini.

Dia ke luar dari mobil setelah berpamitan dan berterima kasih dan menunggu di sana. Sementara itu, mobil yang mengantarnya kembali melaju menuju rumah.

"Reo!"

Hingga akhirnya, sebuah suara lembut menyapa dari belakang dan membuatnya menoleh ke arah sana. Dia tersenyum manis melihatmu tengah berjalan menghampiri.

"Selamat pagi." sapamu seraya tersenyum begitu berdiri di hadapannya. Kamu harus mendongak untuk memandang karena tubuhnya yang tinggi.

"Pagi," jawabnya.

"Apa kamu sudah menunggu lama?" Kamu bertanya, khawatir jika dia sudah menunggu sejak tadi dan itu membuatmu merasa tidak enak hati.

Dia menggeleng sambil tetap mempertahankan senyuman, bermaksud memberi tahu kalau dirinya baru saja tiba serta tidak menunggu lama.

Jawaban darinya berhasil membangkitkan senyumanmu kembali. "Kalau begitu, ayo kita berangkat!" ajakmu penuh semangat.

Kalian berdua pun mulai melangkah dan berjalan bersama secara beriringan. Diam-diam Reo melirikmu tanpa melunturkan senyuman. Meski hanya sedikit, bibirnya tetap terangkat. Dia merasa sangat beruntung bisa mengenalmu karena kamu termasuk orang penting di dalam hidupnya sebagai teman pertama.

"Apa ada sesuatu di wajahku?" Dan ternyata, kamu menyadari netra miliknya yang memandangmu.

Walau tertangkap basah, Reo sama sekali tidak salah tingkah atau berusaha menutupi. Dia justru masih memandangmu lalu menggeleng pelan sebagai jawaban. Untuk saat ini, yang dia tahu hanyalah fakta bahwa dirinya merasa nyaman serta bahagia ketika bersamamu.

Di sela-sela langkahmu, kepalamu ikut menoleh ke samping. "Reo, bisakah kamu mengajariku tentang bahasa isyarat?" Kamu bertanya dengan penuh harap.

Sementara Reo berkedip lucu karena sedikit terkejut dengan permintaanmu. Dia terkekeh pelan walau tidak tahu mengapa kamu tiba-tiba menginginkan hal itu. Mulutnya lalu terbuka untuk membuka suara. "Kenapa?" tanyanya pelan meminta alasan.

𝗦𝗜𝗟𝗘𝗡𝗧 𝗩𝗢𝗜𝗖𝗘 || 𝐌𝐢𝐤𝐚𝐠𝐞 𝐑𝐞𝐨 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang