AWAL 1

245 13 6
                                    

Semua makhluk hidup mempunyai kata "AWAL" dalam menjalani kehidupanya. "AWAL" juga diibaratkan sebagai lembaran kertas  kosong yang akan merekam apa yang kalian lakukan selama hidup. "AWAL" juga menjadi tunas didalam kehidupan sebelum tumbuh dan berkembang untuk menjalaninya.

Awal pada ceritaku ini adalah awal dimana aku bisa melihat "Mereka" yang kalian sebut hantu, setan, jin dan apalah sebutan bagi mereka yang sering kalian ucapkan kalau mengalami hal yang bersinggungan dengannya. Bagiku "Mereka" bukanlan hantu, setan, jin, dan apa yang ada dibenak manusia normal dalam menilai "Mereka". Kenapa aku menganggap "Mereka" yang berseberangan alam dengan kita bukanlah hantu, setan, jin?

Karena aku sadar akan keberadaan "Mereka" yang sudah ada didunia ini sebelum kita lahir.  "Mereka" sudah ada ratusan, ribuan, bahkan ada yang bilang kalau merek sudah ada didunia berpuluh-puluh juta tahun.
Aku menganggap "Mereka" dengan sebutan "Manusia" yang hidup berdampingan dengan kita. Namun berbeda akan dimensi ruang dan waktu. Bahkan kehidupan kita seperti bertetangga dengan dunia "Mereka" hanya tersekat dinding dan pintu.

Ketika aku berumur kurang lebih 2,5 tahun. Aku sudah mengangap "Mereka" seperti manusia. Apakah menurut kalian aku aneh ? ya, tentu saja.  Kenapa demikian ? karena saat aku memasuki umur tersebut aku belum pernah mengenal apa itu kuntilanak, pocong, genderuwo, wewegombel beserta jajaranya. Jadinya aku sendiri mengangap "Mereka" seperti manusia.

Diumur itulah aku dianggap aneh oleh orang-orang bahkan tetangga , kecuali dari pihak keluarga besar  dan kedua orangtuaku. Kenapa? ya, berhubung aku sejak kecil menjadi anak rumahan dan jarang keluar untuk berkumpul  dengan teman-teman sebayaku. Namun banyak tetangga yang sering mendapati aku ngobrol sendiri, tertawa sendiri, main sendiri dengan asyiknya seakan-akan ada banyak orang yang sedang bermain bersamaku.

Waktu itu setelah sholat ashar  aku bermain menggunakan sepeda roda tigaku.Aku bermain asyik dibawah pohon mlinjo, sambil mengayuh  sepedaku dengan sangat cepat. Tiba-tiba ada seorang bapak-bapak badanya tinggi besar bersarung dan menggunakan peci . Pak Hardi  namanya,aku ingat  dengan beliau karena beliau tetangga samping rumah nenek. Pertanyaan yang singkat dan sederhana keluar dari mulutnya.

Beliau bilang "Dek, nembe matur kalih sinten? " (Dik lagi ngomong sama siapa ?).
Aku pun menjawab" Kalih mbak  niku nembe lenggah" ( Sama perempuan itu sedang duduk).
"Sing pundi dek ?" (Yang mana dek) tanya pak Hardi lagi.
"Niku nembe mersani mriki" (itu lagi melihat kesini).
"Dek, sakniki sampun surup, gek wangsul mawon nggih!" (Dek, sekarang sudah sore mau maghrib, cepat pulang saja ya!)

Dalam benak ku, aku berfikir "Barusan baru pada selesai sholat ashar kok aku malah disuruh pulang sambil dibilang udah mau adzan maghrib." Aku pun langsung pulang ke rumah bersama sepeda roda tigaku.

Mungkin para pembaca ceritaku ini bertanya, kok aku umur 2,5 tahun sudah bisa bahasa krama halus ?
Karena dari kecil aku hidup dikeluarga orang Jawa, dan aku dilatih terbiasa berbahasa Jawa krama alus kesemua orang yang lebih tua dibandingkan dengaku. Karena kata orangtuaku, dengan kita berbahasa krama halus ke orang lain sama saja kita bisa dihargai oleh lawan bicara kita.

Suatu hari, aku diajak kerumah saudara. Saat itu umurku masuk ke usia 3 tahun. aku diajak kesana karena acara keluarga. Rumah saudaraku berada diKulon Progo. Rumahnya tertata dan daerahnya pun masih asri. Disamping rumah terdapat pohon mangga, pohon asem, pohon markisa, dan sesuatu yang membuat daerah itu asri yaitu didepan rumah ada kebun dimana ada ratusan pohon jati berdiri dengan kokohnya seakan dedaunanya menjadi payung dari teriknya sinar matahari waktu itu. Rumah saudaraku juga mempunyai kolam ikan dimana dulu aku sangat suka sekali dengan ikan.

Selama diacara keluarga aku lebih memilih bermain sendiri didepan teras rumah itu dibanding kumpul dengan saudara-saudara sepupu didepan ruang televisi.  Aku keluar rumah sambil lari-lari dan tertawa-tawa. Aku ingat sekali waktu itu, aku cukup lama bermain main didepan rumah saudaraku sampai aku sering dipanggil  dan disuruh masuk kedalam rumah namun aku bilang "Mangkin Riyin" (Nanti dulu) sambil mengobok-obok kolam ikan.

Beberapa saat, karena kelelahan. Aku memutuskan duduk dikursi yang terbuat dengan rotan didekat jendela. Aku terdiam dan tertawa-tawa. dan tawaku diketahui oleh salah satu saudari sepupuku dia bernama Mbak Hanis  Dia sambil mencubit pipiku kala itu dan melontarkan pertanyaan "Dek, kok ngguya-ngguyu? nopo sing lucu to? (Dek, kenapa ketawa-ketawa? apa yang lucu sih ?)
"Dada...dada...awas dawah mangkin teles!" (Dada..dada..awas jatuh nanti basah). ucapku tanpa menghiraukan pertanyaan saudari sepupuku. Waktu itupun saudari sepupuku langsung membawaku kedalam rumah sambil menarik cukup keras tanggan mungilku ini. Aku pun menangis seakan-akan dunia yang menbuatku tersenyum terpaksa dihilangkan begitu saja.

Sampai suatu hari, aku diajak kesebuah ahli psikologi oleh kedua orangtuaku atas saran dari tetangga yang sering mendapati hal aneh tentang diriku waktu itu. Orang tuaku pun mengiyakan hanya sekedar melegakan dan menerima saran dari tetanggaku. 
Sesampai di tempat ahli psikologi aku dites oleh seorang psikiater. Menurutku dia orang yang sangat ramah dan baik hati. Saat aku masuk ke dalam ruangan aku diberi 2 pemen lolipop yang cukup enak dimasa itu. Setelah berbincang-bincang dengan kedua orangtuaku , psikiater itu mengajak ku berdua memasuki ruangan, dan ruangan itu terang dan aku dipinjami mainan , aku diberi pertanyaan-pertanyaan yang cukup ringan untuk dijawab oleh anak berumur 3 tahun. aku diperkenalkan dengan spektrum warna, huruf-huruf, angka,  getaran tali, kecepatan cahaya menggunakan senter diajari cara membaca dan lan-lain. hingga ada salah satu pertanyaan inti yang keluar dari mulut psikiater itu. Dia bilang " dek fajar, wonten mriki onten sinten lan onten napa ?(dik fajar, disini adasiapa dan disini ada apa ?) tanya psikiater itu.
Polosnya akupun menjawab "wonten mbak-mbak ngagem putih-putih kalihan  bapak-bapak lenggah wonten kasur nika" ( ada mbak-mbak pakai baju putih dan bapak-bapak sedang duduk dikasur)
Tiba-tiba psikiater itu tersenyum sambil mengelus lembut rambutku. sambil bilang " Mbak-mbak kalih bapak-bapak nakal mboten dek ?" (mbak-mbak dan bapak-bapaknya nakal tidak dek ?)
Aku hanya menggedek dan bilang "Kula ajeng kepanggih bapak ibuk" (Saya mau ketemu ayah dan ibu). Psikiater itu tersenyum sambil memberi jajanan anak kecil dan lolipop sambil menggandeng tanganku dengan penuh kelembutan. 

Aku kembali  bertemu dengan keduaorangtuaku, aku menghampiri ibu dan ayah sambil tersenyum dengan  kedua tangan membawa jajanan dan lolipop yang diberi psikiater itu. Aku duduk dipangkuan ibu dan psikiater menyuruh ayah untuk duduk bersamanya. entah apa yang dibicarakan ayah dan psikiater itu. Aku fokus dengan jajanan dan lolipopku dan diajak bercanda sama ibu.

"AWAL" belum selesai sampai disini...
Sampai kondisi itu, aku belum menyadari apa yang kulihat itu adalah sesuatu yang nyata atau hanya bayangan semu yang dianggap imajinasi oleh orang-orang normal seperti kalian.
"AWAL" akan berlanjut dan dari "AWAL" pula aku menyadari kalau selama ini yang kulihat adalah sesuatu yang tak semua orang bisa melihatnya. "AWAL 2" akan mengajak memori untuk berpacu dalam mengingat dan mengajak kalian mengerti bahwa "SESUATU YANG DIANGGAP  TIDAK ADA ADALAH SESUATU YANG MEMANG ADA DAN SUDAH LAMA DISEKITAR KITA"

Next Update "AWAL 2"

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang