Prolog :

80 1 0
                                    

Drrrrdd .. drrrdd.. suara getaran meja Shana yang bergetar karena dering telepon dari kekasihnya, Abi.
" Haloo, iya abi. Bentar lagiii" sahut Shana membalas suara diujung telepon.
" Udahhh, gapapa jemput aja. Inget jas hujan ya. Ini kayanya bakal hujan " balas  mengingatkan.
" Bye Abi, hati hati, I love you "
Akhir katanya sembari mematikan telepon.

Shana bergegas mengambil tas dan merapikan rambutnya.
' semangat!' ia membatin.

" Mama, Shana berangkat ya "
Ia mendatangi ibunya yang sedang memasak di dapur, mengecup pipinya dan bergegas pergi.

Tin. Tin.
Abi, Adabi Rahman Effendi sudah tiba di depan rumah Shana.
Shana. berlari menuju gerbang dan membukanya.
" Pagi Abi ,, "  sapanya kepada Abi.
" Pagi juga na " balasnya.
Shana memakai helm dan naik ke motor Abi. Seperti biasa, Shana harus mengancingkan pengaman helm milik Abi terlebih dahulu.
" Yuk, Abi " ajaknya.

Setiba di parkiran sekolah, Abi dan Shana sudah ribut menyapa teman temannya yang juga baru saja tiba.
"Shana, kamu udah bawa kamusku belum? " teriak Vebby dari ujung parkira .
" Udahhhh, tenang ajaaaa aku mah jarang lupanyaa hahahah " teriaknya kepada Vebby.
" Biasanya juga lu tukang lupa sha " celetuk Rya , teman sekelas Shana.
Shana hanya cengar cengir seperti biasa.

Tling . Suara ada pesan di Instagram hp Abi berbunyi.
" Adabi " isi pesan itu.
Adabi yang bingung memandangi hpnya dengan raut wajah yang aneh.
" Ada apa bi? Siapa? " Tanya Shana.
" Ini Safira dm abi, na. " Jawab Abi.
" Safira? Nanyain Bram lagi? "
" Entah, udah yuk masuk na , sini biar abi yang bawain " jawab Abi seraya mengambil paperbag besar milik Shana.
Sejak itu Shana kadang mulai merasa aneh.

karena sesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang