/satu/

10.2K 445 15
                                    


Siang itu, Lee Chaerin mempersilahkan tamunya keluar dari rumah sambil tersenyum. Sedetik setelah pintu rumahnya kembali tertutup, senyumnya langsung luntur, tergantikan ekspresi gusar.

Chaerin menghela nafas berat kemudian duduk di sofa ruang tamunya. Ia meraih laptop yang terbuka diatas meja lalu mencoba fokus pada pekerjaannya dilayar.

Wanita beanak satu itu berusaha mengerjakan kerjaan kantornya sambil melupakan hal-hal yang terus berlalu-lalang dikepalanya sekarang ini.

-


Pintu rumah terbuka, memberi akses masuk pada gadis berseragam SMA yang membuka pintu barusan. Ia kemudian melepas sepatunya lalu berjalan menuju ruang tamu.

"Ih mama? Tumben dirumaaaah!" pekik gadis itu senang sambil berlarian kecil mendekati sosok yang sedang duduk memangku laptop di atas sofa.

"Kok Chira sore banget pulangnya?" tanya wanita yang tadi disapa dengan sebutan mama sambil mengelus tangan anaknya, Chira.

"Enggak ah, biasa aku pulang lebih sore daripada jam segini, tau?" jawab Chira sambil mengambil posisi duduk disebelah mamanya.

"Oh ya? Mama baru tau. Kok begitu?"

Chira diam, perlahan tatapannya berubah sendu, "aku males ma dirumah, sendirian. Mama gak pernah pulang," jawabnya pelan. "Makanya aku sibukin diri disekolah, sampe sore gini," lanjut Chira sambil sedikit cengengesan.

Mama Chira terdiam, bingung mau merespon apa. Ia kemudian menghela nafas. "Emang kamu nggak capek pulang malem? Nggak capek kegiatan disekolah?"

Chira terdiam lagi, ia tidak menduga obrolannya dengan mama—setelah kira-kira tidak bertemu satu bulan lebih—malah menjadi emosional seperti ini.

Dan sekarang Chira tiba-tiba ingin sekali menumpahkan keluh kesah yang ia rasakan. "Capek." jawabnya, "Chira capek ma, capek banget," suaranya memelan.

"Chira capek banget ma," katanya lagi, seakan mempertegas keadaannya yang memang benar-benar lelah.

Mama Chira—Chaerin—tertegun, ia kemudian mengangkat laptop dipangkuannya dan menaruh laptop itu keatas meja. Tangannya lalu bergerak untuk mengelus putrinya itu.

"Aku capek sama apa-apa di sekolah, tapi aku juga capek ma sendirian terus dirumah," mata Chira berkaca-kaca. "Aku bingung, bingung banget harus gimana."

"Aku tahu aku punya orang yang peduli sama aku, tapi rasanya kayak aku enggak punya siapa-siapa." Chira terdiam kemudian mendongak menatap manik mamanya.

"Nggak papa, Chira nggak marah kalau mama harus sibuk sama kerjaan mama, Chira ngerti," lanjutnya, air matanya meleleh.

Mama Chira menelan ludahnya berat, ia kecewa pada dirinya sendiri yang kurang peduli pada Chira. Ia kesal pada dirinya yang tidak bisa menentukam prioritas.

"Ma, aku seriusan gak papa kalau mama memang harus urus kerjaan mama, serius deh!" ucap Chira sambil menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Chira bukan anak kecil yang enggak bisa ngerti. Tadi nggak tahu kenapa aku jadi emosional, tiba-tiba rasanya Chira pengen kasihtau mama kalau Chira lagi ngerasa capek," jelasnya sambil sedikit cengengesan.

"Iya sayang," hanya itu yang akhirnya bisa keluar dari bibir Chaerin. "Kamu udah makan?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan.

"Udah kok! sama temen tadi. Makan pecel hehehe enak deh!" Chira tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.

"Yaudah, Chira istirahat aja, biar capeknya ngurang," dalam hati ia mengutuk dirinya karena bahkan tidak bisa membantu mengurangi kelelahan anaknya.

loveless ; hwang hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang