HYUNJIN
Gua masuk rumah sambil menenteng plastik berlogo salah satu restoran sushi. Persetan dengan barang-barang yang ada dibagasi, gua beneran lelah banget.Jauh lebih lelah secara psikis sejujurnya, rasanya gua beneran bakal jadi nggak waras sebentar lagi. Kejadian-kejadian belakang ini ngebuat gua pusing sendiri.
Gua menghela nafas mendapati ruang tv kosong. Nggak ada Chira, dia selalu dikamarnya belakangan ini—dan gua nggak suka.
"Chir gua udah pulang, makan dulu sini," panggil gua didepan pintu kamarnya.
"Iya Jin taro di meja makan aja nanti gue makan," terdenyar sahutan dari dalam. As always, dia bakal cuma keluar ngambil makanannya terus pergi masuk lagi ke kamar.
Gua pun duduk di meja makan, ngebuka kemasan makanan sedemikian rupa dan mencomot satu sushi dengan sumpit.
Pikiran gua terbang ke masalah-masalah belakangan ini. Chira.
Gua udah nggak bisa ngebohongin diri sendiri lagi kalau gua suka Chira jauh dari kata teman. Ini menggelikan tapi gua beneran amat bimbang sama perasaan gua sekarang. Pengalaman gua soal beginian tuh beneran nol persen.
Gua nggak suka kalau Chira nggak sama gua—bahkan ketika dia lagi sama Jisung. Nggak suka kalau Chira lagi seenaknya yang bisa ngebahayain dia. Nggak suka kalau Chira sedih—nangis.
Tapi keadaan sekarang seakan berkata gua nggak bisa sama Chira. Chira ngejauh dari gue, sekarang kita berjarak—seakan dia risih sama gua. Tatapannya selalu seakan kehadiran gua ngeganggu dia dan rasanya she will feel better without me.
Gua seyakin itu Chira nggak nganggep gua lebih dari temen, atau mungkin sekarang gua udah nggak diangep temen sama dia.
Bimbang gua nggak sampai disitu.
Belakangan ini di hidup gua ada seorang Hwang Yeji. Dia baik, cantik, anggun. Dia sebaik itu sampai kadang gua susah kalau nolak pas dimintain tolong sama dia. Tapi gua nggak pernah ngerasa suka sama dia—untuk saat ini—karena entahlah, not my type?
But she is always there for me, and Chira isn't.
Hari ini gua benar-beran merasa bersalah sama Yeji. Meskipun ingatan samar dan Chira bilang Yeji nggak nganter gua pulang waktu mabok itu, gua merasa inget ngucapin beberapa kata yang nggak baik ke Yeji. Tapi dia tetep baik ke gua sampai sekarang.
Gua jadi keinget omongan Minho yang padahal waktu itu ditujukan ke Changbin; Bin, kalo dideket lu ada yang tulus ngapain lu perjuangin yang nggak hargain lu? Otak lu dipake lah, perlu gue jitak?
Gua kadang berpikir mungkin memang pertama kali jatuh cinta nggak mungkin berjalan semulus itu, mungkin gua memang harus mengalah daripada memaksakan, iya kan?
Pintu kamar Chira kebuka, gua tersadar dari lamunan.
Gua memperhatikan Chira yang bahkan nggak menyempatkan diri menghampiri gua, dia langsung ke dapur untuk ngambil piring.
"Makasih ya Jin," katanya sambil memindahkan sushi dari wadahnya ke piring. Gua ngangguk singkat, ikut ngambil sushi.
"Chir makan disini aja lah. Ada apa sih di kamar lu ampe betah banget?" celetuk gua.
Chira mendengus, menarik bangku dihadapan gua kemudian makan seakan gua nggak ada didepannya.
"Can we talk?" ucap gua pelan, persis setelah Chira ngabisin sushi terakhir di wadah.
"Mau ngomongin apaan?"
"Tentang kita."
Chira ketawa hambar, "emang kita kenapa?"
Gua menunjukan ekspresi kaget yang dibuat-buat, "waaah lu beneran nganggep kita nggak kenapa-napa Chir? Setelah belakangan ini?"
Gua nggak tahu kenapa nada gua meninggi, tapi sikap Chira yang seakan-akan 'we are doing fine when the truth is we dont' ngebuat gua kesal—sekaligus merasa nggak dihargai.
"Ya serius Jin, emangnya kita kenapa?" katanya lagi dengan nada santai.
"Wow gua speechless Chir. Am I a joke to you or what?"
"Lo gak usah melucu Jin. Mending lo diem sekarang sebelum gue beneran meledak."
Gua melipat tangan, "please kita bisa nggak ngomong baik-baik aja?" jawab gua melunak.
Chira menghela nafas, "yaudah lo ngomong sekarang ada apaan."
Gua menaikan alis, berusaha mengutarakan perasaan gua tentang keadaan sekarang—but my mind went blank.
"Kita beda sekarang Chir, dulu gua merasa sedeket itu sama lu. Tapi belakangan ini lu jaga jarak—ngejauh dari gua. Kenapa?"
Chira berdecak, dia ketawa yang seakan ngejek gua, "go ask yourself. Lo beneran nyalahin gue soal semua ini? Setelah semua hal yang terjadi sama gue dan setelah semua perlakuan lo?"
"Belom cukup ya Jin gue nahan semuanya belakangan ini? Belom cukup bikin gue sakit nya? Tolong. Gue udah berusaha sejauh ini, lo jangan narik gue lagi ke lingkaran setan lo itu—I don't wanna be there."
Setelah ngomong gitu dengan nada kencangnya, Chira pergi ke kamarnya. Gua menghela nafas, bingung. Ini sama sekali nggak berjalan sesuai rencana gua. Nggak sepersen pun.
Should I say sorry? Tapi salah gua dimana coba? Apa dia lagi datang bulan dan jadi sensitif?
Apa emang dia benci fakta kalau gua tunangannya? Ya mungkin aja kan dia nggak setuju sama tunangan ini dan lama-lama stres sendiri karena nggak bisa ngapa-ngapain.
Can I still talk to her after this? Is she mad?
Kepala gua berdenyut. Nggak banyak yang bisa gue simpulkan dari kejadian barusan—tapi gua paham kalau Chira nggak suka gua, perasaan gua nggak mungkin berbalas.
Dia nggak mungkin balik kayak dulu lagi. Harapan gua tersisa nol persen. Gua akan sangat senang memperjuangkan dia kalau dia masih mau gua ajak ngomong baik-baik, tapi lihat sendiri kan yang terjadi barusan?
Mungkin untuk sekarang, omongan Minho ke Changbin harus gua pertimbangkan.
-Hai ini dia POV singkat Hyunjin untuk yang kemarin minta HAHAHA gimana puas nggak sama POV Hyunjin nya?
Terimakasih banyak ya semuanya sama support nya aku sayang kalian semua🥺❤️comments kalian bikin aku semangat hihi muah❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
loveless ; hwang hyunjin
Fanfictiondijodohin iya, tunangan juga iya, tapi nggak ada cinta sama sekali, hadeuh. [bahasa non baku]