Part 3

59 20 5
                                    

Es ist nicht an der zeit, meine wahre identität zu zeigen.
Alexis VA

💧💧💧

"Ke kantor Opa sekarang princess," ucap seseorang di seberang sana.

"Iya Opa," jawab gadis itu yang tak lain adalah Lexis.

Lexis melirik arlojinya sekilas, Ia segera keluar dari kelas karena bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Lexis menyusuri koridor yang masih ramai itu dengan santai, tanpa memperdulikan tatapan-tatapan yang diberikan padanya.

Lexis melihat sekelilingnya, merasa aman, ia berjalan kearah parkiran khusus didesainnya untuk keluarganya dengan langkah cepat.

Lexis mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tak ingin Opa-nya menunggu terlalu lama.

Kini mobilnya sudah memasuki kawasan pelataran Kantor cabang dari X-vor Cmpany. Dengan wajah datarnya Lexis memasuki Kantor tersebut tanpa menghiraukan tatapan para karyawan terhadapnya.

Lexis bergegas menuju lift khusus para petinggi Kantor. Namun, langkahnya terhenti ketika suara bass milik Tony memintanya berhenti.

"Why uncle?" Tanya Lexis dengan raut wajah bingungnya.

"No problem princess, kamu ingin ke ruangan kakek mu?"

"Hmm ... ini El mau kesana," jawab Lexis.

Tiba-tiba Tony mendekati Lexis, lalu membisikkan kata-kata yang tidak dimengerti Lexis, membuatnya banyak bertanya-tanya di dalam pikirannya.

"Uncle percaya pada mu," bisiknya lalu meninggalkan Lexis dengan berbagai pertanyaan itu.

***

"Kenapa harus El, Opa?" Tanya Lexis pada pria paruh baya di hadapannya yang tak lain ialah kakeknya.

"Uncle Tony yang menyarankan Opa untuk memilih mu princess," jelas pria itu.

"Hmm ... mafia mana?"

"Kanada."

"Okay, El mau." Jawab Lexis dengan smirk di bibirnya, Tuan Xivor yang melihatnya merasa khawatir.

"Kapan El menemuinya Opa?" Tanya Lexis dengan smirk yang masih menghiasi wajah cantiknya itu.

"Malam ini princess," jawab Tuan Xivor.

"Okay, ada lagi?"

"Watch out princess ... " Jawab Tuan Xivor yang bernama lengkap Alexander Xivor itu dengan lirihannya, yang hanya ditanggapi senyuman menenangkan milik Lexis.

Masih dengan senyuman yang sama, Lexis meninggalkan kantor Opa-nya itu karena ia akan menyiapkan segalanya untuk nanti malam.

***

Jam masih menunjukkan waktu makan malam, lain halnya dengan gadis satu itu. Ia sedang berkutat dengan pikirannya sendiri di sebuah caffe ternama di Ibu Kota. Sampai terdengar bunyi lonceng caffe. Menandakan adanya pengunjung yang datang, gadis itu tersadar dari lamunan singkatnya itu.

Pandangannya bertemu dengan iris mata berwarna abu-abu yang baru saja memasuki caffe. Lexis, gadis itu memutuskan kontak mata itu sepihak dan memfokuskan pandangannya pada coffe di mejanya.

"Hy, boleh gue duduk di sini?" Lexis mengalihkan fokus pandangannya pada sosok yang sedang mengajaknya berbicara itu.

"Hmm," gumam Lexis yang masih dapat didengar oleh sosok tersebut.

"Boleh?" Tanya sosok itu lagi.

"Iya," jawab Lexis dengan singkat.

"Alfren Aldebara Antony, panggil aja gue Bara." Bara mengulurkan tangannya memperkenalkan diri, namun tak direspon sama sekali oleh Lexis membuat Bara menarik kembali uluran tangannya itu.

"Gak nanya." Ketus Lexis. Bara yang mendengarnya menjadi kikuk dan memilih memanggil pelayan.

"Pesan apa Kak?" Tanya pelayan itu dengan sopan.

"Choco milk ice," ucap Bara memberi tahukan pesanannya.

"Baik, ada lagi?"

"Cukup, hanya itu Mba."

"Tunggu 10 menit ya Kak." Ujar pelayan itu sembari berlalu kembali ke tempatnya. Suasana meja yang ditempati Bara dan Lexis menjadi hening dan canggung seketika selepas kepergian palayan tadi.

Lexis yang sibuk dengan handphone di tangannya, entahlah apa yang dilakukannya. Bara hanya memperhatikan gadis di depannya yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa meliriknya sama sekali. Hingga pesanan Bara datang.

"Selamat menikmati Kak." Ucap pelayan itu yang tak ditanggapi sama sekali oleh Bara mau pun Lexis.

Lexis melihat arlojinya karena ia akan pergi ke Kanada malam ini, mengingat itu membuat Lexis tersenyum tipis sangat tipis sampai Bara yang di depannya pun tidak melihatnya. Bara menatap Lexis yang sedari tadi hanya diam dengan pikirannya sendiri tanpa mau menoleh padanya atau pun membalas uluran tangannya.

"Gue boleh tau nama lo?" Tanya Bara ragu. Lexis menaikan sebelah alisnya bingung untuk apa pria itu mengetahui namanya padahal di sekolah mereka sempat bertemu dan berdebat.

"Alexis Victorya," jawab Lexis dengan menetralkan kebingungannya.

"Lo bukannya gadis berkacamata itu?"

"Hmm."

Bara yang mendengarnya berbinar, bagaimana tidak gadis yang diklaim miliknya itu ada di hadapannya dengan penampilan yang membuatnya semakin tertarik pada gadis itu.

Lexis hendak pergi karena sebentar lagi Ia harus take off ke Bandara. Tangannya dicekal Bara, membuatnya mengurungkan niat untuk pergi.

"Mau kemana Lexi?"

"Lexi?" Beo Lexis, Ia bingung mengapa Bara memanggilnya Lexi padahal dia bisa saja memanggilnya Lexis atau pun Al seperti yang lain.

"Itu panggilan kesayangannya gue buat lo," jelas Bara.

"Hmm," jawab Lexis acuh.

"Lo penggemar Nisa Sabyan ya? Tapi gak papa deh lucu," ucap Bara dengan terkekeh geli.

"Bukan," sarkas Lexis. Seorang pelayan menghampiri mejanya.

"Maaf Nona, anda sudah ditunggu Tuan besar." Pelayan itu menunduk saat berbicara seperti itu pada cucu kesayangan Tuan-nya itu.

Lexis segera berdiri dan meninggalkan Bara dengan pertanyaan di benaknya dan pelayan itu di sana. Pelayan itu segera pergi, Bara yang penasaran mengurungkan niatnya saat pelayan itu sudah tidak ada di tempatnya.

"Siapa dia?" Batin Bara

***
Hello guys, thanks udah baca cerita abal-abal aku 😂 ditungggu y vote and comment nya 😊

K ( Kamu, Aku, Kecewa, Dan Cinta )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang