Pulang dari LDKS seperti makin mengukuhkan brand Pram Narendra sebagai salah satu siswa elite yang punya segalanya. Sudah ganteng, baik, mumpuni dalam segala tetek bengek keorganisasian yang kadang masih abu-abu dalam pengalaman minimalis anak SMA yang baru masuk beberapa bulan lalu. Atas dasar rekomendasi beberapa senior dan guru Pram Narendra diam-diam ditandai sebagai calon ketua OSIS periode berikutnya, bersama dengan beberapa kandidat yang juga tidak membuat kaget penghuni sekolah, seperti Dhimas Arya. Yang membuat sedikit takjub mungkin nama Pram dan Arya seperti mengukuhkan stereotip bahwa anak-anak sukses dan populer hanya bergaul dengan yang selevel dengan mereka, walaupun berbeda kelas dan jurusan dua orang itu seperti tidak terpisahkan begitu selesai LDKS.
Ke kantin bareng, pulang sekolah bareng, masuk ekskul yang sama. Sampai kadang Hanindra yang mengamati dari kejauhan berpikir, "Gak homo kan ya mereka berdua?"
Felix melirik teman sebangkunya yang sedang intens melototi sepasang sahabat asyik bercanda di selasar kelas dekat studio pertelevisian.
"How do you even came into that conclusion?"
"Ya kan mereka bareng-bareng mulu. Aneh aja kan ada dua cowok bareng-bareng."
Yeah, mate. Like us. Felix mengingatkan dalam hati, lalu tersenyum simpatik saat Hanindra dengan polos menoleh padanya sambil tersenyum cerah.
Kesempurnaan. Felix mengeja istilah itu dengan benar saja masih belum bisa, apalagi menyerap maknanya. Secara global dia tahu kata sempurna dalam bahasa Inggris berarti 'perfect', tapi entah mengapa kata sempurna seperti punya makna yang lebih halus dan dalam di telinganya. Tapi melihat bagaimana dari kejauhan Arya dan Pram mulai berdiskusi serius tentang apapun yang sedang mereka bicarakan sambil agak nungging di lantai memberikan contoh baru implementasi istilah bagi seorang bule pindahan seperti Felix, mereka saling melengkapi dengan sempurna.
Yang Felix tidak tahu, adegan yang terlihat seperti potongan FTV atau potongan mimpi yang jauh itu sebetulnya seputar Pram yang ngotot bahwa Tokyo Ghoul yang pertama lebih baik dari yang kedua karena konflik batin Kaneki yang masih bingung akan eksistensi dirinya lebih intens, sementara Arya yang hanya menonton Attack on Titan berusaha meyakinkan Pram kalau Kaneki agak mirip dengan Armin.
Dan apa pelajaran yang bisa kita tarik dari skenario ini?
Mari kita bicarakan lebih jauh tentang kesempurnaan.
Kesempurnaan bagi siswi seangkatan Pram yang kebetulan kelasnya selalu menjadi jalur utama yang bersangkutan kala ke kantin adalah tungkai panjang yang mengayun agak diseret, dada bidang, badan tinggi menjulang, kulit putih dan berparas rupawan. Pram Narendra namanya. Anak X MM II yang seperti tidak punya celah. Prestasi keorganisasian? Ok. Olahraga? Pram jagonya. Artistik? Dengan modal pensil Pram bisa menghidupkan suasana kelas yang rancak. Apa sih yang Pram tidak bisa?
Pram kembali pada hitungannya yang tidak juga klop lalu menghela nafas panjang, sebentar kemudian Ia memandang Arya dengan tatapan minta tolong, kalau kamu bantuin nanti aku kasih pinjam DVD OVA Shingeki no Kyojin, deh, Ya'.
YOU ARE READING
00' Club
Fanfiction"Friendship ... is born at the moment when one man says to another "What! You too? I thought that no one but myself . . ." ― C.S. Lewis Dari Pram Arya berkenalan dengan Felix dan Hanin, dari selembar catatan Fisika mereka berkomplot menjadi satu.