Empat

16 0 1
                                        

"Hallo bang lu dimana si elah, udah tremor nih kaki gue berdiri nungguin elu!" Audy berdecak di akhir kalimat, sama sekali tidak menutupi kekesalannya pada Reihan.

"Iya sorry, gue tadi dipanggil bentar ama dosen pembimbing gue, terus pas mo balik nyamperin lo, gue dipanggil lagi sama Arga nih rapat dadakan bentar."

"Yaudah gue naik ojol aja deh."

"Eh jangan!" Reihan berteriak. "Lu tega gue dimarahin bunda gara-gara ngebiarin lu pulang sendiri. Bentar doang ko, lu nyusul deh sini ke gedung A, gue di lantai dasar depan perpustakaan."

Audy menjauhkan ponselnya dari telinga dan tanpa menjawab lagi pada Reihan, dia langsung mematikan sambungan teleponnya. Memasukkan ponsel itu ke tas, Audy pun berjalan menuju gedung yang Reihan maksud. Memang kakanya itu nomor satu dalam urusan membuat Audy kesal. Bayangkan saja, dia sudah mencari Reihan mati-matian keliling kampus dan setelah ketemu anak itu hanya menyerahkan ponselnya sebelum akhirnya kembali pergi dengan pesan. "Bentar lo tunggu sini, gue ambil motor gue dulu, gue lupa tadi taruh di parkiran fakultas lain."

Dan Reihan pun menghilang.

Audy menghela nafas. menilik ulang penampilannya yang sudah tidak karuan sambil tubuhnya berbelok memasuki pintu lantai dasar gedung A yang tidak Audy sangka bisa seramai ini. Audy yang berdiri di pintu sambil menengok kesana kemari pun akhirnya menyedot perhatian Arga yang sedang berdiri pula memimpin rapat, sedangkan semua anggotanya duduk di lantai.

"Audy? Ada perlu apa?"

Audy tersenyum. "Cari bang Reihan ka." Ucap Audy yang akhirnya menemukan kepala abangnya itu di kerumunan anggota panitia yang semuanya sudah memalingkan wajah ke belakang untuk melihat Audy.

"Masih lama ya ka Arga?" Tanya Audy pada Arga namun matanya menatap tajam ke arah Reyhan.

Arga mengangguk. "Iya nih Dy, masi brieffing buat acara besok. Banyak perubahan soalnya. Lo mau balik bareng Reihan ya?"

Kepala Audy mengangguk.

"Yaudah Han lo boleh balik duluan nganterin Audy, nanti gue kasih tau bagian lo lewat telpon deh."

"Eh ka." Audy menyela. "Ngga usah. Aku naik ojol aja. Bang noh gue naik ojol aja, lu tuh emang tanggung jawabnya banyak tapi mau diprioritasin semua. Ya ngga bisa lah bang. Lagian gue juga bisa pulang sendiri, repot banget si lo elah. Udah ya, gue balik."

Reihan akhirnya mau tidak mau mengangguk pasrah. "Yaudah ati-ati tapi gue ngga izinin lo naik ojol, lo naik taxi aja ya, nanti gue wasap bunda kalo lo balik naik taxi. Kalo udah sampe rumah kabarin."

Audy berdecak. Di dalam hati ia mengumpati abangnya yang bisa-bisanya berkata sedrama ini dihadapan banyak orang. "Iya-iya. Ka Arga makasih ya, dan kaka-kaka semuanya maaf mengganggu." Audy tersenyum canggung dan memutar balik badannya untuk kembali berjalan ke gerbang.

Jarinya mengetik-ketik di ponsel untuk memesan ojek online, masa iya hanya dari kampus ke rumah, abangnya itu menyuruh dirinya naik taxi tapi tidak memberi uang sama sekali. Kurang gila apanya coba abangnya itu. Memang Reyhan pikir uang sangu Audy sebanyak apa sampai-sampai bisa pulang naik taxi, lagipula jika pulang bersama Reihan, Audy juga membonceng motor kakanya itu. Jadi, apa bedanya jika dia pulang menggunakan ojol? Toh juga sama-sama naik motor. Ck. Audy berdecak, melanjutkan mengetik alamat rumahnya sebelum akhirnya menekan tombol pesan.

Dan tidak sampai 10 detik, dia sudah mendapat driver ojolnya. Membuka ruang chat Audy pun mengetik kembali. "Bang saya di samping gerbang ya yg pake jaket pink."

"Oke bu, tunggu sebentar ya, saya lagi ngisi bensin."

Sambil mendesah pasrah karena dipanggil ibu oleh abang driver ojolnya, Audy menempelkan punggungnya pada tembok gerbang di belakangnya. Sebenarnya sedari tadi dirinya sudah merasa tidak enak badan bahkan tangannya sudah berubah suhu menjadi dingin selepas upacara pembukaan ospek yang sudah berjam-jam yang lalu. Keringat juga masih Audy rasakan mengalir di pelipis dan punggungnya seperti banjir Jakarta, padahal cuaca justru sedikit mendung dan dia pun tengah berada di bawah daun-daun pepohonan yang rindang. Audy mengerjap. Matanya sudah mulai tidak fokus. Ia hendak beranjak untuk mencari tempat duduk namun tangan kirinya telah terlebih dahulu di tahan oleh seseorang.

Audy menoleh. "Bang Langit?"

Langit mengernyit tidak suka menatap gadis di hadapannya. "Lo pucet amat? Udah makan? Obatnya ga lupa minum kan?"

"Ngga ko. Cape aja. Ini udah mau balik gue udah pesen ojol."

"Keadaan lo lagi kaya gini lo malah mau balik naik ojol? Reihan mana tu bocah?"

"Rapat. Gue juga ngga papa balik naik ojol. Udah biasa."

Langit berdecak. Mana mungkin seorang Audy yang kemana-mana selalu diantar jemput olehnya dan Reihan bisa mengatakan kalau dia sudah biasa naik ojek online?

Langit menatap Audy cukup lama sebelum akhirnya berkata. "Lo balik bareng gue."

"Apa-apaan si. Gue udah pesen ojol. Abangnya udah otw ke sini. Ngga usah aneh-aneh deh. Udah sana lo balik aja gue ngga mau ngerepotin." Audy menghela nafas lega ketika ojek onlinenya dengan tepat pada waktunya berhenti di depan Audy.

"Ibu Audy ya?"

Audy mengangguk saja mengabaikan panggilan ibu yang disematkan di depan namanya. "Iya saya, helmnya pak."

Abang ojol itu memberikan helmnya kepada Audy yang Audy terima secepat mungkin dan secepat itu pula helm sudah terpakai di kepalanya. Baru satu kakinya melangkah ke boncengan, lagi-lagi tangan kirinya kembali di tahan. "Bang orderannya dicancel aja tapi tetep saya bayar." Langit mengeluarkan selembar lima puluh ribuan dan mengangsurkannya kepada abang ojol itu. "Tapi abang ngga usah anterin cewe ini. Dia saya yang anter. Itu kembaliannya buat abang aja."

Mata Langit beralih untuk menatap Audy sengit. "Pulang sama gue atau gue gabakal mau ngomong dan nemuin lo lagi selamanya."

Panik. Namun, Audy berusaha untuk stay cool. Belum-belum sempat berfikir, Langit sudah melepas helm di kepalanya dan mengembalikannya kepada abang ojol. Kemudian tangan Audy pun ditarik oleh Langit menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari gerbang keluar. Audy mengernyit, wah jual mahal dikit Dy. Meskipun bang Langit bilang harga diri lo udah jatuh tapi jangan lo tambah jatuhin lagi nanti kesannya gampangan banget lo Dy. Wah ngga bisa kaya gini nih. Audy berhenti dan Langit pun terpaksa ikut berhenti.

"Kenapa? Lo pusing banget? Kalo lo gakuat jalan lo tunggu sini aja tuh duduk disitu gue yang ambil mobil." Langit menatap Audy cemas. Membuat Audy merutuk saat itu juga kenapa dirinya bisa sampai dibuat sebaper ini oleh Langit.

Audy menguatkan tekad untuk sedikit jual mahal walaupun hati kecilnya sudah merengek, menyerukan Peluk aja udah, peluk elah! Audy akhirnya menggeleng. "Gue ngga mau ikut pulang lo."

"Ngga usah drama deh Dy. Gue ikhlas nganterin lo."

"Lo sebenernya maunya apasih?" Tanya Audy hampir-hampir berbisik. "Lo lagi marah kan sama gue, ngapain sok care." Audy menengok ke belakang melihat abang ojolnya yang ternyata masih di sana. "Gue naik ojol aja. Itu abangnya masih disitu."

"Gue ngga main-main sama omongan gue Dy. Kalo lo sampe pulang naik ojol gue beneran ngga bakal mau ketemu apalagi ngomong sama lo."

Audy berdecak keras. "Lo tuh jalan pikirannya gimana gue bingung!" Suara Audy yang keras membuat Langit kelabakan. Dilihatnya para mahasiswa mulai menatap dirinya dan Audy. "Kemaren lo marah-marah, diemin gue berhari-hari. Ini belom maafan tapi lo udah sok care. Gue bingung tau ngga."

Langit menghela nafas. "Serah lo deh." Kemudian laki-laki itu berjalan menuju mobilnya tanpa repot-repot menggandeng Audy seperti tadi.

Audy yang tidak ingin Langit benar-benar mewujudkan perkataannya akhirnya tidak punya pilihan lain untuk mengikuti Langit. Dibukanya pintu mobil Langit dan dirinya pun masuk duduk kemudian menutup pintu. Baru mulutnya terbuka untuk kembali berbicara, Langit sudah menstarter dan menjalankan mobilnya dengan tidak sabaran.

"Tuh lo masih marah kan sama gue. ngapain-"

"Dy plis.." Langit menyela terlebih dahulu sebelum perkataan Audy selesai membuat Audy langsung menekuk wajahnya dan mencebik disusul dengan matanya yang memanas dan dia pun menangis.

*****
Cewe emang ribet ya, nangis mulu bikin pala abang Langit pusing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit Penuh AudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang