7

204 28 9
                                    

Seketika listrik rumah kembali padam. Kali ini mereka semua tak setenang tadi, terdengar suara derap langkah kaki mereka yang berlarian mencari sesuatu yang terang, diiringi teriakan mereka yang mulai panik. Woojin hanya bias terududuk karena ia kalah dengan darah yang masih mengalir dari belakang kepalanya akibat batu tadi.




“woy anjeng ini siapa sih yang bercandaan ga lucu fak!” teriak Daniel panik.



“acara tv sih acara tv, tapi ya ga sampe nguji adrenalin rohani gini dong woy!” ong pun menambahi, meskipun kata-katanya terdengar lucu, tapi kondisi saat ini malah membuat dia terlihat bodoh.


Jisung selaku kakak tertua kini juga tak bias mengkontrol adiknya yang  tengah panik ditengah ruangan yang gelap gulita. Perintahnya yang menyuruh agar para adiknya tenang itu pun tak lagi disahuti. Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah, lagi.


“akh, sialan!” itu suara woojin.

“jin, kenapa! Kenapa woy!” teriak jihoon yang panik sambil tangannya yang sibuk mengayun mencoba mencari woojin.

Terdengar suara lemparan benda yang sepertinya tepat sasaran.







BUGH!!!






“yatuhan apa lagi sih!” ya, itu woojin.

“Heh jin lo kenapa sih tereak mulu!” minhyun yang sedari tadi berusahan tenang tak bisa lagi menahan emosinya.

“tau bacot amat, gatau gelap apa! Guanlin nyalain senter hp lu lagi dong!” teriak jaehwan yg tak mendapat sautan dari guanlin.

“guanlin! Woy guan-“  suara jaehwan terpotong oleh suara lemparan sedari tadi yg menginterupsi mereka.







BUGH!!!

BUGH!!!!

BRUKK!!!






“apaan sih anjir itu daritadi! Suara apaan!” teriak jinyoung histeris.

Beberapa detik kemudian, lampu menyala. Semua mulai lega dengan lampu terang  yang membuat mereka bisa melihat  teman teman mereka lagi, dan juga melihat woojin yang sudah ambruk dengan kondisi kepala yang penuh darah dan muka yang lebam, sepertinya suara suara benda tadi tepat mengenainya.

“WOOJIN!!!!” teriak mereka bersamaan.

Woojin sudah tak sadarkan diri, dan mereka semua baru sadar. Ruang tamu sudah dalam keadaan seperti kapal pecah. Gelas dan juga batu memenuhi area itu, juga kaca-kaca yang pecah, entah itu ulah siapa. Mata mereka sibuk melihat keadaan sekitar, dan anehnya  benda itu jatuh berserakan memenuhi ruangan, tapi hanya woojin yang terkena luka, seakan akan memang sengaja disasarkan padanya.
      

        Daehwi meringis ketakutan melihat pipi woojin yang sobek akibat gelas yang mengenahinya, terlihat dengan serpihan kaca yang masih tertancap disamping telinganya, mengalirkan darah segar dari sana. Hanya bagian kepala dan leher woojin saja yang terluka, juga tangannya yang tergores, mungkin akibat dia menutupi wajahnya agar tidak terkena sasaran lagi. Namun, keadaan yang gelap juga tak tau apa yang akan terjadi, membuat nya tak tau apa yang akan dilemparkan padanya, dan mengenai sebelah mana.

“woojin, masih hidup kan?” Tanya jihoon lirih,
Minhyun mencoba untuk menge check nafas dan denyut nadi woojin.

“masih, tapi ini pelan banget, gue ga yakin juga sih,” kata Minhyun pelan di akhir ucapannya.

“masih kerasa deru nafasnya kan?” Tanya Daniel tegas yang diberi anggukan oleh minhyun.

“yaudah berarti dia masih hidup! Apanya yang ga yakin sih!” ucap Daniel akhirnya yang menunjukkan amarahnya. Daehwi hanya meneguk salivanya kasar, juga yang lainnya yang terdiam karena ucapan Daniel yang meninggi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sasaeng! » Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang