Bab 3 - Pelayan Pribadi

255 30 0
                                    

KEESOKAN pagi, Mibuchi membangunkan Kuroko, "Tet-chan, cepat bangun. Ini sudah pagi!" Panggilnya menepuk bahu Kuroko yang masih tertidur pulas.

Kuroko membuka mata, ia tersentak dan segera menghalangi wajah dengan tangan. "Aku sudah bangun, Tuan. Tolong jangan menyiramku dengan air panas!"

Mibuchi cepat-cepat menangkap lengan Kuroko dan berkata, "Kau tidak akan mendapat perlakuan seperti itu di sini. Tenanglah, Tetsu-chan!" Saat Kuroko mulai tenang, Mibuchi kembali berkata, "Sekarang, kamu bersiap dan antarkan sarapan ke kamar Sei-chan!"

"Ba-baik!" Jawab Kuroko.

Kuroko pergi ke dapur. Ia melihat Himuro Tatsuya, chef keluarga Akashi, pria itu sedang menata sarapan dengan cantik di atas piring.

"Selamat pagi, Himuro-san!" Sapa Kuroko.

"Pagi, Kuroko. Tunggu sebentar, ya!" Ujar Himuro.

Setelah menunggu beberapa saat, Kuroko membawa nampan berisi sarapan ke kamar Akashi.

Kuroko mengetuk pintu dan masuk ke kamar Akashi. Ia membawa masuk nampan berisi sarapan dan meletakkan di meja samping tempat tidur Akashi.

Akashi masih tidur pulas. Kuroko yang seharusnya membangunkan lelaki itu, malah mengamati wajah tidurnya. Akashi tampak manis sekali di mata Kuroko. Kuroko bahkan gak sadar saat mata Akashi terbuka dan tatapan mereka bertemu dalam jarak yang sangat dekat. Akashi menatap mata warna biru muda di hadapannya yang tak bereaksi. Masih setengah tidur, ia mengulurkan tangan menyentuh pipi Kuroko. Kulit itu terasa sedingin es.

"Dingin!" Gumam Akashi. Ia tidak menyangka bahwa Kuroko akan bergumam "Hangat" pada saat yang bersamaan.

"Sei-chan, Tetsu-chan, kalian berdua sedang apa?"

Suara Mibuchi terdengar cemas. Ia berusaha tak percaya akan pemandangan di depan matanya saat ini. Sepasang remaja—majikan dan budak—sedang berada di atas tempat tidur berdua.

Akashi memandang Kuroko dengan wajah tenang. Ia ingin tahu apa reaksi pemuda biru muda itu. Benar saja, dalam hitungan beberapa detik, Kuroko berteriak panik dengan kepala tertunduk disertai wajah merah padam. Ia berulang kali minta maaf pada Akashi.

"Tetsu-chan, kamu turun dulu dari tempat tidur Sei-chan!" Ujar Mibuchi sembari menarik tangannya agar turun.

"Maaf." Ujar Kuroko. Kakinya gemetar dan sorot matanya terlihat tak tenang.

"Reo-nee, tinggalkan kami berdua. Aku akan mengurusnya!" Ujar Akashi.

Mibuchi menatap Kuroko khawatir, namun tak bisa berbuat apa-apa. Ia keluar dari kamar dan menutup pintu kembali.

"Tetsuya!"

"Iya, Tuan Muda!" Jawab Kuroko cepat.

"Mengapa kamu datang ke kamarku lagi?" Tanya Akashi. Ia masih duduk di atas tempat tidur.

"Aku bekerja sebagai pelayan pribadi Anda, Tuan Muda!"

"Apa kamu bisa sebutkan apa saja tugasmu?"

"Ya, Tuan Muda. Aku akan selalu ada di sisi Anda dan mematuhi semua perintah yang diberikan!"

"Bagus sekali. Sekarang kamu sudah berbuat satu kesalahan besar. Kau tahu itu apa?"

"Tidak, Tuan Muda."

"Kemana saja kamu semalam? Kau harus menerima hukumanmu!"

"Hukuman?"

Kuroko mulai takut. Ia melangkah mendekat dan tiba-tiba Akashi mengayunkan tangan. Sebuah rasa sakit teramat sangat menyerang Kuroko.

Akashi baru saja menyayat mata kanan Kuroko dengan gunting. Kuroko mengatup bibir rapat-rapat untuk tidak mengeluarkan erangan akibat rasa sakit. Tangannya dengan gemetar meraih gunting di tangan Akashi dan mengambilnya.

"Kembalikan guntingku!"

"Tidak akan, Tuan Muda. Aku harus membawa ini pergi bersamaku. Aku tak ingin kau menyakiti orang lain lagi!" Ujar Kuroko.

"Kau gak bisa pergi meninggalkanku, Tetsuya!"

"Aku bisa, Tuan Muda!"

"Bodyguard di rumah ini sangat banyak, kau takkan bisa lolos!"

"Bodyguard tidak bisa menangkapku di alam keabadian!"

"Tetsuya?"

Kuroko mundur hingga ke dekat jendela. Ia naik ke atas jendela itu dan Akashi segera turun dari tempat tidur untuk mengejarnya. "Jangan coba-coba turun ke bawah, Tetsuya!"

"Aku lelah hidup di dunia tanpa dirimu yang dulu, Tuan Muda. Kamu satu-satunya alasanku masih hidup. Aku sudah menyerah!" Perkataan itu sarat akan kesedihan. Tidak ada tangisan sama sekali. Kuroko menjatuhkan diri dari ambang jendela. Ia memejamkan mata membiarkan dirinya jatuh.

"Bodoh!"

Seseorang menangkap tubuhnya. Tubuh Kuroko dipeluk erat sebelum mereka jatuh ke atas air. Suara deburan air yang keras saat Kuroko jatuh terdengar.

Kuroko membuka mata dan melihat siapa penolongnya. Akashi memeluknya erat dan dari kepala lelaki itu mengalir darah segar. Rupanya keduanya jatuh di atas kolam renang.

"Kalau mau bunuh diri, hafalkan lingkungan tempatmu berada dulu, Tetsuya!" Ujar Akashi setelah melepas pelukannya.

"Kau akan menghukumku, kan?" Tanya Kuroko. Ia sudah gagal lari ke alam seberang.

"Tentu saja, aku akan menghukummu!" Jawab Akashi. Darahnya masih menetes. Ya, darah Akashi dan Kuroko mencemari kolam renang anak yang pernah keduanya pakai semasa kecil.

"Sei-chan, kau mencoba bunuh diri lagi?" Seru Mibuchi.

"Bukan. Tapi dia, Reo-nee!" Jawab Akashi menunjuk Kuroko.

"Ya ampun. Kenapa matamu berdarah, Tetsu-chan?" Tanya Mibuchi membantu Kuroko naik dari kolam.

"Bukan apa-apa." Jawab Kuroko.

"Dia hanya mendapat hukuman dariku!" Jawab Akashi seraya naik ke atas kolam.

"Sei-chan, kau juga terluka. Kita akan memanggil dokter!" Ujar Mibuchi.

"Jangan dibesar-besarkan. Tetsuya, ikut denganku!" Ujar Akashi. "Reo-nee, jangan urus Tetsuya. Dia akan kuurus!"

"Baik, Sei-chan."

Kuroko mengikuti Akashi kembali ke kamar dengan patuh. Akashi mengambil kotak P3K dari laci meja samping tempat tidur. Ia menyerahkan itu pada Kuroko.

"Urus dirimu sendiri dan siapkan baju seragamku!" Ujar Akashi. Ia pergi menuju kamar mandi.

"Tuan Muda, lukamu..."

"Bukan urusanmu, Tetsuya!"

Pintu kamar mandi dibanting di depan mata.

Thousand Tearsdrop by Twinkle RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang