BAB 5 -- Mother's Wish

8K 931 59
                                    

Sweet lady would you be my
Sweet love for a lifetime

(Tyrese Gibson - Sweet Lady)

*****

           

MARS

Aku menghela nafas lega ketika berhasil menghentikan tangis Lila. Putriku itu hanya memerlukan waktu sepuluh menit untuk kembali tersenyum lebar serta menghilangkan isakannya. Val dengan cepat menggiring Lila kembali bersama teman-temannya sekelasnya. Dari kejauhan, diam-diam aku memperhatikan wanita itu, dia terlihat begitu natural saat mengasuh Lila. Padahal yang aku ketahui dari Mama, dia bahkan baru pertama kali menjadi seorang pengasuh anak.

Tubuhku terdorong pelan saat seorang pria memintaku kembali menuju depan panggung. Aku langsung menurut dan bergegas bergabung bersama Papa dan juga Mama. Kedua orangtuaku, terutama Mama nampak senang menemukan kehadiranku di sini. Kalau Val tidak menelpon dan memohon-mohon padaku, mungkin aku juga akan setia menemani Mas Akhtar rapat siang ini. Beruntungnya, kakak iparku itu langsung mengusirku begitu tahu bahwa ada acara di sekolah Lila.

Tidak lama setelahnya pertunjukan dimulai. Val tiba-tiba saja sudah bergabung bersama kami. Dia mengambil tempat tepat di sampingku. Kedua matanya tertuju lurus pada panggung, berbeda denganku yang sesekali melirik memperhatikannya. Sejak awal Mama memang tidak pernah membedakan Val dengan Bi Mirna, maupun pekerja lain di rumah. Bahkan Mama juga tidak meminta Val mengenakan pakaian khusus. Hal ini membuat Val justru terliat seperti anggota keluarga kami. Belum lagi semakin lama bekerja, Val mulai menunjukkan sifat aslinya. Dia bahkan berani sedikit membaweliku saat meminta datang ke acara Lila siang ini.

"Lihat, Pak! Itu Lila!" tiba-tiba Val menepuk pelan pundakku.

Mataku dengan sendirinya menatap ke arah yang dia tunjuk. Senyum langsung tercetak tatkala menemukan Lila berdiri di tengah teman sekelasnya. Kostum kelinci yang dia kenakan nampak menggemaskan. Ternyata waktu cepat sekali berlalu, tidak terasa bahwa putri kecilku kini sudah sebesar ini.

Musik mulai dilantukan diikuti paduan suara anak-anak yang juga mulai terdengar. Tanganku otomatis merogoh saku celana untuk meraih ponsel, tapi seketika terhenti saat mendengar Val bergumam sendiri yang terdengar jelas ditelingaku.

"Lila lucu banget! Harus diabadikan ini, dia pasti suka." Secara sadar kepalaku menoleh pada Val.

Wanita itu merogoh saku celananya, tapi tatapannya fokus pada panggung. Ponsel diarahkan pada panggung. Aku tertegun sesaat ketika melihat ekspresi wajah Val. Wanita itu terlihat bahagia dan juga bangga. Terpaksa harus kuakui bahwa cara Val ini adalah ekspresi seorang Ibu melihat putrinya di atas panggung pertamanya.

Sebuah senggolan pelan di sampingku berhasil membuatku menoleh, Mama tersenyum penuh arti padaku.

"Val, jadi kelihatan kayak Ibunya Lila ya, Mars?"

Kepalaku mengangguk tanpa ragu. "Iya, Ma."

******

Sebuah ketukan pelan pada pintu berhasil mengalihkanku sejenak dari laporan-laporan yang harus aku baca malam ini. Aku menyandarkan punggung pada kursi, kemudian berteriak meminta orang tersebut masuk.

Mama berjalan pelan memasuki ruangan. Ditangannya ada sebuah nampan berisi secangkir teh hangat beserta sepiring apel yang sudah dikupas dan dipotong kecil-kecil. Alisku mengernyit heran, biasanya Val yang menyiapkan serta membawanya ke ruanganku menggantikan Mama. Tapi setelah beberapa bulan berlalu, Mama kembali melakukannya lagi.

"Tidak biasanya," ucapku pelan tepat saat Mama menaruh nampan tersebut di hadapanku.

Dia terkekeh pelan seraya mendudukan diri di sebrang meja. Tatapannya tertuju padaku. Mama terdiam lama selama beberapa menit setelahnya, membuatku semakin heran karena keanehannya. Aku menegakkan tubuh, sembari meraih tangan Mama untuk kugenggam. "Mama ingin mengatakan sesuatu padaku?"

Val(l) For Mars [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang