Part 16

210 3 0
                                    

📞 Kamu lagi apa? - tanya Bara melalu telpon
📞 Lagi tiduran
📞 Oh kalo aku lagi nemenin pak Teguh
📞 Ngapain?
📞 Ada urusan, aku disuruh supirin mobilnya
📞 Oh
📞 Disini ujan, kamu udah makan?
📞 Belum
📞 Eh udah dulu ya, pak Teguh mau masuk mobil

Pak Teguh, adalah guru olahraga disekolah ku. Kebetulan rumah pak Teguh dekat dengan asrama yang ditempati Bara, jadi pak Teguh sering sekali meminta Bara untuk menjadi supirnya. Setahuku, begitu.

Bara yang katanya sedang mengantar pak Teguh, dia meluangkan waktunya untuk menelfonku. Sebenarnya aku tidak terlalu berharap dia memberiku kabar, meskipun terasa aneh jika dia tidak menelfonku sehari saja.

Selang beberapa menit ketika pak Teguh tidak dimobil, Bara terus menelfon ku. Malah terkadang aku kaget, ku kira Ivan yang menelfon.

Sebenarnya aku risih, aku tidak suka mengobrol. Aku tak suka perbincangan yang panjang, aku tidak suka banyak berbicara.

Cukup lama Bara tidak menelfonku, aku fikir dia masih dalam perjalanan dan sibuk menyetir. Jadi sebaiknya aku tidur saja, fikirku.

*Drrrrrrt

Tak lama kemudian ada notif masuk dari Bara

✉️Sayang, aku beli sate. Aku kerumah kamu ya pulangnya.

Setelah membaca pesanku itu, aku bergegas mengganti pakaianku. Karena kebetulan aku menggunakan baju dan celana pendek.

Aku mengambil kerudung yang tergeletak di kursi ruang tamu, sembari menunggu Bara aku menonton tv.

📞 Aku didepan rumah

Aku berjalan menerusuri ruang tamu menuju pintu keluar, kemudian aku melihat bara yang sedari tadi sudah berdiri didepan pintu gerbang.

" Jadi ngerepotin " ucapku basabasi
" Gak apapa, kan kamu bilang belum makan " jawab Bara sembari memberi sate
" Makasih loh " gumamku
" Iya samasama " jawab Bara " Em apa lagi ya " lanjut Bara seakan tidak ingin mengakhiri pertemuan dan obrolan kami.
" Pak Teguhnya mana? " tanyaku mencairkan suasana
" Udah dirumahnya, dirumah sodara "
" Oh dimana emangnya? "
" Itu disana, deket dari sini "
" Kaka kesini jalan? "
" Iya jalan, nangung soalnya kalo pake mobil " jawab bara sembari celingak celinguk tidak jelas " Oh iya, udah malem. Takut dimarahin mama kamu " lanjut Bara mengingatkan
" Oh yaudah " jawabku melambaikan tangan
" Jangan lupa dimakan ya "
" Iya siap "
" Ya udah kaka pergi dulu, daaah " ucap Bara berjalan mundur sembari melambaikan tangan
" Hatihati " gumam ku sembari masuk kegerbang dan menutupnya

Biar ku jelaskan.

Bara, sosok lelaki yang tak pernah menyuruhku makan ketika aku jawab "Belum makan" justru yang dia lakukan adalah memberiku dan mengajakku makan.
Aku suka, dia dewasa.
Jauh berbeda dengan Ivan, yang melulu memaksaku makan. Dan jika tidak, dia akan marah.
Ivan, kekanakan.

Aku tidak membandingkan mereka, aku hanya menilai dari sisi sudut pandangku. Aku tidak menilai Ivan sebagai yang terburuk, toh aku sayang pada Ivan. Malah dimataku, Ivan yang terbaik meski melulu menyakiti.
Seperti misalnya, aku tidak suka Bara. Bahkan, aku masih belum bisa menganggap dia sebagai pacar. Tapi aku tidak menilainya jelek, hanya karena aku tidak suka.

Keduanya berbeda, ada ketertarikan masingmasing dari keduanya yang aku sukai.

Ivan, aku sangat jatuh cinta padanya.
Dan Bara, aku suka caranya bersikap, Bara menarik, tapi aku belum jatuh cinta.

PELARIAN KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang