Dia telah menungguku di salahsatu tempat makan, Ara. Dia terlihat sangat ceria, mungkin punya segudang cerita tentang masalalunya dengan Pico yang sudah siap ditumpahkan.
Aku mencoba terlihat seolah aku tak merasakan rasa sakit sedikitpun, menyingkirkan perasaan suka ini terhadap Pico yang kini jelas telah menjadi masalalunya. Sekarang aku justru membiarkannya bercerita tentang menara eiffel dan bunga edelwise. menara eiffel yang dia pesan untuk hadiah ulangtahun Pico dan bunga edelwise yang sengaja dia petik sendiri untuk Pico.
Ikut bertepuk tangan saat dia berhasil membuat kejutan untuk Pico. Sungguh, saat-saat seperti ini aku mulai mengerti mengapa banyak orang bunuh diri karena kasus cinta. Ya, aku mengerti perasaan mereka dan aku turut berduka. Memang sakit, aku mengerti dan aku akui ini adalah perasaan terburuk dalam setiap hidup manusia, Sungguh saat-saat seperti ini justru semakin membuatku makin tersiksa.
Menarik nafas dalam-dalam dan sejenak menenangkan perasaanku yang telah beradugumen dengan logikaku, aku terus membohongi diriku sendiri, tapi tak apa, jika itu bisa membuatmu bahagia, walaupun aku terluka.. Dia melanjutkan ceritanya tentang beberapa message yang masih dia simpan, di 4 handphone sekaligus dan dia tunjukan tepat dihadapanku, sangat sesak ketika dia memberitahuku tentang singkatan namanya yg diletakkan di pop up Pico *By PAP* yang artinya Pico Ara Pratama, sejujurnya aku tidak mampu untuk membacanya, tidak untuk membaca, bahkan untuk menutupi kesedihanku, aku berpura-pura ikut tertawa bersamanya, meledeknya ketika Pico jealous pada Ara, dan aku mulai sampai pada titik terjenuh, sampai pada titik dimana bahkan aku tidak tau lg bagaimana untuk mengutarakannya, ketika Ara terlihat masih sangat berharap pada Pico. Hati dan otakku rasanya terlalu sesak untuk terus berusaha bertahan. Untuk kali ini hati dan otakku telah lelah beradugumen. Mereka seakan telah sepakat agar aku berhenti disini. setidaknya untuk saat ini, Aku berhenti bertahan dengan kepura-puraan yang menyiksa ini.