TEMPAT MENUNGGU

23 5 0
                                    

Pohon di samping masjid di tepi trotoar itu, tempat dulu aku kerap menantimu. Sekarang, pohon itu masih tegak di situ, semakin ramai dibanding dahulu. Telah ada terminal bayangan, terminal angkutan luar kota yang tak resmi. Mereka menjemput penumpang ke dalam kota, sebab di perbatasan, di tempat yang telah ditetapkan, calon penumpang terasa lebih lengang. Menambah semrawut tatanan kota yang panas ini.

Apa kabarmu hari ini? Telah belasan di hitungan tahun sejak kita terakhir jumpa. Bukan perjumpaan yang indah pula. Kita sama menekan rasa yang tak tentu atau aku yang sungguh tak tahu bagaimana terhadapmu. Apa isi hatimu.

Ingatkah kau kala itu kita telah sama menanti 1 jam lamanya di teras masjid dekat pohon itu, sama menanti tanpa tahu kau dan aku hanya tertutupi oleh pilar. Belum ada smartphone ketika itu, baru ada handphone dengan beraneka ragam mode dan keunggulan fitur yang harganya belum dapat kita jangkau. Harga kartu perdana dan pulsa pun masih selangit, tak bersahabat dengan uang saku kita yang hanya cukup untuk ongkos angkutan kota dan makan siang alakadarnya.

Pada akhirnya kau yang menemukanku. Menemukanku dan terkejut. Menemukanku terduduk letih setelah lama berdiri menunggu dan aku masih menemukan binar-binar cinta dalam mata coklatmu, tatapan dan senyum itu masih milikku.

Kita menghabiskan waktu seharian hari itu, berdua saja. Berjalan kemana suka, mengikuti hati yang bahagia. Ya, bahagia bila bersama, meski hanya berjalan kaki saja, meski hanya sekadar ke toko buku, menyisiri pantai, melihat keramaian pasar, atau meski hanya duduk diam bersisian. Begitu saja sudah sungguh bahagia.

Bicara tentang pohon, kau juga pernah bercerita tentang jembatan. Tempat kau menghabiskan waktu di malam-malam lengang kala bosan menyergap. Kubilang angin malam tak baik bagi tubuh, kau bilang di sana lebih indah malam hari. Lampu jalan berderetan di sepanjang tepian sungai membentuk titik-titik cahaya dalam gelap hingga di ujung pandangan ia seperti bertemu dan membentuk satu titik. Di jembatan itu juga kau menuliskan sesuatu untukku, sesuatu yang sampai kini tak pernah kutahu entah apa.

Apa kabarmu hari ini?

***

KISAH YANG TAK TERUCAPKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang