Dia pernah memiliki harapan yang tinggi untuk menjalani kehidupan, namun itu semua luluh lantah dengan cepat pada saat dia menghadapi apa itu yang dinamakan sebagai kenyataan. Kenyataan itu adalah kumpulan kebenaran yang akan mengikat dia untuk selalu tunduk kepada takdirnya sehingga pada akhirnya dirinya tak bisa bergerak dengan bebas sekaligus membuat dirinya memiliki pandangan hidup yang sempit.
Tak lebih bisa digambarkan keberadaan serupa dengan titik debu mungil dan tak berarti di antara sebuah meja dengan ukuran satu atau dua meter, itulah gambaran dari pentingnya keberadaan dari kehidupan bagi dirinya.
Pemuda itu menganggapnya diri sebagai sampah dunia, bahkan mungkin lebih rendah daripada itu. Intinya dia merasa dirinya sebagai keberadaan paling rendah yang pernah menginjak muka bumi ini.
Keberadaan dari orang yang bisa menjadi panutan sudah tiada baginya semenjak usianya menginjak sembilan tahun, sejak saat itu, karena tidak adanya kerabat yang mau menampungnya membuat diri sang pemuda berusaha untuk tumbuh dan bertahan hidup di lingkungan panti asuhan yang terletak di sebuah daerah kumuh pinggiran kota.
Lingkungan baru, kehidupan baru, hubungan baru. Semuanya membentuk dirinya menjadi seseorang yang berbeda daripada kebanyakan orang lain, jika orang lain memandangnya sebagai berandalan dan gembel karena kehidupan yang dijalaninya, maka diri pemuda tersebut memandang dirinya sebagai seseorang dengan masa depan cerah yang memiliki kesempatan untuk mengubah kehidupannya.
Pemikiran positif tersebut ada bukan karena tanpa alasan, dia mendapatkannya dengan belajar. Berbagai tokoh yang ada di dunia ini, orang-orang besar yang menciptakan perubahan di dunia ini, kebanyakan berasal dari kalangan kelas rendah seperti dirinya sehingga itulah yang menjadi pemicunya untuk menetapkan ambisi tinggi.
Meskipun begitu, bukan berarti dia luput dari apa itu yang dinamakan keburukan, demi bertahan hidup dia bekerja sampingan bersama dengan beberapa orang yang biasanya disebut sebagai kriminal di mata orang-orang awam serta pihak berwenang. Tapi mereka lebih memilih untuk dipanggil sebagai Familia atau setidaknya Mafia.
Datang jauh dari Italia, menuju negara tempat tinggal sang pemuda untuk mengembangkan usaha dan pengaruh mereka. Familia itu memberikan kesempatan bekerja bagi pemuda tersembut dan dia mengambilnya dengan senang hati.
Panti asuhan yang ditinggali oleh sang pemuda membutuhkan apa itu yang dinamakan uang agar tempat itu bisa terus berjalan, tak banyak bantuan yang bisa mereka dapatkan karena letaknya berada di kawasan kumuh. Bantuan dari para dermawan tak akan bisa mencapai tempat ini sepenuhnya, bukan karena ketidakmampuan, melainkan karena minimnya orang yang memiliki keberanian untuk menjejakkan kaki mereka lalu menggelontorkan uang di daerah tersebut.
Ketakutan, suasana hati yang paling dibenci oleh manusia. Dasar dari mengapa orang-orang tersebut tak mau mengulurkan tangan adalah ketakutan, para preman, para pemakai obat-obatan terlarang, dan lain-lain. Semuanya yang berada di daerah kumuh tersebut mengundang perasaan ketakutan mereka sehingga daripada mengambil risiko, apa yang mereka lakukan adalah mundur perlahan.
Rasa muak adalah apa yang dirasakan oleh sang pemuda pada saat memahami kenyataan atas mengapa tidak adanya orang-orang dermawan di sekitar lingkungannya, tapi perasaan itu secara perlahan berubah menjadi simpati. Sang pemuda menjadi paham jika tidak mungkin orang-orang itu bisa menggandeng segala hal yang mereka inginkan, sebab dia sudah mengalaminya sendiri.
Meski pekerjaannya mengundang masalah dengan pihak berwenang yang biasa digambarkan sebagai simbol keadilan, sang pemuda tetap memiliki hati yang emas. Dia berusaha untuk membantu orang sebanyak mungkin dengan segala kemampuan yang ada, untuk mengapa dia melakukannya maka dia hanya bisa mengatakan jika dorongan dari dirinya sajalah yang menjadi alasannya.
Walaupun dirinya adalah perwakilan dari kejahatan dan kriminalitas, tapi dia adalah seseorang dengan kebaikan di dalam diri dan jiwanya. Orang yang jarang ada di dunia ini, tak peduli sekeras apapun dicari atau dibentuk, hanya ada beberapa orang sepertinya di dunia ini.
Pemuda itu, anggota rendahan dari sebuah Familia sehingga hanya memegang posisi sebagai saluran otot dari tangan organisasi Familia yang menampungnya, adalah orang semacam itu.
Dia bukanlah pemuda yang diberkahi dengan kejeniusan, ketangkasan, maupun berbagai kelebihan lainnya. Tapi jika ada orang yang menyebutkan apa yang bisa dianggap sebagai kelebihan pembeda dirinya dengan orang lain maka jawabannya adalah satu: "Hatinya yang bagaikan terbuat dari emas."
Kebaikan adalah apa yang menjadi tuntunannya, tapi apa yang dia lambangkan adalah kejahatan itu sendiri. Bisa diwajari kedua hal yang berkonflik ini membuat dirinya dipandang sebagai keberadaan 'asing' di mata orang-orang.
Mereka bisa memandangnya sebagai orang baik-baik, kebalikannya pun bisa bekerja. Hanya saja, orang-orang memilih untuk memandangnya sebagai keberadaan 'asing' yang tak bisa mereka pahami dengan mudah, orang-orang memutuskan untuk menghindarinya karena rasa 'asing' itu melahirkan ketakutan, bentuk perasaan yang membuat sang pemuda belajar apa itu perasaan 'muak'.
Ia pun menjalani kehidupannya, sebagai seorang pemuda berusia 15 tahun, dengan nama Andre Jaka Pratama yang menjadi pembedanya dengan orang lain. Kehidupan yang dipenuhi oleh alienisasi oleh kebanyakan golongan orang, pihak kejahatan tak ingin menerimnya sepenuhnya, tapi pihak kebaikan menolaknya. Penggunaan kata adil nan jahanam bisa digunakan untuknya, kata yang terkesan saling berkontradiksi tapi pada akhirnya menggambarkan dirinya dengan sempurna.
Hingga akhirnya, kehidupannya berakhir di tangan seorang penembak massal yang masuk ke dalam sekolahnya. Luka tembak yang menembus kepalanya menjadi tanda akhir dari kehidupan milik pemuda tersebut.
Andre Jaka Pratama, keberadaan yang bagaikan setitik debu di muka Bumi ini akhirnya pergi, namun bukan berarti dia pergi begitu saja bagaikan debu yang dibersihkan dengan mudah.
Dia meninggalkan noda.
Noda itu berbentuk kematian dari sang penembak massal yang dia habisi, tanpa rasa takut maupun belas kasihan, beralandaskan pada pengalamannya di dunia hitam, dia bisa menghabisi orang seperti sang penembak massal dengan mudah.
Satu luka yang dalam di dada, tepat pada bagian dada menyelesaikan semuanya. Dengan menggunkan gunting, dia melakukan aksinya. Berakhir dengan sang penembak massal menembak kepalanya pada saat luka di dadanya terbukti akan menggerogoti kehidupannya secara perlahan.
Andre Jaka Pratama—keberadaan yang tak bisa dikenal dengan mudah.
Dia akhirnya bisa dikenang dengan mudah.
Andre Jaka Pratama—sang siswa misterius yang menghentikan aksi seorang penembak massal di sekolahnya. Ia akan diingat sebagai keberadaan semacam itu.
Namun, pertanyaan akan muncul setelah ini.
Setelah dia melakukan semua itu, apa yang akan terjadi kepadanya?
Kematian sudahlah hal yang jelas.
Tapi apa yang lebih dimaksud di sini adalah apa yang terjadi dengan jiwanya..
Apa yang pasti, hal klise seperti terkirim ke dunia lain adalah sesuatu yang tidak akan terjadi.
Ada hal lain.
Hal yang terjadi kepada dirinya, jiwanya, keberadaannya, dan kesadarannya.
Dia membalak dan menemukan jika dirinya berada dalam keadaan baik-baik saja, tapi dengan cepat ia mengetahui kalau dirinya bukanlah 'dirinya'. Lebih tepatnya, sang pemuda, Andre bukanlah Andre.
Begitu pandangan matanya bertemu dengan kaca, dia melihat sosok yang tidak dikenal di kaca tersebut.
Siapa dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Re: Magician of the Genesis Roots
FantasyKesempatan datang dengan cara yang tak terduga, perubahan dan pertukaran yang berputar-putar seolah tak kenal apa itu yang dinamakan dengan stagnanisasi. Terdengar bagaikan suatu kelekar, memang, tapi itu adalah kenyataannya dan itu terjadi kepada d...