Chapter 3

4.2K 522 11
                                    

Happy reading....












Tubuhku seperti melayang,

Aku bahkan tidak tau aku dimana,

sekelilingku terasa begitu familiar namun juga asing.

ini dimana ?





Aku bergerak gelisah memandang sekelilingku, begitu terang menyilaukan bahkan netraku belum bisa menangkap dengan jelas apa yang berada dihadapanku. Yang aku rasakan hanya hembusan angin dingin menerpa wajahku, kakiku bahkan tidak berpijak namun aku yakin aku sedang berdiri.



"Taehyung"





Aku mengerjap menajamkan pendengarakanku, aku yakin ada yang memanggilku.





"Taehyung, Kim Taehyung."







Kini kupaksa netraku membiasakan cahaya disekelilingku, aku ingin tau siapa yang memanggilku. Nadanya begitu merdu merambat digendang telingaku dan sekali lagi suranya nampak tidak asing.

Perlahan kulihat awan putih berada disekelilingku, cahaya biru yang tadi begitu berpendar perlahan meredup. Aku terus memusatkan atensiku pada cahaya tersebut, hingga redupnya cahaya tersebut menampilkan sosok siluet seseorang yang kuyakin sedang menatapku.

"Siapa kau ?" Ucapku lirih hampir seperti gumaman.

"Aku pangeran es, Taehyung." Ucapnya dan seketika dahiku mengernyit bingung.

"Kau mengenalku dan kita ditakdirkan untuk bertemu." Sambungnya.

"Kenapa kau tidak menampakkan wajahmu ? Siapa kau sebenarnya ?" Tanyaku, dadaku bergemuruh saat menyadari mungkin dia tau sesuatu tentang diriku yang sesungguhnya.

Dia menggeleng pelan.

"Belum waktunya Taehyung, ada saatnya nanti kau mengetahui semuanya, tapi bukan sekarang. Kau harus tetap seperti ini demi kelangsungan dunia kita."

"Apa maksudmu ? Tolong jelaskan !"

Kakiku mulai beranjak berusaha mendekat kearah siluetnya, namun semakin langkahku berusaha mendekat sosoknya semakin jauh untuk dijangkau.

"Berhati-hatilah Taehyung, kita akan segera bertemu." Suara merdunya semakin terdengar jauh dan akupun semakin berusaha berlari mengejarnya.









Namun seketika menjadi gelap ketika aku mengerjapkan kedua mataku, terlihat samar atap plafon kamarku dan rasa empuk yang menompang tubuhku. Ini dikamarku. Apa barusan itu mimpi ? Aku bahkan sama sekali tidak merasa sedang tertidur, itu terlalu nyata.

Aku melihat sekelilingku, lampu kamar masih mati, dan kulirik arah nakas untuk mengintip jam digital yang tergeletak rapi ditempatnya. Ini masih pukul 3 pagi.

Aku mendudukkan tubuhku dan menyalakan lampu tidur disamping nakas dan melihat pantulan bayanganku di cermin panjang yang berada disudut samping lemari pakaianku. Wajahku nampak kusut dengan balutan piyama putih motif polkadot berbahan sutra koleksi dari rancangan ibuku.

Aku menghela nafas berat kemudian meraih segelas air putih diatas nakas dan meneguknya separuh. Namun netraku membola saat kulihat ada pantulan lain dari cermin kamarku. Dengan terburu aku menaruh kembali gelas yang tadi aku buat minum dan segera beranjak mendekati cermin panjang tersebut.

Sosok itu tersenyum ke arahku, tubuhnya nampak tegap dengan tudung hitam menutupi kepalanya. Kulitnya putih pucat dengan tatapan tajam tanpa celah.

"Selamat malam pangeran. Maaf mengagetkanmu." Celetuknya, suaranya menggema didalam kamar luasku.

Tubuhku sedikit bergetar, ini hal teraneh setelah semua yang aku tau dari kekuatanku selama ini.

"Si-siapa kau ?" Tanyaku gugup namun netraku tak berpaling sedikitpun dari pantulan cermin dihadapanku.

"Aku yang mengawasimu selama dibumi ini pangeran." Senyumnya terukir tipis.

"Me-mengawasiku ? Untuk apa ?" 

"Karena kau adalah pangeran kami." Jawabnya lugas.

"A-apa kau yang tadi berada dimimpiku ?" 

Dia menggeleng pelan dengan senyum yang bahkan belum menghilang dari suduh bibirnya.

"Dia pangeran es, pangeran. Bukan aku, aku bukan seorang pangeran."

"Lalu aku siapa ? Kenapa kau dan orang yang berada dimimpiku memanggilku pangeran ?"

"Belum saatnya anda tau pangeran."

"Lalu untuk apa kalian datang seperti ini jika tidak mau memberitau apapun???" Suaraku meninggi, aku lelah dengan semua teka-teki dikehidupanku.

"Aku menampakkan diri dihadapan anda karena ada pesan yang harus saya sampaikan__"

Aku melangkah mendekat kembali kearah cermin untuk mendengarkan.

"__apapun yang terlihat bukan berarti tidak seperti yang kita lihat. Apapun yang menghilang, bukan berarti lenyap seperti yang terduga. Masih banyak jawaban dari tempat-tempat yang hilang. Terhitung detik ini, anda akan memperoleh semua jawaban dari sekitar anda. Aku harap anda bisa memilah mana yang benar-benar disisimu dan mana yang akan berusaha mencelakaimu."

Aku termenung mencerna kalimat panjangnya, dan ketika aku sadar dengan lamunanku, bayangan dicermin itu hanya ada pantulan diriku. Sosok bertudung tadi telah menghilang dan seketika aku jatuh terduduk merasakan kepalaku berputar.









.

.

.







"Tae, kantung matamu menggerikan. Kau mirip seperti zombie." Jimin menatapku dengan wajah sok ketakutan yang dibuat-buat, kelihatan sekali mengejek keadaanku.

Bagaimana aku bisa tidur nyenyak akhir-akhir ini jika tiap malam harus bermimpi bertemu dengan sosok yang bahkan tidak kau tau wajahnya. Dan ucapan sosok bertudung yang beberapa hari lalu muncul didalam cerminku juga membuatku semakin susah hanya sekedar untuk menikmati tidur nyenyak tanpa beban.





"Jangan menggangguku Jim." Balasku sinis.

"Woaaahh kau sensitif sekali sih Tae. Apa apa denganmu ? Ceritalah sedikit." Jimin menggeser bangkunya agar lebih mendekat kearahku.


Aku menatap wajahnya menimang apakah perlu aku menceritakan semua kekonyolan dan keanehan dalan hidupku pada sahabatku ini. Aku tau Jimin sahabat terbaikku selama ini, dia selalu disampingku dari aku kecil, tapi mana mungkin aku menceritakan bahwa aku punya kekuatan. Tubuhku bisa menghilang, tanganku bisa mengeluarkan petir biru bahkan bisa menggerakan benda lainnya. Apalagi bercerita bahwa aku selalu bermimpi tentang pangeran es dan melihat ada orang lain berada didalam cermin kamarku.

Aku menggeleng frustasi, yang ada aku akan dianggap sedang menceritakan lelucon dan dianggap gila.


"Tae ?"

Aku menggeleng lemah.

"Tidak Jim aku tidap apa-apa, hanya sedikit insomnia saja karena terlalu lama bermain game." Jawabku sekenanya dan Jimin mengangguk menanggapi.


Dan kedatangan guru geografi didalam kelas menutup obrolanku dengan Jimin pagi itu.

Aku melirik kebelakang bangkuku dan sudah tiga hari Jungkook tidak terlihat batang hidungnya.









.

.

.









"Awas Tae !!!!" Teriakan Jimin membuatku sadar aku akan tertimpa tiang itu.

Reflek tanganku mengacung keudara dan.............................

















TBC





Maaf slow update sekali..

The Prince of Earth (TAEKOOK/VKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang