| satu kata maaf
di antara beribu-ribu kata yang dimuat dan memiliki makna terkandung di dalam kamus, ada satu yang kusuka namun kerap kubenci.
ya, aku suka. namun terkadang kubenci juga. tergantung pada kalimat yang disematkan kemudian bersamanya.
maaf.
kata maaf bisa jadi sebuah pemulih—jika yang menggunakannya sengaja menyelipkan di antara kalimat yang memang ditujukan untuk mengakui sebuah kesalahan. juga jika tekadnya ditujukan untuk meredakan api yang tersulut amarah atau benci. itu yang kusuka dari kata maaf.
namun di lain sisi, ketika ia diselipkan dan diikuti dengan sederet kata "aku tidak bisa ... ", maka jangan harap aku akan berakhir tanpa rasa kecewa, atau mungkin ... rasa sakit?
"maaf aku tidak bisa berada di sana" atau sesederhana "maaf aku tidak bisa membalas pesanmu" sama-sama membuatku merasa tidak nyaman. bukan, bukannya aku tidak bisa menerima realita yang agaknya seratus delapan puluh derajat berbeda dari apa yang kuharapkan, namun untuk sepersekian detik setelah kalimat itu tedengar—atau mungkin terbaca—kurasa tubuh dan pikiranku sekonyong-konyong langsung ditarik jauh-jauh ke dalam dimensi lain yang tak kumengerti. ada sebuah lapisan dari dinding tipis tak kentara yang membatasi ekspektasi dan realita. dan itu yang kubenci dari kata maaf.
satu kata maaf bisa membuat segalanya berangsur-angsur membaik. tapi satu kata maaf juga bisa membuat dunia dalam angan lebur seketika.
180812 | 18:46

KAMU SEDANG MEMBACA
coret-coret.
Diversos(n) karangan yang asal ditulis saja. [made in my notes. lowercase intended.]