Tante Nili's Warung

126 4 3
                                    

"Kila, Kila, kewarung tante Nili, beliin kopi sama roti, sama shampoo, sama susu, sama ehm sabun cuci piring ya?" teriakan itu berasal dari dapur, dan menghentikan lamunanku saat berada di depan cermin didepan kamar. Suara tante Yanti, alias mamaku, teriakannya kenceng banget sampe seluruh komplek rumah kedengeran, pak RT disebelah rumah udah biasa denger teriakan mama.

"Ya, iya. Apa aja yang harus di beli?" balasku dengan berteriak balik.

"Ke warung tante Nili, beliin kopi sama roti, sama shampoo, sama susu, sama ehm sabun cuci piring tambah beli sarimurni ya karna kamu kan belum bisa minum susu karena lagi batuk"

"Apa ma? Nggak kedengaran nih."

"Kamu budek yah? Makanya kalo dengerin itu kesini dong. Nggak cuma bersarang di kamar aja. Cepetan kesini, sekalian ambil uangnya." Mamaku berteriak lagi dengan suara yang semakin kencang dan makin merusak gendang telinga pak RT.

"Iya, iya tunggu dua menit lagi." Balas teriakku sambil memakai hand and body lotion ke seluruh tangan dan kaki, karena ini masih pagi dan libur, aku belum mandi dan mungkin bau jigong karena belum mandi, mau cuci muka tapi males, pake handbody aja deh.

Sambil menyisir rambut aku berjalan ke dapur untuk dengerin apa yang harus di beli sama ambil uang.

"Kamu udah tau kan apa yang harus di beli? ini uangnya." Tanya mama Yanti sambil memberikan uang seratus ribu rupiah kepadaku.

"Belumlah, kan nggak kedengeran tadi." Balasku sambil mengambil uang yang diberikan mama.

"Masa nggak kedengeran sih, udah kenceng loh teriakan mama, pak RT aja denger masa kamu nggak?" kata mama sambil memberi tahu apa yang harus dibeli dan karena takut ada yang lupa, karena aku itu pelupa banget, makanya mama mengambil pulpen ama kertas dan menulis semuanya di kertas itu, untuk jaga-jaga barangkali otakku error dan lupa apa yang mau di beli sanking banyakknya.

"Iya, kan udah di tulis, nggak perlu hafal lagi" aku pun mengambil kertas tulisan belanjaan dan berjalan menuju warung. "Uang kembalinya untuk aku yah!"

"Palalu peyang, kembaliin ke mama uang kembalinya, kamu kan libur kuliah, uang jajan pun libur". Omelan mama mengiringi langkahku menuju warung tante Nili.

Warung tante Nili adalah warung langganan keluargaku, dari kecil pasti kita semua belinya di warung tante Nili kalo emang nggak ada di warungnya pasti ke warung lain, warung Donald biasanya, karena hanya berdekatan. Kadang kita ngutang eh sampe kelupaan bayar dan tante Nili nggak nagih, itu sih keuntungannya. Tapi, bukan itu aja sih karena emang tante Nili orangnya baik.

Mungkin karena kebaikan dari tante Nili yang melegenda itu sehingga si Kampret alias si dia itu sampe jauh-jauh belanja sabun diwarung tante Nili.

"Tante Nili, sabun cuci piringnya dimana yah?" tanyaku ke tante Nili sang pemilik warung.

Sambil mencari-cari sabun cuci piring yang entah disembunyikan dimana aku menatap orang yang ada didepanku yang baru sampai dan mencari sabun. Aku terkejut dengan siapa yang kulihat. Canggung, kaku, bingung harus ngomong apa dan bingung harus nyapa duluan ato nggak.

"Eh ada Kila?" akhirnya dia nyapa duluan.

Aku hanya senyum, nggak tau harus ngomong apa, aku masih bingung dan kaku sambil memandang orang yang kukenal tetapi sudah asing selama beberapa bulan bahkan tahun. Aku menghilangkan pandanganku padanya dengan mencari-cari sabun cuci piring, dan sialnya aku belum mendapatkannya. Keduluan sama si Kampret. Tapi dia belum selesai belanja.

"Ah dapet!" kataku sambil sedikit berteriak seperti mendapat harta karun yang sudah lama kucari dan memberikannya ke Tante Nili untuk di isi kedalam kantong plastik besama belanjaan yang lainnya. "Tante Nili berapa semuanya? Ini uangnya"

"39.000 rupiah, ini." jawab tante Nili dengan memberikan uang kembalian dan semua belanjaanku"

"Aduh gimana nih, harus pamit ke Kampret nggak yah? Nggak tau harus ngomong apa." Gumanku saat berjalan untuk keluar dari warung.

"Duluan yah" aku memberanikan diri untuk berpamitan ke Kampret.

"Iya" jawabnya, dengan dua suara sekaligus.

Eh kok ada dua suara yah? ternyata bukan cuma si Kampret yang ngejawab, tante Nili juga menjawab pamitanku, karena sudah menjadi kebiasaan setelah berbelanja pamit dulu sama yang punya warung.

Sesampaiku dirumah, aku langsung ke dapur sambil menyerahkan semua belanjaan dan uang kembalian ke mama dan berjalan kembali ke kamarku.

"Kok kembaliannya nggak berkurang, biasanya kamu ngambil dua ribu." Kata mama sambil mengejek aku yang tidak mengambil sepeser pun dari uang kembalian.

Aku tak menghiraukan ejekan mama dan langsung bergegas ke dalam kamar dan langsung berhadapan dengan cermin sambil bercerita dengan bayangan sendiri.

"Mimpi apa aku semalam, bisa ketemu ama si Kampret? Padahal setengah jam yang lalu aku lagi mikirin dia."

"Untung aku pake handbody sebelum kewarung jadi dia nggak illfeel dengan bau badanku karena belum mandi." Gumanku sambil menatap kembaranku, yaitu bayanganku sendiri.

"Ah bodoh amat. Mau wangi ato bau kek itu nggak akan berpengaruh sama sih Kamprettt" ucapku sekali lagi dengan merebahkan badaku ke tempat tidur.

 Mau wangi ato bau kek itu nggak akan berpengaruh sama sih Kamprettt" ucapku sekali lagi dengan merebahkan badaku ke tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memilih tidur kembali dan ketika aku bangun aku berharap itu semua hanya mimpi. Lagi pula aku sedang libur jadi nggak masalah untuk tidur kembali walau jam sudah menunjukkan pukul 10.00 AM.

A.n:

Gimana? udah ketemu sama si Kampret kan? hehe.  Thanks for reading.

love,

lolypriskila

AWKWARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang