"Mba boleh saya ambil piring kosongnya?" Pelayan baru yang tak kukenal itu memecah lamunanku.
"Mau sekalian pesan yang lain lagi mba?" Tanya-nya lagi.
"Tidak, terimakasih."
Tak kusangka ternyata aku sudah menulis banyak halaman tentang Arka. Lebih tepatnya kisah antara aku dan Arka yang tak pernah terpikir untuk dituliskan sebelumnya. Tak terasa juga suasana cafe menjadi ramai, membuatku merasa tidak nyaman.
Sebelum kembali ke apartement entah mengapa aku merasa perlu untuk pergi ke toilet, padahal aku bisa saja menggunakan toilet di apartement. Di dalam toilet aku tak melakukan apapun, aku hanya berkaca melihat pantulan diriku sendiri yang terlihat kebingungan. Dan pada akhirnya memutuskan untuk mencuci muka, dengan harapan pikiranku menjadi sedikit lebih tenang.
Sekeluarnya dari toilet, tak sengaja aku bertubrukkan dengan seorang pria, lumayan kencang sampai aku hampir terjatuh.
"Maaf mba, mba tidak apa-apa kan?"
Laki-laki ingin mencoba membantuku untuk berdiri, tapi aku menolaknya dengan halus.
"Enggak, saya juga minta maaf."
Setelah menstabilkan badan untuk berdiri sempurna, akhirnya aku dan pria tersebut saling bertatapan, dan kemudian kejadian tak kusangka terjadi pada saat itu juga. Ternyata pria itu adalah Arka. Kami berdua membisu.
"Pah, yu kita pulang." Suara seorang perempuan yang sedang memeluk seorang bayi memecahkan lamunanku dan Arka.
"Ohh iya, mamah tunggu saja di mobil, nanti papah nyusul." Perempuan tersebut menuruti perkataan Arka.
Aku langsung kembali ke meja dan bergegas untuk kemudian pulang ke apartemen. Ketika aku hendak memasukkan laptop, tiba-tiba seseorang menghampiri.
"Beri aku waktu lima menit saja." Pinta Arka. Aku tak mengacuhkannya dan lanjut memasukkan laptop.
"Lima menit dan aku tak akan pernah mengganggumu lagi." Aku terhenti dan aku menghadap Arka, tapi tidak dengan mataku.
"Kamu tak perlu mengatakan apapun, cukup dengarkan aku saja. Aku sengaja berkunjung kesini dengan harapan bisa bertemu dengan mu. Dan ternyata Tuhan berpihak padaku." Kemudian ia terhenti sejenak.
"Aku cuma ingin kamu tahu, sedikitpun perasaanku tak pernah berubah, kamu tahu kalau aku melakukan ini tak lain hanya untuk ibuku, kamu juga harus tau kalau kamu tidak sendiri, aku juga sama terlukanya seperti kamu. Aku...." Entah dorongan dari mana, sontak aku memeluk Arka, ia merespon pelukanku, kami saling memeluk setidaknya selama satu menit tanpa mengeluarkan sepatahkatapun, kemudian Arka mencium keningku dan aku menerimanya dengan senang hati.
"Berbahagialah, pastikan dirimu bahagia." Bisik Arka.
Kemudian kami saling menggenggam hingga pintu keluar cafe, dan kami berjalan menuju arah yang berlawanan untuk melanjutkan hidup masing-masing, untuk berbahagia, berbahagia untuk saling membahagiakan. Seperti kata orang bahwa pertemuan bisa membuat sesuatu yang terpisah bisa kembali. Tapi tak banyak orang tahu bahwa pertemuan pun seperti sebuah penegakkan bahwa kita benar-benar tidak bisa kembali. Seperti aku dan Arka. Tak akan pernah ada kembali untuk kami.
END....
YOU ARE READING
Tak Ada Kembali
RomanceDihari ulang tahunnya ini Aluna teringat seseorang yang sebenarnya sudah lama pergi. Namun lama bukan menjadi jaminan bagi Aluna untuk bisa melupakan Arka. Hari ulang tahun bukan menjadi sebuah perayaan, tapi bagi Aluna menjadi sebuah mesin penginga...