3.

34 6 2
                                    

Marcell terpaku di tempat dia berdiri, karena sedari tadi malena sibuk dengan orang yang menelfonnya sejak  lima belas menit yang lalu. Ingin rasanya marcell pergi dari lapangan utama ini menuju ke kantin, tapi apa daya jika ia berfikir bertindak seperti itu yang ada malena makin marah kepada dirinya.

Malena menghembuskan napas berat, dia memijat kepalanya karena tidak habis pikir dengan kelakuan kakaknya itu. Dia sedari tadi mencoba memutuskan panggilan dari kakaknya tetapi kakaknya tetap tidak mau mengakhiri panggilan tersebut. Saat ini malena benar benar pusing sendiri dengan kelakuan kakaknya itu.

"Gue bilang hormat" ucap malena memerintah marcell.

Marcell dengan berat hati mengikuti perintah dari sahabatnya ini. "Len.. gue ntar sore latihan basket gimana dong?" Ujarnya, membuat malena memasang raut kecewa.

Marcell baru sadar kalau dirinya nanti sore harus latihan basket. Tetapi dia sedikit tidak enak kepada malena karena tidak bisa mengantar malena ke makam.

"Siapa aja emang yang latihan cell?" Tanya malena kepada marcell sambil mengotak atik handphone yang berada di tangannya itu.

"Gue, pian, maxim, calvin, arsha, rayhan, alex, masih banyak lagi len, terus kapan nih hukuman kelar?" ujar marcell kepada malena.

Malena melengkungkan garis yang berada di bibirnya sangat tipis bahkan orang lain yang melihat tidak tahu bahwa malena sedang tersenyum saat ini ketika melihat wajah tampan marcell yang sedang berada di bawah paparan sinar matahari. Kedua matanya terus saja memperhatikan marcell dari ujung rambut hingga kaki terus menerus membuat marcell yang diperhatikan seperti itu merasa aneh.

"Len jangan liatin gue segitunya napa ntar anak orang baper lu mau tanggung jawab kagak?!" Ucap marcell kesal karena risih ditatap oleh malena seperti itu.

Bel istirahat berdendang, menyeruakan bunyinya ke seluruh penjuru sekolah, marcell melepaskan dua kancing teratas yang berada di seragamnya itu, dia merenggangkan tangan karena merasa capek.

"Lu dah boleh istirahat" ucap malena kepada marcell lalu melangkahkan kaki meninggalkan lapangan utama tersebut namun marcell menghadang jalan malena alisnya malena  terangkat satu seolah memberi isarat kenapa ngehadang gue.

"Anterin latihan basket" ucap marcell berharap supaya malena mau ikut bersama dirinya.

"Katanya ntar sore?" Ucap malena kepada marcell.

"Gue udah ngajakin dia orang lagian kitakan sekarang lagi classmeeting  jadi mereka pasti pada mau jadi nanti sore enggak usah latihan" ucap marcell yang di balas dengan anggukan oleh malena.

Marcell dan malena berjalan menuju kantin untuk membeli snack dan susu langganan mereka, setiap langkah kaki mereka selalu diiringi dengan candaan bahkan tawa mereka berdua menjadi pusat perhatian para murid sma Nusa Bangsa tersebut.

Setiap mereka berjalan di sepanjang koridor banyak murid yang berbisik bisik tentang mereka berdua.

"Ihh.. kak marcell kok mau sih sama kak malena yang kek tembok itu?"

"Badboy and goodgirl"

"Enggak cocok ihh"

"Apa banget si kak malena itu cuma menang galak untung cantik"

"Sumpah lena cantik banget kalo lagi ketawa kek gitu"

"Mereka pacaran ya"

Kira kira seperti itu lah bisikan bisikan yang masuk ke kuping mereka berdua yang sama sekali tidak dipedulikan oleh mereka berdua.

"Hahahahahahaa..." tawa mereka berdua menghiasi sepanjang koridor ini.

"Marcell beratt ihh.." dumel malena kesal karena marcell berada dibelakang punggung malena tangan marcell bergelayutan di leher malena meminta supaya malena menggendongnya.

"Mangkanya ayok maen pok pok endong len" ucap marcell kepada malena yang masih berusaha melepaskan tangan marcell yang berada di lehernya itu.

"Marcell gue bisa mati! Lepasin dulu berat!" Ucap malena sambil menaikan beberapa oktaf suara agar marcell mendengarkannya.

"Yaudah sini lu yang gue gendong" ucap marcell melepaskan gelayutan di leher malena sambil berjongkok supaya malena bisa naik di punggungnya tersebut.

"Marcell males ah! Marcell mau permen karetnya" ucap malena kepada marcell yang malah mencubit pipi malena, kejar kejaran antara merekapun tidak dapat terhindarkan hingga mereka berada dipintu kantin yang membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Meja meja dan kursi disana sudah sangat penuh saat mereka berdua memasuki kantin gomes tersebut, marcell menyuruh malena menunggu disini dan dia langsung menuju kios jajanan untuk mengantri.

"Kak marcell!"

"Ganteng bet sumpah"

"Kembaran nichol ini mah"

"Kembaran manu rios kali ya"

"Mulus bener"

"Gak kuat hayati bang"

"Ya allah badan marcell udah enggak suci lagi ya allah, marcell udah digrepe grepe sama anak ini ya allah, kalo marcell hamil lo mau tanggung jawab apa" ucap marcell kepada adik kelas dihadapannya itu dengan melenceng membuat orang yang mendengar jadi tertawa.

Marcell meninggalkan kios tersebut lalu melangkahkan kaki menuju tempat dimana malena sedang menunggunya kemudian mereka berdua pergi meninggalkan kantin tersebut.

"Kok lama? Mana jajanannya?" Tanya malena kepada marcell yang sedang berjalan di koridor dekat aula sekolah.

"Tadi aku digerpe gerpe sama adek kelas kalo aku hamil kek mana, kita hari ini puasa dulu ya soalnya marcell harus mandi junub dulu biar marcell suci lagi" ucap marcell dengan nada jengkel seperti sedang mengadu ke ibunya yang membuat malena geleng geleng kepala karena tingkahnya.

sesampainya mereka di lapangan basket indoor, marcell langsung berlari menuju lapangan indoor tersebut dan menyuruh malena untuk duduk di pinggirnya.

"Lo ngapain disini?" Tanya arsha datar kepada malena yang tidak direspon sama sekali oleh malena.

"Gue bilang lo ngapain di sini, S A M P A H!" ucap arsha penuh penekanan di kata sampah.

"Bukan urusan lo!" Ucap malena sangat datar membuat arsha terpancing.

"S a m p a h   k a y a    l o   i t u   e n g g a k    k e p a k e" ucap arsha penuh penekanan di setiap kata dan kalimat.

"Apa bedanya sama lo?" Ucap malena singkat yang sudah membuat arsha ingin meluapkan amarah nya.

"M e n d i n g    l o   p e r g i    s e k a r a n g!" Ucap arsha memperingati malena.

"P e m b u n u h" bisik arsha kepada malena membuat dada malena sesak.

Ketika arsha ingin bersuara lagi, malena justru menampar dan berlari meninggalkan lapangan tersebut dengan dada yang amat sangat sesak. Harusnya arsha mengejar malena namun dia hanya memberi senyum kepuasan lalu masuk kembali ke lapangan tersebut.

"Lo ngomong apa ke malena?!" Amuk marcell kepada arsha.

"Bukan urusan lo!" Ucap arsha membentak.

"Gak tau diri ya lo! Mati aja sana lo!" Ucap marcell kepada arsha kemudian memukul wajah tampan arsha yang membuat hidung arsha mengeluarkan darah segar, anak basket lainnya tak dapat memisahkan mereka berdua jika sudah adu tonjos seperti ini dan mereka hanya bisa menyaksikan perkelahian tersebut berharap agar ada yang mengalah diantara mereka berdua ini.

______________________________________
Holla💋
Jangan lupa vote and coment gaes😍👇

MalenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang