4.

25 7 4
                                    

"Len! Lena marcell berantem! Sama arsha!" Ucap alicia salah satu sahabat malena sambil menyentuh bahu malena.

Alicia tahu kalau sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan malena tetapi jika tidak seperti ini maka malena harus siap kehilangan arsha ataupun marcell.

Mendengar ucapan dari alicia malena pun langsung bangkit lalu melangkahkan kaki ke tempat kejadian perkara tersebut.

"Cell udah cell anak orang itu!" Teriak dika sohibnya marcell.

"sha udah napa sha muka lo udah ancur itu!" Teriak pian sohib arsha.

"B E R H E N T I" teriak malena membuat suasana jadi sunyi, malena melirik arsha kemudian melirik marcell.

"Mau jadi pereman?!" Ucap malena kepada mereka berdua membuat suasana makin mencekam, kejadian di lapangan ini sudah tersebar luas hingga ke telingga guru fiona yakni guru bp disekolah kejadian ini ditangani oleh pihak sekolah.

Malena membopong marcell menuju rumah marcell, mereka tiba dirumah marcell tepat pada saat pukul dua belas siang. Tubuh marcell terasa remuk, dia sangat beruntung memiliki malena di sisinya. Pikirannya pun masih saja dipenuhi dengan kejadian hari ini.

"Ya allah! Kamu kenapa cell!" Teriak ariyanti fonsi, mamah marcell yang terlihat dari raut wajahnya bahwa dirinya sangat mencemaskan putra semata wayangnya itu langsung lari menuju kearah malena dan marcell.

"Aduh! Mamah! Kaki marcell keinjek!" Teriak marcell sangat keras kemudian dia ingin beranjak meninggalkan ruang tamu menuju ke kamarnya.

"Sayang! Kamu kok jarang maen ke sini sih!" Ucap ariyanti sambil mengelus kepala malena, hal ini membuat malena merasa hangat, terlindungi, dan aman.

"Malena tempat kak arsen sambil ngebantuin kak arsen di café tan" ucap malena, ariyanti memeluk malena berharap akan memberikan semangat kepada malena untuk tegar menjalani hidup ini.

Marcell berjalan menuruni anak tangga dengan semangat sambil merapihkan rambutnya menggunakan tangannya.

"Ayo! Mah aku sama lena keluar ya" ucap marcell menyambar pipi ariyanti lalu menarik malena keluar rumah, malena melambaikan tangannya ke arah ariyanti.

Marcell langsung menghidupkan motornya untuk keluar dari gerbang rumahnya.

Marcell menyusuri jalanan dengan lihai bersama malena, hingga mereka berhenti di Tempat Pemakaman Umum lalu memarkirkan motornya di tempat tidak jauh dari TPU tersebut.

"Len mau sampe kapan?" Tanya marcell sedih melihat malena seperti ini, malena melangkahkan kakinya ke arah batu nisan yang sudah ada sejak lima tahun yang lalu.

"Gue salah apa sih sama lo?" Tanya malena kepada batu nisan dihadapannya, pertanyaan yang selalu ia tanyakan selama lima tahun ini.

"Kenapa harus gue, apa sih kesalahan gue sampe lo kek giniin gue!" Ucap malena yang membuat marcell menatap malena dengan tatapan iba.

"Gue gak sekuat yang lo bayangin, sampe kapan gue harus kek gini, sampe kapan lo sembunyi, gue tau lo masih idup! Sampe kapan gue dikucilin kek gini, sampe kapan lo mau nyiksa gue manda!" Teriak malena frustasi, marcell pun langsung menarik malena untuk datang kepelukannya. Dia tidak kuat melihat sisi kelemahan dia takut malena akan bertindak bodoh karna menyalahkan dirinya sendiri seperti sekarang ini.

"Len udah yok, kita pulang ya!" Ucap marcell kepada malena.

Marcell mengajak malena untuk berjalan jalan di taman yang jaraknya tidak jauh dari TPU tersebut. Marcell menarik malena menuju kursi taman. Melirik malena yang masih berfikiran kosong membuat rasa sakit tersendiri di hati marcell, seharusnya ia tidak mengikuti malena untuk pergi ketempat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MalenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang