Chapter 2 Markesot Terperangah

10 0 0
                                    


Chapter 2

Markesot Terperangah

Suatu sore, seorang bapak tua berprofesi tukang Pos meuju rumah Markesot. Panjul seorang tukang ojek online dan Tepos, Ketua RT sedang duduk sambil chat WA di gardu pos dekat pohon bambu. Mereka heran di zaman now masih ada tukang pos membawa surat bersepeda persis seperti di film jaman old .

"Wah hari gini masih ada tukang pos bawa sepeda, gak salah lihat apa? " ujar Tepos.

"Kita selfie yuk pak RT, langka ini, buat update status" ajak Panjul sambil memanggil tukang pos.

Pak RT mengangguk, mereka lalu menghentikan pak pos dan mengajak selfie.

"Pak kenapa sih masih naik sepeda, kayak tukang pos jaman old," tanya Pak RT

"Saya orangnya gak bisa move on, sebenarnya ada motor di kantor" jawab tukang Pos.

"Oh bapak berarti anti mainstream, tidak disruption" tanya Panjul.

"Ah mbuh...ngomong yang gampang saja. Saya mau ngantar ini ke Markesot, "

"Wesel pos...?" Tepos kaget melihat pak Pos membawa wesel.

"Apa itu pak?" tanya Panjul.

"Buat ngambil uang jaman dulu" tegas pak Pos.

Pak pos kembali menggenjot sepedanya, Panjul dan pak RT masih berdiri di tempat, heran.

"Cocok...Markesot memang orang jaman dulu...." ujar Panjul meledhek.

Tepos tersenyum.

****

Sarinem, perempuan gemuk itu menjaga warung di teras rumahnya, ia membuka toko kelontong menjual kebutuhan sehari-hari termasuk pulsa listrik dan voucher isi ulang.

"Assalamualaikum, assalamualaikum..." teriak tukang Pos rajin sekali.

"Walaikumsalam..eh pak Pos " Sarinem sumringah keluar rumah. Sepertinya ia sudah hafal dengan kedatangan pak Pos.

"Ini Bu biasa, nganter honor tulisan bapak...?" pak Pos menyerahkan wesel.

Sarinem melihat angkanya, wajahnya langsung berubah.

"Kecil amat pak, kalau segini saya nggak bisa buatin kopi" jawab istrinya.

"Walah kok kopinya menyesuaikan honor sih bu? " pak Pos protes.

"Maaf Pak lagi resesi, krisis ekonomi. "

"Kayaknya yang lain nggak krisis, situ kali," ledhek pak Pos.

Sarinem menatap muka pak Pos dengan senep lalu tanda tangan.

"Kalau mau gedhe , jadi pengusaha jangan jadi penulis bu," ujar Pak Pos pun pergi.

"Manuver Markesot"Where stories live. Discover now