"Sunbae. Kita akan kemana?" kembali gadis itu bertanya. Namun Jungkook tak membalasnya. Ia pokus menyetir.
Mobil semakin cepat, punggung gadis itu menjadi semakin erat dengan jok mobil.
"Sunbae, sunbae! Hati-hati, banyak mobil. Nanti kecelakaan, siapa yang akan tanggung jawab? Aku tidak mau mati, kau juga pasti tidak mau jadi kita harus-"
"Bisa kau tutup mulutmu? Suaramu sangat mengganggu!" sela Jungkook.
Lucy memandang Jungkook tidak percaya, apa baru saja pria itu menghina suara indahnya? Tch, ingin sekali Lucy mencari mic dan bernyanyi sekarang juga.
Aish, Lucy menjadi geram tanpa takut.
Mobil berhenti di sebuah parkiran gedung apartemen yang sangat luas. Saat akan keluar, Jungkook seperti melihat sesuatu di balik kaca mobilnya.
Seorang pria berjas, layaknya penampilan seorang ceo baru saja memasuki area apartemen itu.
"Apa dia gila? Dari mana dia tahu aku akan ke sini? Aish, menyebalkan!" Batin Jungkook.
Jungkook harus menjeda waktunya untuk menemui Jimin karena pria barusan. Kalau tidak, bisa-bisa dia melihat Jungkook dan menyeretnya pulang ke rumah.
Pria tadi sebenarnya adalah kakaknya, Seokjin. Kakak kandung yang pintar, cerdas dan segalanya. Beda dengan Jungkook yang selalu nekat dan menjadi berandalan.
Sudah 3 hari Jungkook meninggalkan rumah karena alasan mencari pacarnya yang hilang. Padahal dia tidak mau serumah dengan ayah yang selalu mengatur hidupnya.
Jungkook ingin bebas, tidak ada yang boleh mengatur jalan hidupnya. Apalagi mendengar dia akan dijodohkan dengan putri teman bisnis ayahnya, membuat Jungkook lebih tertarik untuk kabur.
"Sunbae, ada masalah?" tanya Lucy. Gadis itu memperhatikan raut wajah Jungkook yang seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu.
Jungkook menoleh, tangannya langsung menelusup ke bawah bokong Lucy, membuat gadis itu memekik dan menampar tangan Jungkook.
"Apa yang kau lakukan mesum? Kenapa meraba-raba bokongku? Sunbae, jangan lakukan, kalau kau menyentuhku lagi, aku akan berteriak," ucapnya cepat.
"Meraba apanya? Singkirkan pantatmu, kau menduduki korekku."
Lucy lega mendengar ucapan Jungkook. Ternyata dia bukan ingin mesum, batinnya.
"Oh, pantas saja dari tadi mengganjal. Sebentar, aku amblikan." Lucy mengambil korek yang ia duduki.
"Ini,"
"Bisakah nada suaramu tidak terdengar seperti senang berbicara denganku?"
"Tidak bisa." Lucy menggelengkan kepalanya. "Kau tidak bisa memaksaku mengubah nada bicaraku yang sudah seperti ini." Ucapnya.
Jungkook tidak memperdulikan ucapan Lucy dan terus mematik rokok yang sudah siap di tangannya entah sejak kapan.
"Kenapa kau suka sekali merokok?" tanya Lucy.
Pria itu memilih pura-pura tuli dari pada menjawab pertanyaan kurang penting itu. Ia menyender, menghisap rokoknya kuat-kuat.
"Apa kau juga membawa rokok saat sekolah?"
"Pasti iya." Lucy menjawab pertanyaannya sendiri.
Sementara Jungkook dalam mode tuli. Gadis itu tak henti-hentinya bertanya ini itu, bahkan menyuruh Jungkook berhenti merokok untuk kesehatannya.
Lama-lama pertahanan Jungkook pecah. Kesal dengan suara dari mulut kecil itu.
Jungkook membuka kaca mobil dan melemparkan rokok dari tangannya dengan cepat. Selanjutnya mulut Lucy menjadi incaran bekapan tangan Jungkook.