8. Terjebak

697 189 85
                                    

Pagi yang gerimis ini, Fafa sudah memborong sepuluh buah gorengan diwarung Neng Wida. Devan, teman seperjuangannya pun tak kalah berlomba untuk menghabiskan dagangan Neng Wida. Sambil mengangkat kakinya keatas kursi kayu panjang, Fafa menyeruput sedikit demi sedikit kopi panas yang sudah menjadi dingin karena terlalu lama didiamkan.

"Buset 15 tangkai cabe, lo udah makan berapa gorengan," mata Fafa mendelik, menghitung sampah tangkai cabe yang berserakan dimeja warung Neng Wida.

"Lima gorengan, satu gorengan tiga tangkai cabe," jawab Devan memamerkan kunyahan cabainya.

Fafa menelan air liurnya setelah mendengar pengakuan dari mulut Devan. Mantra apa saja yang bocah itu punya, sehingga semua hal yang sulit dilakaukan bisa ia lakukan dengan mudah. Fafa mengerti, jika Devan bukanlah anak biasa-biasa saja, melainkan sangat luar biasa.

Bagaimana bisa, Devan yang mendapatkan julukan cassanova terganteng di keluarganya bisa memberikan rumus jitu yang sudah turun temurun hanya untuk dirinya. Dan anehnya lagi, rumus itu benar-benar keajaiban, Fafa sudah membuktikannya mulai dari no satu hingga terakhir no enam. Semuanya benar tepat sasaran, rumus itu seperti sudah didoakan supaya berhasil seperti tujuannya.

Namun Fafa masih belum puas dengan rumus jitu nomer dua, 'cari tahu kesukaannya' menurutnya nomer dua adalah kegagalan dan dirinya harus berkonsultasi kembali kepada pawangnya.

"Van, seminggu lagi Rahel ulang tahun. Menurut lo kado apa yang mungkin disukai Rahel,"

Ting... tung...
Saatnya jam pertama dimulai

Bel tanda masuk terdengar jelas di seluruh sudut ruangan, menjadi pemotong pembicaraan antara mereka berdua.

Dengan cepat, seluruh murid bergegas meninggalkan kantin, tanpa memilih pesanan yang belum tersedia ataupun belum habis. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi Fafa dan Devan, mereka yang merasa sesepuh kelas di sekolah ini masih melakukan aktivitas sarapan paginya.

"Gini ya Fa, sepengetahuan gue cewek itu doyan sama yang manis-manis dan wangi-wangi. Jadi-,"

"Gue hadiahin diri gue gitu? Gue kan udah sesuai dengan daftar yang barusan lo bilang, manis dan wangi. Lihatin nih wajah gue, manis kan? Seragam gue nih, udah wangi kan?" Fafa memposekan wajahnya sok imut, dirinya memotong pembicaraan Devan.

"Kotok, bukan itu maksud gue. Yang manis-manis itu yang bisa dimakan, seperti cokelat. Dan yang wangi-wangi itu yang bisa awet dan tahan lama sampai kebawa mimpi, seperti parfum atau sebuket bunga,"

"Yang manis-manis cokelat, harga minimal cokelat batangan bermerk 20.000. yang wangi-wangi parfum atau sebuket bunga, harga minimalnya bisa 50.000 tuh. Jika 20.000 ditambahkan dengan 50.000 total seluruhnya adalah 70.000. Anjir 70.000 cuman bisa dibelikan dua buah doing, di belikan bakso udah muat satu keluarga bonus uang kembaliannya juga," keluh Fafa pada Devan.

"Ya itu sih terserah elo, kan yang mau PDKT elo bukan gue,"

"Nggak ada yang lebih murah dan praktis apa? Kasih saran lain dong?"

"Beliin aja double tape, yang murah dapat banyak," Devan berdiri dari kursi kayu panjang, diambilnya satu lembar uang sepuluh ribu dan lima ribu yang telah disiapkan oleh Fafa. Diberikannya uang itu pada Neng Wida.

"Double tape? Emang cewek doyan?"

"Udah ayo masuk kelas, perut gue dah wareg,"

💕💕💕

Unsur-unsur kimia terpampang jelas di layar LCD, bersamaan dengan model-model atom yang tak kalah membingungkan nya . Fafa menguapkan mulutnya lebar, otaknya sudah tak kuat lagi untuk berpikir. Matanya yang sipit, tak henti-hentinya melirik jam yang diam mematung tertempel di dinding.

Ketua Kelas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang