20. Kenangan Lama

333 30 0
                                    

Untuk kedua kalinya, Rahel memasuki ruang BK. Jika sebelumnya, Rahel harus memasuki ruang ini karena ulah Fafa. Tidak dengan sekarang, sekarang dirinya berada diruang ini bersama dengan Rehan, karena ulah dirinya sendiri.

Karena kecelakaan tak sengaja yang menimpa Rehan, membuat Rahel terpaksa menemui ruang BK untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Rahel menundukkan kepalanya, mendengar ceramah panjang lebar yang diberikan Bu Dinar dalam dengan amukannya.

Bu Dinar, terus berjalan memutar dengan memainkan senter lasernya. Kakinya ia hentakan keras hingga mengeluarkan bunyi yang membuat seisi ruangan bergetar.

"Rahel kamu itu sudah kelas XII, tolong jangan sering melanggar peraturan. Kamu itu anak yang cerdas. Tetapi karena kelakuan kamu yang sering melanggar peraturan, dimata guru kamu itu sama seperti murid lainnya, bandel," jelas Bu Dinar dengan suara tegasnya.

"Iya Bu, saya minta maaf," Rahel tertunduk tak berani menatap wajah guru killer. Rahel sadar nika dirinya bersalah, jadi dirinya pantas untuk menerima semua akibatnya.

"Mulai besok kalau kamu berangkat terlambat lagi, maka ibu tidak segan-segan untuk menyuruh mu pulang dan meliburkan kamu selama tiga hari kedepan. Ingat, kamu sudah kelas XII!"

Rahel memberanikan matanya menatap Bu Dinar, tatapan matanya seperti memberontak. Mulutnya sudah menganga.

"Tapi Bu, rumah saya kan jauh, saya nggak bisa janji."

"Rahel, sejauh-jauhnya rumah kamu juga masih jauh rumah Ibu. Kamu tahu nggak perjalanan dari rumah Ibu ke sebuah itu satu jam, belum ditambah macet. Tetapi ibu bisa melakukannya tanpa ada kata terlambat."

"Benar Bu. Karena kata terlarang hanya untuk orang-orang lemah," celutuk Rehan tanpa dosa.

Wajah Bu Dinar beralih menatap Rehan, tatapannya berhenti pada rambut basah Rehan yang basah karena semburan air dari Rahel.

"Dan kamu Rehan, kamu itu murid baru. Belum ada satu semester kamu ada disekolah ini. Tetapi daftar ketidakhadiran kamu di guru mapel sudah tak terhitung lagi. Ngapain juga kamu keluar kelas waktu jam pelajaran hah? Ke kantin?"

Rehan tertunduk sebentar, lalu kembali mendongak menatap wajah gurunya. Sambil memaju-mundurkan badannya di kursi, Rehan tersenyum manis kepada Bu Dinar.

"Itu... itu tadi saya izin ke kamar mandi."

"Apa? Kamar mandi? Rehan di dekat kelas kamu itu ada banyak kamar mandi. Kenapa kamu bisa sampai gerbang samping untuk mencari kamar mandi?"

"Iya kamar mandi dekat kelas sudah penuh," dustanya sekali lagi.

"Cukup Rehan! Ibu tidak mau mendengar alasan-alasan kamu lagi," Bu Dinar menghirup udara ruangan ini, kepalanya sudah sangat pusing untuk mengatur dua anak dihadapannya itu, "Okay. Hari ini kesal kalian ibu maafkan. Tetapi jika lain kali ibu mendengar kesalahan tentang kalian, ibu tidak segan-segan untuk memberi hari libur kepada kalian."

Bu Dinar menyuruh mereka berdua keluar dari ruangannya. Tak lupa ia memberikan selembar kertas kepada Rehan, sebagai bukti bahwa dirinya diperbolehkan memasuki jam pelajaran dengan pakaian yang digunakannya sekarang.

"Rahel Gue minta maaf, gara-gara gue lo masuk ruang santet itu," ujar Rehan di perjalannya menuju koridor-koridor ruang sekolah.

"Nggak apa-apa. Seharusnya gue yang minta maaf sama lo, karena gue baju lo basah kuyup dan harus masuk ke ruang BK juga."

"Itu sih nggak masalah. Di sekolah gue yang dulu, gue sering bolak-balik masuk ruang santet gitu. Lumayan buat ngadem, daripada di kelas panas," terang Rehan dengan bangganya.

Ketua Kelas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang