Ludost

7.8K 608 29
                                    

Blenda keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya dan bathrobe yang membungkus tubuhnya.

Mengusak rambutnya sembari berjalan ke arah lemari besar di depan ranjang.

Ingin mengambil pakaian yang akan ia kenakan sebelum suara berat Achilles menginterupsi.

"Seperti biasa, harum seperti madu, sangat menenangkan, "

Spontan Blenda membalikkan tubuhnya, menatap Achilles terkejut lalu merubahnya menjadi raut datar.

"Master disini? " itu pertanyaan konyol dan sungguh Blenda menyesalinya.

Achilles tersenyum tipis, menepuk sebelah tempatnya duduk di ranjang Blenda. Memberi isyarat agar Blenda segera mendudukkan dirinya disana.

Jika boleh memilih dan Blenda diperbolehkan untuk kabur, maka Blenda akan memilih itu. Namun sayangnya, tatapan tajam Achilles kembali membuat Blenda tak bisa menolak perintah masternya.

Dengan perlahan melangkahkan kakinya, Blenda mendudukkan diri tepat di sebelah Achilles.

"Ah, apa aku pernah mengatakan jika aku sungguh menyukai bau tubuhmu? " Achilles mengulurkan tangannya, merapikan helaian rambut basah Blenda yang tak tertutupi handuk.

Merapatkan duduknya, Achilles merengkuh pinggang Blenda.

Menariknya hingga Blenda memunggungi sang master, punggungnya menabrak dada bidang Achilles.

Master yang arogan kini meraih handuk yang terletak apik di kepala Blenda, mengusaknya lembut. Membantu Blenda mengeringkan rambutnya.

"Hmm.. Sudah kukatakan segera keringkan rambutmu jika basah, kau ingin sakit? "

Ahh.. Sial, ada apa dengan masternya yang berujar lembut dan penuh perhatian seperti ini.

Blenda bahkan hanya menggelengkan kepalanya pelan untuk menjawab.

"Rambutmu beraroma vanilla, tubuhmu beraroma madu. Astaga.. seharusnya aku tidak suka dengan wangi yang terlalu menyengat ini. Tapi jika itu kau, aku merasa tenang, "

Achilles mengucapkan kalimat panjang itu sambil menciumi bahu Blenda dari luar bathrobe.

"Kenapa master jadi banyak bicara? " katakan jika Blenda itu kurang ajar atau mungkin terlalu berani untuk mengatakan hal yang mungkin saja akan membuatnya terluka.

Apa dia lupa jika Achilles bisa saja menyakitinya?

Kegiatan Achilles menciumi bahu Blenda terhenti, tak lama. Setelahnya Achilles menempatkan dagunya disana.

Menatap Blenda dalam posisi ini cukup menarik baginya. Achilles tersenyum kecil sebelum menarik dagu Blenda untuk menghadapnya.

"Kau sebentar lagi berulang tahun, kau lupa? " mendekatkan wajahnya, Achilles mengecup singkat hidung Blenda.

Sungguh, rasanya Blenda ingin mencakar wajah masternya. Karena demi apapun dia harus mempertahankan seluruh rasa bencinya pada lelaki di hadapannya ini.

Blenda masih terdiam, rasanya sungguh tak adil. Dia masihlah berusia labil dan menginginkan masa remajanya seperti temannya yang lain. Tapi apa yang ia rasakan, ia terkekang.

"Aku akan memberikan pilihan hadiah untukmu, kau mau? " Achilles menawarkan dengan senyumnya. Dia bahkan tak bereaksi karena keterdiaman Blenda yang biasanya akan membuatnya murka.

Si mungil mengerjapkan mata lucu, ini pertama kalinya Achilles menawarinya hadiah. Dan sungguh, Blenda sangat senang.

"Hadiah? " Blenda mengatakannya dengan sedikit binar riang di matanya.

My BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang