awal dari kebohongan

28 2 1
                                    

"Ivan harus tau ini"

Ucap Rena sambil berjalan menuju kantin sambil menenteng tas Kevin. Sedangkan Kevin hanya pasrah karena sudah ketahuan dan mengikuti Rena dengan langkah pelan.

------------------------------------

Di kantin

Rena menatap satu per satu meja yang ada dikantin, dari ujung kanan sampai ujung kiri dia tidak melihat Ivan, tapi ada Oji di bangku paling belakang. Rena segera menghampiri Oji dan bertanya.

"Ivan mana Ji"

"Di kelas Ren"

"Kok tumben?"

"Iya soalnya dia dibawain bekal sama mamanya, sayang kalo nggak dimakan. Oiya Ren, lo mau cabut? Ini kan masih istirahat pertama"

"Enggak lah emang gua pernah bolos apa, ini gua mau nunjukin sesuatu ke Ivan"

"Apaan?"

"Rahasia, Kalo mau tau buruan ikut gua nyamperin Ivan"

"Oke tunggu tunggu"

Kemudian mereka bergegas menuju kelas XII MIPA 1 , kelasnya Ivan dan Oji.

Sampai di pintu kelas, Rena langsung masuk,dan ada Ivan sedang memakan bekalnya perlahan. Sebenarnya dia malas tapi dari pada di buang nanti mubadzir akhirnya dia makan. Tanpa basa basi Rena langsung duduk dan mulai membuka suara.

"Lo harus tau ini Van"

"Apaan? Lo mau ngasih tau ke orang kalo Ivan si ketua osis bawa bekal ke sekolah?"

"nggak gitu, ini masalah Kevin"

"Anak itu lagi, biarin aja lah Ren nggak usah dibahas. Nggak penting juga ngurusin tukang onar yang keras kepala kayak dia" ucap Ivan dah sambil melahap makanannya.

"Tapi ini" ucap Rena sambil membuka tas Kevin yang berisi 2 bungkus rokok dan satu vape.

Ivan melihat isi tas itu sekilas dan kembali memakan bekalnya tanpa berkata apapun.

"Kok cuma diliat doang, lo gimana sih Van" ucap Rena.

"Trus gua harus gimana?"

"Ya ditindak lanjuti lah. Ini kan udah melanggar peraturan sekolah"

"Kenapa lapor ke gua, langsung aja ke guru BK kalo mau ditindak lanjuti. Gua mau ke toilet" ucap Ivan seraya menutup tempat bekalnya dan berjalan menuju toilet.

Dengan rasa sedikit kesal Rena keluar kelas menuju kantin dan masih membawa tas Kevin.

----------------------------------

Di kantin

Rena melihat ada Kevin dan Oji sedang makan di kantin duduk bersebelahan kemudian Rena mendekat dan duduk di hadapan mereka.

"Nih tas lo" ucap Rena sambil memberikan tas Kevin.

"Lo nggak jadi laporin gua Ren?" Tanya Kevin.

"Enggak"

"Kenapa? tadi lo kayaknya semangat banget mau laporan gua ke Ivan"

"Ivannya lempeng"

"Lempeng gimana maksudnya?"

"Not responding"

"Yashh syukurlah gua nggak jadi dihukum "

"Lo kok enteng banget bawa rokok ke sekolah tanpa takut sedikitpun, emang orang tua lo nggak marah?"

"Enggak" jawab kevin singkat.

"Kok bisa ?" Tanya Rena heran.

"Orang tua gua udah tenang di surga"

"Maksud lo?" Tanya Rena lagi.

"Orang tua gua udah meninggal sejak gua lahir"

"Trus lo tinggal sama siapa dong?"

"Sama kakak gua"

"Berdua doang?"

"Iya lah, kakak gua multitalent. Kadang bisa baik kayak emak2 kadang galak kayak bapak2. Tapi sejak gua masuk SMA, dia jadi orang sibuk dan jarang di rumah, ya gua nggak terlalu terpantau"

"Trus yang ngurusin lo dari bayi sampe segede gini siapa?"

"Nenek gua"

"Nggak tinggal bareng sama lo?"

"Dulu bareng, waktu itu kakak gua umur 22 lulus S1 di UI dan dia nerusin bisnis kakek gua. Setelah beberapa bulan dia bisa beli rumah dan sampe sekarang masih gua tempatin. Kita nggak betah lama lama satu rumah sama nenek, cerewet banget orangnya bikin pusing"

"Ooohh gitu. Sorry ya gua nggak tau"

"Sorry buat apa ? Nggak tau tentang apa?"

"Sorry udah jahat sama lo, gua nggak tau kalo lo broken home"

"Hmmm gua bisa maafin lo tapi ada syaratnya"

"Apaan?"

"Lo harus lanjutin ngajarin gua jadi anak yang baik sampai gua bener bener jadi anak yang baik . Gua cuma punya kakak Ren dan dia udah berusaha keras banting tulang buat biaya hidup kita berdua . Gua nggak mau bikin dia kecewa untuk yang kesekian kalinya"

"Iya gua bakal bantuin, tenang aja"
"Bagi minum dong ji. aus gua"
Sambung Rena.

"Beli sendiri lah"

"Ji?"

"Apa Ren?"

"Bagi dikit kek "

"Yaudah tapi sedotannya dibalik yah"

"Sekalian gua balik otak lo juga nggak nih?"

"Yeu, Gubluk sia!"

Sepakat Tanpa Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang