BAB 1

58 7 0
                                    

Sangat sulit sekali jika sedang merantau demi mencapai cita - cita. Ada kalanya, kita mengorbankan banyak hal demi mencapai hal itu, tapi jangan langsung menyerah, siapa tau pengorbanan itu terbayar dengan hal yang lebih berharga.

Begitu pula dengan Jenanda Putri Pramata, seorang gadis yang berasal dari daerah Jakarta, rela menetapkan dirinya jauh dari rumah orang tua, hanya untuk mewujudkan cita - citanya. Jeje dari awal sekolah putih abu - abu memang telah menetapkan hatinya untuk melanjutkan di daerah Bandung. 

Bukan berarti Universitas yang ada di Jakarta, tidak sebagus di Bandung. 

Bandung atau yang dikenal dengan sebutan Kota Parisnya Indonesia, menawarkan berbagai macam hal yang menarik sehingga Jeje sangat jatuh cinta dengan kota tersebut. Keadaanya yang sejuk dan dingin, yang jelas - jelas berbeda sekali dengan kota asalnya. Kemudian, di Bandung terdapat banyak bangunan - bangunan tua bersejarah, yang sampai sekarang masih dipelihara dan juga dilestarikan.

Selain itu, Jeje juga mempunyai alasan pribadi mengapa ia lebih memilih Bandung daripada Jakarta yang merupakan Ibukota dari negara yang ditinggalnya.

Di Bandung sendiri, Jeje lebih memilih menyewa sebuah apartment daripada harus tinggal dengan saudara dari pihak Papanya. Dia sendiri memilih tempat tinggal yang tidak jauh dari kampus, katanya dia tidak begitu suka membiarkan matahari membakari kulitnya ketika dia sedang terjebak macet.

Apartment Jeje bisa dibilang Apartment yang mewah. Dengan fasilitasi yang lengkap, lingkungan yang bersih, dan tempatnya yang strategis. Bahkan teman - teman Jeje sangat suka menghabiskan waktu mereka disana hingga pagi menjelang. Apalagi karena adanya wi-fi.



Berbeda dengan Jeje, seorang wanita asal Jakarta, Oci sendiri memang asli Bandung. Orang tuanya lebih suka jika anak perempuan satu - satunya tinggal dirumah. Hanya saya wanita itu tidak mengenal kata menyerah, karna itu dia  terus memohon kepada sang ibu agar membiarkannya ngekos didekat kampus. Daripada harus tinggal dirumah orang tua yang pastinya akan membuat ia bertemu dengan kemacetan tanpa henti.

Dengan berat hati mereka mengiyakan permintaanya. Lagi pula dibenak mereka berdua, Ochi terbilang anak yang penurut dan juga jarang meminta.

Tapi dengan syarat. Ochi harus selalu menelphone kedua orang tuanya, memberitahukan apa saja yang iya lakukan. Dan juga harus pulang kerumah setiap minggu.

Entah Papanya kurang teliti atau apa, tapi kos yang dicarikan oleh Papanya mempunyai peraturan yang  cukup bebas, sehingga lawan jenis boleh masuk kekamar. Tapi tidak dengan menginap .

Kecuali secara sembunyi - sembunyi pasti boleh.


Dan yang terakhir, Sherly si wanita bar - bar. Nah, dia ini juga berasal dari Bandung. Rumahnya sedikit jauh dari kampus, tetapi tidak sejauh rumah Ochi, dan karena dia anak satu - satunya, sehingga membuat kedua orang tua Sher bisa dibilang overprotectiv.

Karna itu Sher wajib tinggal dirumah orang tuanya. Dan tentunya dilarang pulang diatas jam 12.

Sifat dia memang jauh berbeda dengan sifat wanita pada umumnya. Selalu berbicara sesukanya, menyampaikan isi hatinya walaupun menyakiti orang lain, tertawa layaknya wanita tak berpendidikan dengan mulut yang terbuka lebar. Bahkan mungkin, buayapun akan bisa masuk kedalamnya.

Walaupun begitu, dia tidak pernah melakukan pencitraan dihadapan orang tua maupun keluarga besarnya. Baginya, itu sangat membuang - buang waktu berharganya. Tak perduli apa kata orang lain, yang jelas ini hidupnya. Yang menjalaninya juga dia. Jadi mereka tak seharusnya ikut campur akan hidup dia.

Bahkan orang tua Sher kerap kali memarahinya karena perilaku wanita itu sangat extream. Segala hukuman telah diberikan, tapi bukannya menjadi lebih baik, dia malah semakin bar - bar. Membuat kedua orang tuanya bingung.

Selain itu, percayalah wanita itu dulunya pernah melanjutkan sekolah di pesantren khusus kaum hawa. Dia tidak membrontak, malahan dia sangat menyukai bersekolahan disana. Selalu menanyakan kapan dia mulai sekolah, kapan liburan selesai, kapan dia bisa pergi kesana lagi. 

"Apa alasan Sher seperti ini?"

"Kenapa dia menjadi begitu penurut?"

"Apalagi yang akan dilakukan anak itu"

Kedua orang tuanya dibuat waspada tiap saat ketika melihat sifat anaknya yang berubah drastis. Atau mungkin bisa dibilang sifat anaknya yang terlalu random.



***

"Penyakit ayan lo keluar lagi Je?" 

"Kayaknya sih gak cuma ayan, Sher. Penyakit siput gilanya keluar lagi nih." Dan keduanya tiba -tiba langsung tertawa bersama melihat komuk Jeje yang terlihat kebingungan dengan kelakuan mereka.

 Jeje yang awalnya merasa bosan di Apartment sendirian meminta keduanya sahabatnya yang menemani dia. 

Tapi sepertinya lebih pantas dibilang dengan pemaksaan daripada meminta.

Sherly dan Ochi sebenarnya masih ada jadwal makul. Tapi dengan seenak jidatnya, Jeje mendatangi mereka dikampus masing - masing kemudian menarik paksa keduanya. Mereka berdua sebenarnya telah berusaha kabur, tapi wanita rubah itu punya banyak akal sampai mereka berdua menjadi patuh.

Setelah mereka sampai di Cafe, memesan makanan dan minuman, Jeje hanya menopang dagunya, menatap keluar jendela dimana jalan basah dengan air hujan. Tatapannya kosong tapi sesekali dia tersenyum sendiri. Membuat kedua sahabatnya merinding. 

"Je, lo gak jadi simpenan om - omkan?" tuduh Sherly tiba - tiba.

Mendengar hal itu, membuat Jeje menegakkan badannya, "gila lo, Sher. Ngapain gue sama om - om," dilemparnya kentang goreng pas mengenai jidat Sherly.

"Ya abis lo bengong tapi senyum-senyum sendiri, Je. Gue juga mikirnya lo simpenan om - om nih." Sambung Ochi memperlihatkan wajahnya yang serius sambil menatap kedua bola mata Jeje. 

Tak lama, Sher juga ikut memperhatikannya secara tajam. Dilihat biasa aja udah buat merinding, apalagi jika diliat seperti itu. 

Bukannya merasa takut, Jeje malah ikutan menopang kedua tangannya dan memperhatikan kedua sahabatnya, tidak lupa dia memberikan senyuman paling manisnya.

"Udah puas liatin princess kampus ekonomi, hm?" tanyanya dengan menarik turunkan sebelah alis. Sedangkan kedua sahabatnya hanya mampu menatap kesal melihat tingkah manusia paling menyebalkan.

"Pala lo peyang, princess apaan dih." 

"Tau nih. Princess dari negri monyet lo mah,"  lanjut Ochi sambil memakan kentang goreng yang dipesan oleh Sherly, "jadi lo kenapa bengong sambil senyu,-senyum? mikirin apaan lo? bokep?"

Nah Jeje sangat mengenal sifat sahabatnya yang satu ini. Selalu kepoan tanpa akhir. Dia tidak akan diam sampai pertanyaannya dijawab, jika tidak? siap-siaplah kalian mendengarkan celotehan tidak pentingnya. 

Banyak orang mengatakan "Kepo dan peduli itu beda tipis. Sehingga sangat susah untuk dibedakan."

Tapi sangat jauh berbeda dengan kasus kali ini, karena Jeje sangat yakin 100% jika Ochi hanya kepo tanpa ada rasa peduli :(

Jeje pernah menceritakan keluh kesahnya kepada Ochi setelah dia memborbardir telinga Jeje dengan berbagai macam pertanyaan. Tapi setelah diberitahu, Ochi langsung melanjutkan makanannya tanpa membantu Jeje mencari solusi. Sampai s

Terpuji sekalikan sifatnya itu? Membuat kalian semua teriak ingin menghajar wanita pemakan itu, tapi sialnya badan dia selalu bagus!

Berbeda dengan OChi, Sher termaksud sahabat yang cuek, tidak memaksa lawan berbicaranya. Dia hanya menunggu kapan temannya terbuka dan ketika temannya telah bercerita dia hanya akan menjadi tim tertawa tanpa henti. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya mempunyai dua sahabat laknat.

"Gue cuma mikirin kenapa kita bisa jadi sahabatan."

"Anjir, mabok durian lo sampai ngefly?"

"Lah tumben. Kesurupan lo?"

The AvengersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang